Business Research Management Trends zkumparan

Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Perlu Ditingkatkan

Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Perlu Ditingkatkan
Erik Stern, CEO Stern Stewart & Co. (Dok SWA)

Populasi anak muda di Indonesia terus bertumbuh. Hal tersebut menjadi daya tarik Indonesia, khususnya dalam pengembangan bisnis.

Akan tetapi, terdapat permasalahan tenaga kerja yang menjadi pertimbangan investor untuk masuk ke Indonesia. Menurut Erik Stern, CEO Stern Stewart & Co., tenaga kerja lokal cenderung lebih ‘mahal’. Maksudnya, gaji yang harus dikeluarkan perusahaan relatif lebih tinggi dari produktivitas yang dihasilkan.

Adanya regulasi upah minimum yang cukup tinggi membuat bisnis harus menggaji karyawan sesuai aturan. Selain itu, peraturan soal hari libur yang cukup banyak pun menekan waktu kerja.

“Masalah ini menjadi besar, terlebih dengan banyaknya bisnis yang bergerak sebagai penyedia jasa,” ujar Erik kepada SWA Online di Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Ia berpendapat, pemerintah bisa saja menghadirkan solusi. Misalnya, dengan mendorong pebisnis untuk masuk ke Indonesia dengan upah murah, namun dengan syarat memberikan pendidikan agar skill karyawan meningkat. “Kalau skillset mereka sudah naik, nanti harga upah mereka pun akan mengikuti,” tutur Erik.

Untuk mewujudkan hal tersebut, orang-orang harus menyadari bahwa produktivitas mereka rendah dan mau untuk meningkatkannya.

Sementara itu, perubahan budaya kerja generasi milenial, misalnya bekerja dengan waktu yang fleksibel menurutnya tidak masalah, asalkan dengan model perjanjian yang sesuai. “Bila perjanjian pengupahan dilakukan berdasarkan hasil, tentunya cara kerja seperti itu akan efektif,” jelasnya.

Namun, dia merasa model perjanjian kontrak kerja berdasarkan waktu lebih efektif. Jadi, pekerja dengan produktivitas tinggi akan menutupi gap pekerja dengan produktivitas rendah.

Pada kesempatan yang sama, Erik juga menanggapi isu mengenai Artificial Intelligence (AI) yang ditakutkan akan menggantikan tenaga kerja manusia. Menurut Erik, tenaga kerja manusia tidak perlu khawatir tergantikan, asalkan dalam masing-masing pekerjaan, mereka memiliki nilai competitive. “Ada hal-hal yang tidak bisa digantikan AI, misalnya proses berpikir,” ungkapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved