Business Research Management Trends zkumparan

Robert Walters Terbitkan Buku Panduan Hadapi Krisis Talenta Teknologi

Robert Walters Terbitkan Buku Panduan Hadapi Krisis Talenta Teknologi
(ke-2 dari kiri) Antonio Mazza, Tech Manager Robert Walters Indonesia dan Eric Mary, Country Manager Robert Walters Indonesia (ke-3 dari kiri)

Berangkat dari sorotan krisis talenta teknologi yang menghambat kinerja perusahaan terutama di era digital, Robert Walters, sebuah perusahaan rekrutmen profesional, menelurkan sebuah buku panduan teknologi “Five Lessons in Tackling the Tech Talent Shortage” yang memuat temuan terbaru mengenai masalah fundamental tenaga kerja di bidang teknologi serta pendekatan untuk mengatasinya.

Eric Mary, Country Manager Robert Walters Indonesia, mengemukakan, buku panduan ini merupakan hasil survei yang telah dilakukan terhadap 400 manajer teknologi dan manajer perekrutan, serta beberapa perusahaan, dua diantaranya yaitu OVO dan Tokopedia.

Sebagai perusahaan rekrutmen spesialisasi bidang finance, banking, Informtion Technology dan marketing, Robert Walters menyoroti krisis talenta di bidang teknologi yang menghambat perkembangan produk perusahaan. Menurut Eric, krisis ini seharusnya bukan masalah besar di Indonesia mengingat populasi penduduknya yang tidak sedikit.

“Indonesia memiliki kekuatan masif pada SDM di tengah gempuran Artificial Intelligent (AI). Sayangnya, tingginya populasi dan umur produktif di Indonesia masih belum bisa dijadikan jaminan berkembangnya perusahaan teknologi,” ungkapnya.

Laporan terbaru dari Google dan perusahaan pembiayaan asal Singapura, Temasek, memperkirakan, industri e-commerce di Asia Tenggara berpotensi menarik investasi sebesar US$200 miliar, di mana porsi terbesar dipegang oleh Indonesia sebagai negara dengan populasi tertinggi.

Menilik potensi ini, seharusnya Indonesia segera menggarap industri teknologi untuk mengukuhkan lebih banyak lagi perusahaan unicorn. Sayangnya, potensi ini tidak dibarengi oleh peningkatan SDM yang tepat di bidang finance, technology & software, dan product management. Eric mengemukakan, hanya ada 10% dari seluruh populasi masyarakat Indonesia yang memiliki skill mumpuni di bidang-bidang tersebut.

Dalam buku panduan ini, dijabarkan hasil survei yang telah dilakukan yaitu 68% responden yang terdiri dari perusahaan yang bergerak di bidang teknologi membutuhkan waktu 3 bulan atau lebih untuk mencari seorang profesional teknologi untuk mengisi kekosongan tim mereka.

Sementara itu, 70% manajer mengakui adanya dampak negatif perihal keberlanjutan produk akibat krisis talenta teknologi yang terjadi saat ini. Untuk itu, Robert Walters merangkum lima poin fundamental dan inovatif yang harus dijalankan perusahaan untuk menghadapi tantangan di era digital 4.0 yang kompetitif ini. Semua poin tersebut bermuara pada ketersediaan talenta teknologi yang cukup secara kualitas dan kuantitas.

Eric bersama Antonio Mazza, Tech Manager Robert Walters Indonesia, juga turut memperkenalkan “Pulang Kampung” yaitu sebuah program yang diinisiasi pada tahun 2015 dengan tujuan utama membantu talenta-talenta terbaik bangsa yang berkarier di luar negeri untuk pulang ke ke Indonesia dan memulai karier sesuai bidang di negeri sendiri. Terhitung sejak pertama kali program berjalan, Pulang Kampung berhasil menempatkan 60 kandidatnya pada perusahaan-perusahaan di seluruh Indonesia.

“Dulu Indonesia tidak punya perusahaan unicorn sama sekali. Sehingga, anak bangsa di bidang teknologi memilih berkarier di Google atau Facebook. Tapi sekarang, sudah ada empat perusahaan unicorn yang dimiliki Indonesia. Kondisi pasar di Indonesia juga sudah berubah. Bukan tidak mungkin mereka berkeinginan untuk pulang ke Indonesia apabila melihat cepatnya perkembangan bisnis di sini. Oleh karena itu, kami membantu mereka untuk kembali dan menempatkan mereka pada perusahaan sesuai skill dan pengalaman yang dimiliki,” papar Antonio.

Eric menambahkan, mengajak pulang orang-orang Indonesia yang sudah terlanjur nyaman berkarier di luar negeri bukanlah hal yang mudah. Ada pertimbangan-pertimbangan yang mereka pikirkan, contohnya gaji dan apresiasi kerja. “Kami menekankan bahwa pulang ke Indonesia bukan hanya tentang gaji, tapi juga lebih dekat dengan keluarga dan berkarier untuk membangun negeri sendiri,” jelasnya.

Sejak program ini dimulai dari tahun 2015 hingga sekarang, sudah ada 60 profesional di bidang teknologi, banking, dan finance yang berhasil kami ajak berkarier di Indonesia. Ini adalah jumlah yang memuaskan mengingat tidak mudah mengajak orang-orang yang sudah terlanjur nyaman bekerja di luar negeri untuk kembali ke Tanah Air.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved