Management Trends

RNI Siapkan Biofuel dari Rumput Gajah

RNI Siapkan Biofuel dari Rumput Gajah

PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) rupanya bukan cuma bergelut di bisnis farmasi dan komoditas agribisnis, tetapi juga di industri energi. Bisnis yang relatif anyar bagi Grup RNI ini dimasuki lewat anak perusahaannya, PT Mitra Kerinci, yang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 15,6 MW di Solok Selatan, Sumatera Barat. Nilai total investasinya Rp 460 miliar.

Energi terbarukan

Peluncuran Proyek Energi Terbarukan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (Foto: Dok. RNI)

Data Dinas ESDM Solok Selatan menyebutkan, tahun lalu masih ada 10.661 rumah yang belum menikmati aliran listrik di daerah ini. “Terpenuhinya pasokan listrik bukan hanya bisa membantu kegiatan sehari-hari, tetapi juga akan menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat sehingga masyarakat lebih berdaya dan mandiri,” kata Agung P. Murdanoto, Direktur Pengembangan Bisnis dan Investasi RNI.

Hasil listrik PLTA garapan RNI di Solok ini tampaknya dibutuhkan sekali oleh masyarakat sekitar. Pasalnya, dua PLTA lainnya, milik Selo Kencana Energi dan Waskita Energi, rusak diterjang banjir bandang. “Sejak itu, PLN hanya mampu beroperasi 6 jam, sisanya dari genset,” ungkap Agung.

Untuk pembangunan PLTA tersebut, RNI menggandeng BUMN lainnya, yaitu PT Brantas Abipraya. Proyek tersebut diluncurkan pada Mei 2016. PLN dalam hal ini disepakati akan membeli hasil listrik tersebut dengan harga sekitar US$ 9 sen per KWH.

Di bidang energi, selain inisiatif pembangunan PLTA di Solok, RNI juga bekerja sama dengan PT Pertamina dan Toyota Motor Corporation membentuk kemitraan usaha pengembangan biomass napier grass atau pembuatan biofuel berbahan rumput gajah. Kerja sama ini telah memasuki tahap riset yang ditandai dengan pelaksanaan panen rumput gajah di Majalengka, Jawa Barat.‎‎ “Rumput gajah yang sudah ditanam seluas 7 hektare di Majalengka. Kami sudah melakukan panen pertama untuk memastikan perhitungan bisnisnya,” kata Agung.

Lebih jauh Agung mengatakan, kerja sama ini bersifat strategis, mengingat para ahli telah memprediksi cadangan energi fosil dunia, seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam, akan habis pada 2050. Dipilihnya rumput gajah sebagai komoditas dalam kerja sama ini, kata Agung, tidak terlepas dari rendemen etanolnya yang tinggi, sehingga cocok digunakan sebagai salah satu bahan pembuat biofuel. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved