Trends Economic Issues zkumparan

Reksa Dana Jadi Pilihan Saat Pasar Masih Fluktuatif

Kondisi pasar masih relatif volatile seiring dengan penerapan tarif lanjutan dari Amerika Serikat terhadap barang impor dari Tiongkok, yang juga dibalas dengan tarif lanjutan Tiongkok terhadap Amerika Serikat.

Di tengah kondisi pasar yang masih fluktuatif ini, Bank Commonwealth merekomendasikan reksa dana sebagai pilihan utama di bulan Oktober untuk investasi jangka panjang.

Bulan lalu, bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25bps ke rentang 2%-2,25%. Hal tersebut direspons oleh Bank Indonesia dengan kembali menaikkan suku bunga acuan 7-days reverse repo sebesar 25bps ke level 5,75% sesuai dengan komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pelemahan mata uang Indonesia Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi sentimen negatif terhadap pergerakan pasar saham maupun pasar obligasi Indonesia. Pelemahan yang disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, sentimen negatif emerging market dan kenaikan harga minyak ini sudah diantisipasi oleh Indonesia di antaranya dengan menaikkan suku bunga acuan, kebijakan B20 untuk menghemat impor bahan bakar minyak, dan aturan mengenai revisi tarif pajak penghasilan atas barang impor.

Lebih lanjut, tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan akan sedikit mereda seiring dengan akan dilaksanakannya mid-term election di Amerika Serikat pada awal November 2018 karena Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan lebih meredam aksinya terutama terkait perang dagang tersebut.

Di bulan Oktober ini juga, investor akan fokus pada hasil laporan keuangan emiten kuartal III-2018. Sementara, dari sisi domestik, perhelatan dua acara besar internasional yakni pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali dan Asian Para Games di Jakarta diharapkan dapat menjadi magnet untuk mengundang kembali dana investor asing yang sempat keluar dengan melihat Indonesia sebagai negara dengan fundamental yang kuat dan memiliki kemampuan untuk mengelola nilai tukar yang sedang melemah.

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang positif memungkinkan bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga di penghujung tahun 2018. “Kenaikan suku bunga yang disertai oleh pertumbuhan ekonomi memberikan sentimen positif untuk pasar saham sehingga untuk nasabah dengan profil risiko growth masih mempertahankan porsi saham di 70%,” kata Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth.

Ivan menambahkan, reksa dana saham merupakan pilihan tepat untuk nasabah yang memiliki rencana investasi jangka panjang dan memiliki profil risiko yang tinggi dengan kondisi pasar saat. Namun, jika investasi hanya akan dilakukan dalam waktu singkat, investasi reksa dana pasar uang tepat untuk dilakukan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk investasi dua bulan ke depan adalah hasil laporan keuangan emiten kuartal III-2018 yang jadwalnya dimulai tanggal 12 Oktober 2018 untuk Indonesia, isu perang dagang lanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta mid-election AS pada bulan November 2018.

Di sisi lain, agar nasabah dapat mengoptimalkan imbal hasil investasinya di tengah kondisi pasar yang makin dinamis, Bank Commonwealth menyediakan layanan wealth management yang dinamakan Dynamic Model Portfolio. Layanan ini akan mengumpulkan berbagai informasi pasar, memilah mana yang paling relevan untuk setiap nasabah berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi mereka, kemudian memberikan saran terkait penempatan portofolio aset-nya.

Dengan layanan ini, nasabah bisa menggerakkan asetnya secara dinamis, tidak harus sama dengan proporsi investasi yang ditentukan di awal. Investasi disesuaikan tidak hanya berdasarkan profil risiko Nasabah, namun juga risiko pasar ke depannya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved