Management Trends zkumparan

PTPN Holding dan Mitra Gali Potensi Pembiayaan Alternatif

Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) atau PTPN Holding melakukan langkah baru dalam strategi pengembangan bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Caranya, pemanfaatan sumber pembiayaan alternatif dari dana-dana jangka panjang milik publik yang dikemas dalam skema creative financing bekerja sama dengan Kementerian PPN/Bappenas melalui PINA Center for Private Investment (PINA Center)

Sebagai langkah strategis, PTPN Holding menjajaki skema Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) yang difasilitasi PINA Center Kementerian PPN/Bappenas. Langkah strategis tersebut diwujudkan dengan penandatangan Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding/MoU) mengenai Kerja Sama Fasilitasi Pembiayaan Investasi Non- Anggaran Pemerintah.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, menekankan pentingnya berpikir secara “out of the box” dalam upaya memenuhi kebutuhan pembiayaan investasi dengan memanfaatkan skema pembiayaan alternatif non anggaran pemerintah untuk menjawab tantangan dari keterbatasan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN.

“Kerja sama ini untuk menggerakkan sektor perkebunan di Indonesia yang potensinya sangat besar, sesuai dengan tujuan awal pendirian Holding Perkebunan, yaitu memberikan peluang yang lebih besar bagi PTPN dalam meningkatkan daya saing global, percepatan penciptaan nilai , dan menguatnya profesionalitas maupun citra BUMN Perkebunan,” ujarnya di Jakarta (7/6/2018).

Menteri BUMN Rini Soemarno dalam kesempatan yang sama menjelaskan, dengan adanya sumber pembiayaan baru bagi Holding Perkebunan dan anak perusahaan yang difasilitasi PINA Center Kementerian PPN/Bappenas, maka diharapkan peran dan kontribusi BUMN Perkebunan tersebut bisa optimal dan mampu menggerarakkan sektor riil serta perekonomian nasional. Ia juga bertekad akan meminimalisir jumlah kerugiaan perusahaan BUMN.

Ia mengharapkan, agar terobosan yang dilakukan oleh PTPN Holding dapat diikuti oleh BUMN lainnya dan menjadi tren dalam skala yang lebih besar di Indonesia. “Melalui terobosan dalam pemenuhan kebutuhan pembiayaan ini, BUMN tidak perlu lagi semata- mata mengandalkan PMN, namun juga dapat berpikir secara kreatif dalam memenuhi pembiayaan dengan memanfaatkan dana-dana milik swasta,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PTPN Holding Dolly P. Pulungan, menambahkan, saat ini kebutuhan investasi sangat diperlukan untuk mendukung perbaikan struktur keuangan anak perusahaan karena beban masa lalu. Dengan fasilitas pembiayaan PINA ini diharapkan struktur keuangan Holding Perkebunan dan anak perusahaan menjadi semakin baik serta mendorong peningkatan kinerja di masa mendatang.

“Kami sangat mengapreasiasi kerja sama ini dan berharap segera terealisasi pendanaan investasi yang difasilitasi oleh PINA Center di bawah Kementerian PPN/Bappenas RI. Hal ini dibutuhkan agar Holding Perkebunan dan Anak Perusahaan dapat berkiprah bisnis dengan baik agar dapat menggerakan sektor riil,” kata Dolly.

Ia mengatakan, perseroan berencana mencari pembiayaan ekuitas dalam jangka panjang secara bertahap dengan jumlah cukup besar. Sedangkan instrumennya dalam bentuk near equity bisa berupa Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT) maupun surat berharga perpetual (perpetual notes) , instrumen tersebut bisa dalam bentuk equity, debt atau near equity seperti Perpetual.

“Pembiayaan ini near equity, sehingga lebih soft untuk memperbaiki struktur keuangan anak perusahaan PTPN Holding, sehingga menjadi lebih sehat dan kinerja BUMN Perkebunan diharapkan akan dapat meningkat drastis,” kata Dolly.

Dolly menambahkan, peremajaan tanaman, perbaikan mesin pabrik serta teknologi pengolahan hasil perkebunan juga merupakan bagian dari kebutuhan investasi yang perlu didanai dari pembiayaan investasi PINA tersebut. Sedangkan untuk mencegah mismatch dalam pemenuhan kewajiban pengembalian dana, menurut Dolly, profil pembiayaan invetasi tersebut harus disesuaikan dengan pola capital expenditure baik untuk komoditas tanaman tahunan dengan tenor jangka menengah hingga panjang maupun tanaman semusim yang umumnya membutuhkan tenor yang relatif lebih pendek.

Eko Putro Adijayanto, CEO PINA Center, menjelaskan, pihaknya berperan mempertemukan kepentingan investor, dengan cara mengindentifikasi investment appetite, area fokus investasi, menjajaki kesiapan investor dalam penyertaan ekuitas ataupun penyediaan pinjaman. Di sisi lain, PINA Center juga mengindentifikasi kepentingan investee (pemilik proyek) seperti pipeline proyek, kesiapan proyek, struktur proyek dan opsi instrumen yang sesuai dengan appetite dari investor.

“Untuk menjembatani kepentingan investor dan investee, PINA Center mengembangkan kerja sama untuk memfasilitasi investor potensial dengan investee yang tepat,” ungkapnya.

Ia menambahkan, saat ini PINA Center tidak hanya membidik pembiayaan ekuitas sektor infrastruktur saja, tetapi sektor lainnya dibidang perumahan, industri serta perkebunan termasuk dengan PTPN Holding tersebut. Menurutnya, spektrum investasi saat ini lebih bervariasi setelah berjalannya ekosistem investasi yang dibina PINA selama setahun terakhir ini.

Sebagai BUMN yang merupakan induk usaha dari BUMN Perkebunan di Indonesia sesuai amanat PP no.72/2014, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) merupakan investee potensial terutama bagi investor yang memiliki appetite untuk mengembangkan dananya di sektor riil.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved