Management Trends zkumparan

Produksi Vaksin Bio Farma yang Mendunia

Produksi Vaksin Bio Farma yang Mendunia

Bio Farma, produsen vaksin Indonesia yang kini namanya telah dikenal internasional. mulai bergerak menjadi perusahaan lifescience. Perseroan menyongsong industri bio teknologi untuk lebih maju lagi dengan menciptakan inovasi terbaru terkait dengan life science.

Vaksin hasil produksinya telah menjangkau lebih dari 130 negara di dunia, termasuk memasok 2/3 kebutuhan vaksin polio dunia. Berusaha memberikan kualitas terbaiknya dan ramah lingkungan, vaksin Bio Farma didasarkan pada riset dan pengalaman yang panjang serta sesuai standar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Sebanyak 12 produk Bio Farma juga telah diakui badan kesehatan dunia (WHO) dengan kapasitas produksi lebih dari 3,2 miliar dosis per tahun untuk memenuhi kebutuhan vaksin dunia melalui WHO dan UNICEF. Vaksin terbarunya yaitu Pentabio Five in One, vaksin yang memiliki lima antigen dalam satu kemasan menjadi terobosan yang mengurangi intensitas suntikan imunisasi dan sampah biologi.

Menurut Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto, produknya yang telah diekspor antara lain produk bOPV ke 46 negara, tOPV ke 82 negara, Campak 52 negara, TT 56 negara, TD 21 negara, DTP 10 negara, DT 3 negara, dan Bio TT 4 negara. “Bio Farma juga mengekspor intermediate product (bulk) ke 24 negara. Bulk tetanus ke 6 negara, bulk campak 2 negara, bulk pertusis 3 negara, bulk difteri 5 negara, bulk polio 2 negara dan produk lainnya 6 negara,” ungkapnya. Setiap produk Bio Farma yang diekspor telah terkualifikasi WHO

Berdasarkan keterangan yang disampaikan Bambang, perkembangan perusahaan di tahun 2012 hingga 2016 memiliki penjualan yang stabil. “Tercatat tahun 2014 penjualan mencapai US$172 milar, tahun 2015 US$174 miliar dan tahun 2016 di angka US$173 miliar. Sedangkan untuk ekspor mengalami penurunan dari US$121 milar di tahun 2015 menjadi US$93 miliar tahun 2016,” ungkapnya. Penurunan ini terjadi karena regulasi internasional WHO sudah masuk dalam tahap eradikasi polio di tahun 2017 yang mengakibatkan tidak adanya penjualan lagi untuk vaksin polio tipe 1. Kondisi ini dihadapi Bio Farma dengan menaikan penjualan dalam negeri yang naik menjadi US$80 miliar di tahun 2016 dari tahun sebelumnya yang hanya US$52 miliar.

Untuk kinerja keuangan tahun 2016, laba Bio Farma sedikit menurun, yakni dari Rp671 miliar tahun 2015 menjadi Rp646 miliar di tahun 2016. Penjualan vaksin mengalami peningkatan namun laba bersih yang diperoleh menurun. Penjualan bersih naik dari Rp2,346 triliun tahun 2015 menjadi Rp2,587 triliun pada 2016. Hal ini dikarenakan Net Profit Margin ekspor bulk cukup besar. “Produksi kami saat ini capai 3 miliar dosis dengan rincian, bulk 2,3 miliar dosis dan produk jadinya 700 juta dosis. Ke depan, kami sedang mengembangkan fasilitas untuk meningkatkan kapasitas tersebut,” ujarnya.

Inovasi dalam mensinergikan diri dengan perkembangan teknologi dilakukan Bio Farma dengan menciptakan inovasi unggulannya. Upaya ini dilakukan untuk menghadapi tantangan ekspor dengan meluncurkan inovasi GS1 atau QR Code Monitor untuk mengantisipasi vaksin palsu. “Melalui GS1, produk dapat dilacak sampai tingkat konsumen. Kemudian ada Uniject yang menjadi produk andalan dan Pentabio Vaccine yang merupakan lima komponen vaksin dalam satu kali suntik,” jelasnya.

Peningkatan kapasitas dan kapabilitas produksi dilakukan Bio Farma dengan memperluas pengembangan produk baru, salah satunya difteri rota virus. Fasilitas untuk produksi vaksin juga dilakukan dengan rekombinan berbasis yeast untuk Hepatitis B. “Gedung 41 akan kami bangun fasilitas prefilled syringe kemasan baru, seperti Uniject. Kemudian gedung 34 akan kami bangun fasilitas untuk riset atau produksi skala pilot. Kami juga sedang membangun Gedung 3 untuk fasilitas pendukung seperti QC,” ujar Bambang.

Melalui pengembangan yang dilakukan, Bio Farma senantiasa untuk berperan aktif meningkatkan ketersediaan dan kemandirian produksi vaksin di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam untuk menjaga keamanan kesehatan global (Global Health Security).

Reportase: Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved