Management Trends zkumparan

PRSSNI Jawab Tantangan Industri Radio Melalui Radio Day

Saat ini terdapat 37 radio di Jakarta yang tergabung dalam Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) DKI Jakarta.

Puluhan radio itu dibagi menjadi 8 segmen & format sesuai dengan target pendengarnya yakni radio perempuan, anak muda, dewasa muda, dewasa, binsis, news, dangdut & etnik, serta radio mass. Persaingan media yang sangat ketat serta bertambahnya pemain baru yaitu media digital, mendorong pengelola media siaran tersebut untuk terus menggali dan memahami hal yang diinginkan oleh pendengar.

Persaingan tersebut menjadi tantangan bagi para pengelola radio terutama dari sisi Radio ADEX (advertising expenditure ). Menurut survei Nielsen, Radio ADEX tahun ini mencapai Rp 1,2 Triliun, jauh di bawah media televisi yang sebesar Rp 86 triliun. Secara keseluruhan saat ini terdapat 62,3 juta pendengar radio di Indonesia, 41,9 juta pendengar terpusat di Pulau Jawa khususnya di DKI Jakarta dan sekitarnya sebesar 9 juta pendengar.

“Komposisi pendengar radio di Jakarta tersebut didominasi oleh youngsters, dengan presentase 56% anak muda dan 44% dewasa. Porsi terbesar terdapat pada generasi millenials yaitu 34% dari total pendengar. Para pendengar radio merupakan generasi yang mencintai music, sport, cooking & snacking, serta pecinta kopi,” ujar Helen. Sementara itu data tahun 2017 menyebutkan bahwa penetrasi radio sebesar 37% dari total populasi di Jakarta, naik 1% dibandingkan tahun 2016 sebesar 37%.

Berusaha menjawab tantangan tersebut, pada Senin sore (11/12/2017), PRSSNI DKI Jakarta melakukan kampanye Radio Day. M. Rafiq, Ketua Umum PRSSNI DKI Jakarta, menjelaskan bahwa Radio Day sebagai serangkaian kegiatan untuk kembali memperkenalkan radio sebagai media komunikasi utama yang fleksibel dan merangkul semua segmen usia lintas generasi dan membuktikan masih selalu dekat dengan pendengarnya.

“Tujuan Radio Day karena kami ingin membuktikan bahwa radio bukan media yang konvensional, bukan media yang jadul. Radio adalah media yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan hingga kini dibutuhkan oleh pendengar khususnya masyarakat di DKI Jakarta,” tutur Rafiq.

Radio Day diawali dengan satu aksi kompak dari 37 stasiun radio tersebut untuk mematikan siaran selama 15 menit sejak pukul 07.45. Kemudian siaran kembali menyala dan dengan serempak dibuka dengan lagu Indonesia Raya disusul rekaman pernyataan Presiden RI Joko Widodo yang berujar, “Emang enak nggak ada radio? Saya Joko Widodo, pendengar radio”.

“Di media sosial, kampanye tersebut mendapat impresi sampai 40 juta dalam tagar #radioguemati & 200 juta lebih dalam #radioguegakmati , aksi ini mau menyadarkan orang-orang masih pentingnya radio. Supaya semua stakeholder mau memajukan radio,” lanjut Rafiq.

Rafiq juga berpendapat bahwa radio masih memiliki keunggulan yang tak tergantikan dibandingkan media lainnya yakni pendengar bisa merasakan radio sebagai teman di tengah kemacetan. “Radio dapat menjangkau dan diakses lebih dari 29% populasi lintas generasi seperti halnya TV. Community dan emotional engagement menjadi kunci sukses bisa terus eksis. Radio selalu dekat dengan pendengar lebih dari 2 jam perhari. Bayangkan saja dalam setahunnya di Jakarta ada sekitar 1,2 juta mobil baru, artinya kana da penambahan radio baru sebanyak itu pula,” ungkapnya.

Untuk terus menjaga eksistensi radio, Rafiq menekankan, ia bersama para asosiasi dan pemilik radio akan terus menggalakkan kampanye ke depannya. Menurutnya ada dua prioritas yang perlu dijadikan tujuan oleh pemain di radio, yaitu meningkatkan pendegar dan meningkatkan belanja iklan di radio.

“Amerika itu penetrasi radio 95%. Lantas bagaimana sih mereka bisa setinggi itu, jawabannya adalah campaign, campaign, dan campaign. Baik dari pemilik radio sendiri maupun dari asosiasi. Jadi ke depannya fokus kami adalah meningkatkan pendengar dan radio expenditure. Satu-satunya media yang bebas dari hoax ya radio,” jelasnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved