Trends

Saat Pandemi Covid-19, Produksi Daging Ayam Surplus 800 Ton

Foto : dok.

Peternak ayam menjerit di saat pandemi Covid-19. Pasalnya terjadi surplus produksi daging ayam yang berdampak terhadap merosotnya harga daging ayam. “Idealnya harga daging ayam sekitar Rp 19 ribu/kg, tapi saat ini hanya Rp 14 ribu/kg,” kata Rakhmat Nurianto, Ketua DPP PINSAR Indonesia (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat).

Menurut Direktur Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah, saat ini jumlah produksi daging ayam nasional mencapai 3 juta ton, sedangkan tingkat konsumsi daging ayam sebesar 2,2 juta ton, sehingga terjadi surplus ayam di Indonesia sebesar 800 ribu ton.

Sebenarnya tahun lalu pun sudah kelebihan pasokan daging ayam. Berdasarkan data dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, kebutuhan daging ayam tahun 2019 adalah sebesar 3.251.745 ton, sedangkan ketersediaan daging ayam sekitar 3.526.991 ton. Artinya terjadi surplus produksi daging ayam sebesar 275.246 ton atau rata-rata surplus sebesar 22,937 ton/bulan.

Diakui Nasrullah, kelebihan pasokan daging ayam ini disebabkan karena rendahnya tingkat konsumsi daging ayam di Indonesia. Berdasarkan Data BPS, konsumsi daging ayam tercatat hanya sebesar 12,79 kg per kapita per tahun. Bandingkan dengan Malaysia sebesar 38 kg per kapita per tahun juga Thailand sebanyak 20 kg per kapita per tahun.

Apalagi di saat pandemi Covid-19 yang membuat peternak ayam semakin terpuruk. Kondisi ini mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pertanian dan menginisiasikan sebuah kampanye yakni ‘Gerakan Makan Ayam’ atau GEMAYA.

GEMAYA merupakan kampanye yang memiliki tujuan untuk meningkatkan konsumsi ayam di masyarakat, sehingga bisa membantu kelangsungan bisnis para peternak ayam di seluruh Indonesia. Kampanye ini juga memberikan efek tidak langsung kepada perekonomian Indonesia yang terguncang karena pandemi. Tentunya, dengan dibukanya pasar-pasar dengan menerapkan protokol kesehatan akan ada transaksi yang bisa membuat roda perekenomian menggeliat kembali.

Untuk mensosialisasikan kampanye GEMAYA, akan lebih difokuskan pada digital. Selain Webinar, kampanye GEMAYA juga dilakukan melalui lomba digital untuk para youtuber dengan hashtag #gemaya dan #yukmakanayam pada deskripsi video. Selain itu, netizen diajak untuk share foto dan resep di IG Lomba Foto & Resep Instagram GEMAYA dengan membagikan kepada 5 follower-nya.

Diakui Rakhmat, kampanye GEMAYA bukan kampanye periodik ataupun seasonal, tapi bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menolong peternak ayam yang sedang terpuruk. Selain itu, GEMAYA juga menghadirkan opsi-opsi jawaban baru dari masalah ini. Ia memberi contoh rantai dingin (cold chain), proses pengaturan suhu yang tidak terputus, mulai dari pemotongan, penyimpanan hingga konsumsi. Hal tersebut bisa mengubah industri ayam ras di Indonesia. Peternak pun harus beradaptasi dengan proses ini agar ke depan bisa menyimpan pasokan berlebih.

Nasrullah menambahkan untuk menyerap produksi yang melipah diperlukan sinergi semua pihak dengan memberikan public awareness dalam mendorong masyarakat agar meningkatkan konsumsi protein hewani dan juga mencari peluang-peluang memacu ekspor.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved