Marketing Management Trends zkumparan

Portfolio Mall Pakuwon di Jakarta Sumbang Pendapatan 51%

PT Pakuwon Jati Tbk., menggabungkan aktivitas jual beli dengan hiburan sebagai entertainment. Esensi itulah diusung pada setiap pusat perbelanjaan besutan perusahaan properti asal Surabaya itu.

Konsep ini juga menjadi pembeda dengan aktivitas belanja daring yang marak saat ini. Hiburan yang terdapat di mall memberi nuansa yang tidak dimiliki ketika berbelanja daring. Menurut Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk., Stefanus Ridwan, telah terjadi shifting perilaku konsumen dalam berbelanja. “Dulu konsumen mengunjungi pusat perbelanjaan hanya untuk melihat dari segi produk dan toko. Namun saat ini, aktivitas belanja dianggap sebagai leisure yang didasari pada experiential & entertainment-focused,” ungkapnya.

Dalam mengembangkan mall miliknya di Jakarta, Gandaria City & Kota Kasablanka, Pakuwon sangat fokus pada digitalisasi di semua aspek. Digitalisasi dilakukan mulai dari manajemen hingga pemasaran karena dengan cara tersebut dapat terkontrol dan lebih cepat. “Kami sedang mengolah big data untuk bisa membaca tren pasar. Kami juga menerapkan omni-channel system yang menggabungkan pemanfaatan offline dan online,” jelasnya. Hal ini dilakukan bersama tenant dengan memanfaatkan media sosial.

Kota Kasablanka yang memiliki pengunjung mencapai 120 ribu saat akhir pekan dan sekitar 65 hingga 85 ribu orang saat hari kerja, memberi efek yang begitu besar jika mereka membagikan pengalaman berbelanjanya di media sosial. Dalam membaca tren yang ada, Pakuwon melakukan study tour dan benchmarking dengan mengunjungi mall dan pertokoan lain baik di dalam maupun luar negeri. Untuk merancang arsitektur mall, juga harus dapat menghadirkan wow effect dan keunikan, sehingga memberikan pengalaman baru bagi pengunjung.

Salah satunya adalah Gandaria City sebagai one-stop lifestyle hub yang mengincar upper middle class berusaha menawarkan ritel dan tempat makan terbaik yang fokus dalam pemanfaatan digital. Sedangkan Kota Kasablanka secara rutin mengadakan event untuk menjadi daya tarik pengunjung. “Event yang digelar berdasarkan komunitas. Kami berusaha tidak hanya mengandalkan repeat customer, namun juga menarik komunitas baru untuk menambah pengunjung,” ujar pria yang sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia.

Untuk strategi menarik penyewa mall, Pakuwon mencari tenant yang cocok dengan brand dan track record penjualan yang bagus. Selain itu, melihat strategi promosi tenant tersebut apakah sudah menggunakan omni-channel seperti Ismaya Group yang gencar dalam pemanfaatan promosi digital. Jumlah tenant di Kota Kasablanka saat ini berkisar 300 dan di Gandaria City sekitar 250 tenant. Tingkat okupansi kedua mall ini diklaim di atas 90% dengan tingkat kunjungan tertinggi.

Masuk ke tahun baru ini, Pakuwon senantiasa menjaga keseimbangan antara recurring income dan marketing sales untuk menjaga stabilitas kinerja keuangan. Dengan persiapan digital yang total, mallnya pun akan dapat sukses mengikuti perkembangan bisnis yang dinamis. Melalui cara ini juga Pakuwon memiliki kesempatan untuk menyajikan pengalaman berbelanja. “Kuncinya adalah bagaimana memanfaatkan digitalisasi dengan omni-channel dalam menciptakan sesuatu yang unik secara berkelanjutan sesuai dengan perubahan tren,” ungkapnya.

Pendapatan atau revenue Pakuwon 51% berasal dari marketing sales dan 49% dari recurring income seperti pengelolaan pusat perbelanjaan, perkantoran dan hotel. Komposisinya berasal 51% dari Jakarta dengan kontributor terbesar dari Kota Kasablanka (36,6%) dan Gandaria City (11,9%) serta 49% berasal dari portfolio di Surabaya. Tahun 2017, tingkat sales Gandaria City naik 20% dan Kota Kasablanka 18%.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved