Trends

Ribuan Pengusaha Logistik Bersaing Merebut Pasar E-Commerce

Oleh Editor
Aktifitas di salah satu gudang logistik

Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah memprediksi salah satu sektor yang masih berpotensi tumbuh pesat dalam situasi perlambatan ekonomi saat ini ialah sektor transportasi dan pergudangan. Menurutnya, hal ini tak lepas dari booming ekonomi digital yang secara langsung mendesrupsi model bisnis sektor transportasi dan pergudangan. “E-commerce dan ride hailing jadi pemicunya,” katanya ketika dihubungi, Rabu 6 November 2019.

Berkat e-commerce, ujar Piter, logistik jadi kebagian berkah positif. Sebab, kemudahan belanja masyarakat membikin orang tak lagi pergi ke pusat perbelanjaan. Segala transasksi dilakukan dengan mudah dan tinggal menunggu barang diantar oleh kurir logistik.

Berdasarkan laman Statista, pengguna e-commerce di Tanah Air terus bertumbuh pesat. Pada tahun 2017 pengguna e-commerce di Indonesia mencapai 139 juta orang. Dua tahun berselang angkanya meningkat pesat hingga 154,1 juta di tahun 2018 dan diprediksi bakal menyentuh 168,3 juta jiwa.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita mengatakan peluang besar dalam e-commerce menjadi target baru para anggotanya. Ada sekitar 4.100 pelaku logistik yang mengincar potensi pasar ini. Namun, ujar dia, memperebutkan kue yang menurut Riset e-Conomy 2019 dari Google, Temasek, dan Bain & Company senilai US$ 21 miliar tidaklah mudah.

“Harus efisien dan cepat,” katanya. Kebutuhan akan tempat penyimpanan, katanya juga akan otomatis bertambah. Kebutuhan akan kendaraan transportasi pun secara otomatis terkerek untuk menyeimbangkan permintaan yang membesar. Dalam laporan Badan Pusat Statistik ihwal pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019, sektor pergudangan jadi salah satu sektor lapangan usaha yang tak terkontraksi dengan pertumbuhan 6,63 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data Asosiasi Logistik Indonesia, e-commerce sudah mengerek pengantaran barang yang dilakukan oleh entitas kurir secara signifikan. Lima tahun terakhir, e-commerce sudah meningkatkan kapasitas antaran menjadi empat juta paket sehari. Sebagai perbandingan, iklim e-commerce Cina yang sudah sangat maju membutuhkan kapasitas pengiriman paket hingga 130 juta paket sehari.

Tak hanya entitas logisitik, pertumbuhan sektor pergudangan juga disokong oleh para e-commerce. Sejak 2017 BliBli membangun fasilitas gudang penyimpanan seluas 7 hektare di wilayah Jakarta Utara. Market Place yang bermarkas di Singapura Lazada juga tak ketinggalan dengan realisasi dua gudang besar di kawasan Kelapa Gading dan Depok. Terakhir Shopee, e-commerce yang juga bermarkas di Singapura, juga baru merampungkan gudangnya akhir tahun lalu di kawasan Jakarta Utara.

Adapun, ihwal transportasi pemerintah optimistis dukungan terhadap industrialisasi mobil listrik bakal berbuah positif. Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan internasional Kementerian Perdagangan Imam Pambagyo mengatakan Indonesia kebanjiran minat investor asing untuk membikin mobil listrik dan komponennya. “Amerika Serikat jadi investor ke sekian yang menyatakan siap bikin sel batere mobil listrik di Indonesia,” katanya.

Mobil listrik sendiri untuk tahap awal didorong untuk digunakan ke moda transportasi umum. Perusahaan taksi Blue Bird yang sudah memiliki layanan jasa ride haillingnya sendiri sudah mengoperasikan belasan mobil listrik saat ini. Perusahaan ride hailling Grab dalam waktu dekat juga akan mulai menggunakan mobil listrik bikinan Hyundai ke Indonesia.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah tetap harus memperhatikan industri dalam negeri untuk berkembang. “Kalau industri tidak berkembang, nanti barang yang dijual di e-commerce kebanyakan barang impor,” katanya.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved