Marketing Management Trends

Rayakan HUT ke-45 Tahun, Campina Luncurkan Happy Cow

Rayakan HUT ke-45 Tahun, Campina Luncurkan Happy Cow

Selama 45 tahun, Campina tumbuh dan maju bersama kepuasan konsumen serta terus berinovasi. Produk Happy Cow, salah satu wujud inovasi terbarunya.

“Es krim itu bukan makanan pokok, bukan sesuatu untuk dikenang dari masa ke masa. Malah kalau perlu tiap beberapa waktu ada rasa baru, jenis baru, model baru. Jadi, produsen es krim harus melakukan pembaruan terus-menerus supaya ada new excitement kepada konsumen,” ujar Adji Andjono, National Sales Manager & Marketing Manager Campina, tentang betapa pentingnya inovasi bagi perusahaan.

Menyadari akan pentingnya inovasi itu, tiap tahun Campina selalu meluncurkan beberapa produk baru. Produk-produk baru itu disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dan telah melewati survei tentang es krim seperti apa yang diinginkan oleh konsumen, baik itu dari sisi rasa, kemasan atau harga.

Seperti dalam peluncuran produk terkini: Happy Cow. Menurut Adji, Campina melakukan riset terlebih dahulu tentang tren produk es krim di dunia dan Asia Tenggara, khususnya pasar Indonesia. Juga, kemasan yang bagus itu seperti apa.

Adji Andjono, National Sales Manager & Marketing Manager Campina (Foto by: Eva/SWA)

Selama sekitar 1,5 tahun survei itu dilakukan, salah satu hasilnya adalah ternyata masyarakat Indonesia itu lebih menyukai es krim rasa cokelat dan strawberry. Sampai akhirnya lahirlah es krim Happy Cow yang diproduksi Campina. Produk ini sudah tersedia di pasaran dari Aceh sampai Papua sejak tiga bulan lalu. Dan respons pasar bagus menyambutnya.

“Needs konsumen adalah mendapatkan produk es krim yang enak, aman dan bahan bakunya berkualitas,“ujar Adji. Dan Campina berusaha menjawab kebutuhan itu dengan merilis es krim Happy Cow yang membidik segmen pasar anak-anak.

Segmen anak-anak serius digarap Campina, kata Adji, alasannya kategori pasar ini cenderung konstan. Dibandingkan kategori produk es krim untuk family atau dewasa, segmen produk anak-anak mendominasi penjualan produk Campina. Kontribusi penjualan es krim Campina kategori anak-anak dan remaja mencapai 60%. Sisanya dari penjualan es krim dewasa dan keluarga.

Dikatakan aman, Adji menjelaskan, karena produk Happy Cow punya kecukupan energi yang dibutuhkan anak-anak dalam masa pertumbuhan. Apalagi, kandungan gulanya sesuai takaran yang dianjurkan BPOM, sebanyak 10 gram, jadi lebih rendah dibandingkan dengan kandungan gula kudapan lain atau soft drink.

Maskot es krim Campina Happy Cow (Foto by: Eva/SWA)

Bahan baku Happy Cow, sebagaimana produk es krim Campina yang lain, terbuat dari bahan-bahan baku berkualitas. Untuk memenuhi standar mutu tinggi, Campina rela mengimpor sebagian bahan baku tersebut dari negara penghasil bahan baku terbaik, semisal susu dan cokelat.

Mengapa nama es krim ini Happy Cow? “Untuk mengingatkan bahwa es krim itu terbuat dari susu sapi yang bergizi. Ini kudapan yang baik buat anak-anak dikonsumsi secara berkala,” jelas Adji.

Ada lima tujuan utama peluncuran Happy Cow. Pertama, kebutuhan target market untuk mendapatkan snack sehat berkualitas. Kedua, sebagai alternatif pengganti susu, karena es krim Happy Cow terbuat dari susu. Ketiga, anak anak dalam setiap aktivitasnya memerlukan energi yang cukup tinggi, dan itu bisa didapatkan dari es krim Happy Cow. Keempat, untuk memperkenalkan icon character baru dari Campina Happy Cow. Kelima, untuk meningkatkan omzet penjualan dan pertumbuhan bisnis Campina.

Keunggulan Happy Cow, jelas Adji, antara lain: terbuat dari susu berkualitas dan malt crunchy pilihan; kandungan susu yang tinggi; rasa es krim yang enak dan disukai anak-anak; kemasan yang menarik serta memiliki icon character sapi yang lucu.

Channel distribusi Happy Cow dilakukan dengan 4 jalur, yaitu modern trade (minimarket, supermarket, hypermarket); general trade; mobile unit, serta home delivery service.

Menurut Adji, varian es krim Happy Cow ada tiga, yaitu, pertama, Happy Cow Cup dengan rasa vanila yang ditaburi permen coklat warna warni yang menambah cantiknya penampilan es krim itu. Kedua, Happy Cow Malt Blast, es krim stik rasa coklat dengan pelapis. Ketiga, Happy Cow Rainbow, es krim stik susu rasa.

Khusus untuk kemasan Happy Cow Cup, es krim ini memiliki bentuk kemasan yang unik menyerupai kaki sapi, sendok es krim ada di bagian belakang tutup kemasan, sehingga menambah kepraktisan. ”Sendok es krim sengaja ada di bagian belakang tutup agar penikmatnya lebih aman. Dan tidak menutup kemungkinan produk-produk baru Campina kemasan cup yang lain nantinya juga akan seperti itu,” ujar Adji menegaskan.

Harga produk Happy Cow cukup terjangkau. Untuk Happy Cow Malt Blast dan Happy Cow Rainbow dibanderol Rp3.000, sedangkan Happy Cow Cup tarifnya Rp7.000.

Adji mengatakan, banyak manfaat mengonsumsi Happy Cow. “Es krim Happy Cow ini memiliki rasa yang enak dan disukai anak anak. Happy Cow juga mengandung banyak manfaat susu,” ungkapnya.

Kita semua tahu, susu itu merupakan hal yang penting dan memiliki banyak kandungan energi. Dan es krim Happy Cow ini memiliki kecukupan energi yang bisa dibutuhkan anak-anak dalam masa pertumbuhannya.

Pendapat Adji benar, memang banyak manfaat yang terkandung dalam es krim. Pertama, baik untuk kesehatan tulang karena es krim mengandung banyak kalsium dari bahan susunya. Kedua, es krim tidak akan membuat berat badan menjadi naik. Kandungan energinya malah membantu kebutuhan energi keseharian dan hanya menyumbangkan 15% lemak saja.

Manfaat ketiga, meningkatkan kekebalan tubuh dan membantu proses penyembuhan flu. Ketahuilah bahwa es krim akan meleleh lebih cepat saat bertemu dengan suhu tubuh. Keempat, melawan aneka virus. Sebab, di dalam es krim ada kandungan laktoferin yang berfungsi sebagai zat antiviral untuk melawan aneka virus, seperti cytomegalovirus dan influenza.

Singkatnya, es krim mengandung banyak vitamin, seperti B12, A, D, dan protein. Sejumlah es krim bahkan disertai dengan kandungan tinggi antioksidan yang baik untuk tubuh. Meskipun begitu, es krim harus dikonsumsi dengan porsi yang tepat.

“Ya, es krim harus dikonsumsi dengan porsi yang tepat, tidak tiap hari. Biasanya saya memberikan es krim buat anak-anak dan keluarga saat weekend. Dan Happy Cow bukan sekadar camilan, tapi kudapan sehat, karena mengandung banyak nutrisi dan energi,” cerita penyanyi Widi Mulia tentang kebiasaan makan es krim di keluarganya.

(ki-ka) Brand Ambassador es krim Campina Happy Cow, penyanyi, Widi Mulia dan Adji Andjono, National Slaes Manager & Marketing Manager Campina Es Krim (Foto by : Eva/SWA)

Widi menepis mitos bahwa es krim itu menyebabkan batuk pilek. “Itu tidak benar. Penyebab batuk pilek adalah virus. Malah anak saya kalau sakit, saya berikan es krim dan sakitnya cepat sembuh. Mengapa? Karena dengan makan es krim seoarng anak akan merasa bahagia dan feel itu akan mendorong proses penyembuhan lebih cepat,” Widi menguraikan alasannya.

45 Tahun Campina Peduli Lingkungan

Tidak mudah mempertahankan eksistensi perusahan hingga hampir setengah abad lamanya. Namun, Campina bisa membuktikan kehadirannya di tengah masyarakat sejak 22 Juli 1972 hingga sekarang. Usaha es krim ini dirintis dari garasi rumah pasangan Darmo Hadi Pranoto dan isteri di Surabaya.

Seiring kemajuan usaha, tahun 1985, pabrik Campina pindah lokasi ke kawasan industri SIER Rungkut di Surabaya. Tahun 1994, Darmo bergabung dengan PT Ultra Jaya sebagai pemegang saham baru untuk memajukan bisnis es krim Campina.

Walaupun usia Campina sudah “matang”, tapi merek ini terus meremajakan diri (rejuvenation). Tak heran bila produk-produk baru inovatif selalu ditelurkan mengikuti perkembangan zaman atau selera pasar. Ini adalah salah satu strategi tetap bertahan di tengah gempuran pasar pelaku bisnis es krim, baik lokal maupun asing.

“Saat ini Campina memiliki 30 jenis produk. Kami lihat respons pasar, apakah beberapa produk perlu dipertahankan atau tidak. Yang pasti, tiap tahun selalu ada sejumlah inovasi produk baru,” ujar National Sales Manager & Marketing Manager Campina, Adji Andjono.

Lobi Pabrik Campina (Foto by: Eva/SWA)

Jurus inovasi itu dibenarkan oleh pakar marketing Yoris Sebastian. Dalam bukunya berjudul “101 Creative Notes”, Yoris mengatakan, budaya inovasi harus dipertahankan oleh manajemen perusahaan sampai perusahaan itu besar. “Owner bisa tua, karyawan pun bisa datang dan pergi, tapi kalau budaya (inovasi) harus stay di perusahaan,” ucapnya. Dengan begitu, langkah perusahaan untuk bisa tetap eksis dan sukses pun lebih terjamin.

Pentingnya inovasi juga ditekankan oleh Co-Founder CIS School of Innovation saat menyampaikan materi tentang “Innovated Or Die : What Company Must Do” pada sebuah seminar di Jakarta. Dijelaskan bahwa inovasi merupakan sebuah keharusan/keniscayaan yang harus dilakukan secara terus menerus bagi sebuah perusahaan besar. Untuk itu, inovasi harus ditempatkan sebagai divisi tersendiri. Hal ini sangat penting untuk menghadapi tantangan lingkungan dan masyarakat yang kian dinamis dan kompleks.

Komitmen Campina terus berinovasi membuat konsumen loyal. Ini dibuktikan oleh pengakuan selebritis Widi Mulia. “Saya dari kecil sudah tumbuh bersama Campina. Sehingga, kebiasaan ini saya teruskan ke anak-anak saya,” ujar ibu tiga anak ini menuturkan.

Mengapa setia mengonsumsi produk Campina? “Sebab, Campina adalah camilan turun temurun di keluarga kami. Es krim ini sehat karena kandungan gulanya tidak setinggi es krim lain dan membuat anak-anak happy jika menyantapnya,” Widi menegaskan.

Inovasi yang dilakukan Campina tidak hanya produk, melainkan juga kegiatan unik sebagai aktualisasi peduli lingkungan. Campina berkomitmen dalam pengembangan nilai-nilai perusahaan terkait pelestarian lingkungan hidup. Caranya, ditunjukkan dengan penerapan lingkungan kerja yang eco-friendly di kawasan pabrik Campina di SIER Rungkut, Surabaya.

“Kantor ramah lingkungan adalah perkantoran yang didesaain untuk berkolaborasi dengan alam sekitar, tidak mencemari, serta memiliki program untuk menghemat sumber daya alam, bahan bakar dan air,” jelas Adji menguraikan prinsip Campina Eco Office.

Penjabaran dari Campina Eco Office adalah efisiensi barang dan peralatan; efisiensi energi listrik dan BBM; efisiensi air baku dan air minum; penanganan limbah padat dan cair; pengelolaan ruang terbuka hijau.

Lantas, apa yang dilakukan?

Pertama, sejak satu dekade yang lalu, Campina telah mulai menggunakan air filtrasi sebagai langkah untuk mengurangi penggunaan air mineral pabrikan.

Kedua, penggunaan kemasan plastik juga dikurangi. Setiap karyawan diharuskan membawa sendiri botol atau gelas untuk mengambil air minumnya.

Ketiga, penggunaan kran otomatis di westafel untuk cuci tangan. Sebelumnya, rata-rata penggunaan air 600 ml untuk sekali cuci tangan, tapi setelah ada kran otomatis menjadi 200 ml.

Keempat, untuk mengurangi limbah pabrik, Campina membuat kompos cair dan kering yang diolah sendiri.

Kelima, Campina juga meniadakan penggunaan tisu di toilet. Dengan langkah ini, Campina menghemat tisu 24 boks per bulan atau 3.600 lembar sebulan. Jumlah ini setara dengan penyelamatkan dua batang pohon untuk ditebang tiap tahun.

Keenam, penghematan penggunaan listrik dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai cahaya penerang di beberapa lokasi. Contoh, di toilet ada sensornya, sehingga lampu hanya menyala jika ada orang yang masuk. Kiat ini berhasil mengurangi penggunaan listrik hingga 710 KWh per tahun. Ada pun total konsumsi listrik di pabrik Campina Surabaya adalah sekitar 5.760 kWh.

Penerapan eco friendly yang disiplin itu berbuah manis. Hasilnya, Campina juga telah memperoleh sertifikat proper warna biru dari Kementerian Lingkungan Hidup karena berhasil mengolah limbahnya dengan baik.

Tak berhenti sampai di situ, Campina juga mendapatkan beberapa penghargaan dari Indonesian Vegan Society (IVS) karena secara aktif telah berpartisipasi dalam upaya pelestarian lingkungan hidup dengan memberikan pola makan vegan di kantin vegan pabrik Campina Rungkut. Menariknya, sayur mayur yang diolah di kantin vegan ini merupakan hasil rooftop garden yang dikembangkan Campina, seperti aneka jamur

“Juru masaknya penulis Dewi Lestari juga pernah belajar memasak berbagai resep vegetarian di dapur kantin Campina ini,” Adji bercerita. Dia mencontohkan kulit semangka di kantin Campina bisa diolah menjadi masakan yang lezat, sehat dan enak di lidah.

Suasana Kantin di Pabrik Campina Surabaya (Foto by: Eva /SWA)

Apa manfaat eco friendly Campina bagi karyawan? “Kami berharap bahwa karyawan akan bisa mencontoh Campina dan menerapkan pola hidup hemat energi dan peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari di rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya,” Adji menuturkan.

Campina pun punya program factory tour yang rutin dilakukan sejak tahun 2009. Kegiatan ini ditujukan bagi masyarakat yang ingin melihat proses produksi es krim dan berbagai hal yang ada di dalam pabrik Campina. “Permintaan terhadap kegiatan ini tinggi, terutama dari sekolah-sekolah untuk memperkenalkan manufaktur es krim,” ujar Adji yang menyebut sudah ribuan orang yang berkunjung ke pabrik Campina terkait kegiatan Corporate Social Responsibilty ini.

Pertumbuhan Es Krim di Indonesia

Potensi pertumbuhan pasar es krim di Indonesia sangat tinggi, sepanjang tahun 2012 hingga 2020 diprediksikan sekitar 16% tiap tahun. Bandingkan dengan pasar minuman teh dalam kemasan selama 8 tahun terakhir pertumbuhannya hanya 8,4% atau kopi dalam kemasan 7,7%.

Pertumbuhan tinggi itu tidak dibarengi dengan tingkat konsumsi es krim yang tinggi pula. Tahun 2013 konsumsi es krim di Indonesia hanya 0,1 liter per tahun per orang per tahun. Perbandingannya, sama dengan konsumsi 2 buah es krim stik atau 1 cone atau 2 cups, sehingga masih sangat rendah. Coba tengok habit konsumsi es krim di negara-negara lain, seperti Filipina 0,8 liter; Singapura 2,4 liter; Amerika 20,8 liter dan Inggris 28,4 liter per orang per tahun.

Habit makan es krim di Indonesia dibandingkan dengan di negara-negara Eropa itu jauh sekali. Jika di Indonesia, jumlah konsumsi es krim dibandingkan dengan total populasi hanya 250 ml. Jika dilihat dengan stik, berarti hanya 2 stik satu tahun. Sebaliknya, di Eropa, sejak tahun 1989 pasar es krim sudah booming dan berkembang dengan baik, sehingga sampai sekarang terus jalan.

Bagaimana prospeknya? “Potensi pasar es krim di Indonesia bisa mencapai 60 juta liter per tahun. Saat ini, pasar yang tergarap baru mencapai 47 juta liter per tahun. Walaupun begitu, tiap tahun pertumbuhan market share es krim di Indonesia naik sekitar 5-10%,” jelas Adji Andjono, National Sales Manager & Marketing Manager Campina.

Peluang bisnis itu tidak dilewatkan begitu saja oleh Campina. Satu-satunya produsen es krim skala nasional ini terus melakukan strategi inovasi produk dan ekspansi demi meningkatkan loyalitas pelanggan dan menggaet pasar baru yang belum tersentuh di seluruh pelosok Indonesia.

Selain inovasi, Campina jiga terus memperluas jalur distribusi. Saat ini, pemasaran utama perusahaan mayoritas masih di sektor general trade market. Perluasan jalur distribusi dilakukan agar konsumen bisa dengan mudah menjangkau produk Campina ketika keluar dari rumah. Sejauh ini, perusahaan menggunakan skema kombinasi, yakni saluran above the line melalui iklan di media dan below the line dengan kegiatan-kegiatan promosi. “Tapi, kami belum beriklan di TV karena sudah ada produk yang mengedukasi pasar,” kata Adji.

Campina agresif meluaskan jaringan distribusi di wilayah Nusantara, mulai Aceh hingga Papua. Kini, sekitar 100 titik distribusi Campina sudah tersebar di Jawa dan di luar Pulau Jawa. Bahkan, tahun 2017 ini akan menambah dua titik distribusi lagi, tepatnya di Maluku Utara dan Papua.

Khusus saluran digital, Campina akan terus meningkatkan layanannya. Contoh, saat ini penjualan lewat website Campina sudah tersedia.“Kami memperkuat lini digital sambil terus melakukan penetrasi pasar di sektor digital. Kami juga akan bekerja sama dengan e-commerce untuk meningkatkan pemasaran,” ujar Adji. (SWA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved