Management Trends zkumparan

Seperti Apa Pengembangan Talent Gen Y?

Sumber foto: officesnapshots.com

Menciptakan kepemiminan menjadi tanggung jawab perusahaan sebagai indikator keberhasilannya dalam mengembangkan talent. Pada era disruptif dan VUCA yang penuh ketidakpastian ini, perusahaan harus menerapkan cara yang berbeda dalam mendidik talent-nya untuk bisa menjadi penerus tampuk kekuasaan.

Inilah yang menjadi pekerjaan rumah, tidak hanya berkutat pada monetasi bisnisnya saja, namun juga pada talent yang dimiliki agar dapat dikembangan lebih jauh. Menurut Managing Director Multi Talent Indonesia, Irwan Rei, setidaknya ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan. Pertama, adanya sistem, program, dan kebijakan. Kedua, kepemimpinan di organisasi itu sendiri.

Poin pertama berguna untuk mencetak pemimpin “dari dalam” melalui prosedur yang telah ditetapkan. Pemimpin yang sesuai dengan standar perusahaan dibentuk hingga mencapai tingkat kepemimpinan yang diharapkan. “Dalam era perubahan, tipe dan perilaku kepemimpinan yang adaptif adalah karakter yang sesuai. Mampu memimpin dan mengelola perubahan organisasi dan bertransformasi menjadi sosok yang dibutuhkan,” ujar Irwan. Pendefinisian inilah yang lalu digunakan sebagai dasar dari prosedur pencarian kepemimpinan yang dilakukan perusahaan.

Poin kedua, pemimpin yang efektif dapat menciptakan pemimpin baru. Setiap pemimpin pasti memiliki masanya, organisasi bertumbuh dan menghadapi lingkungan, situasi dan tantangan yang berbeda. “Pemimpin yang efektif akan berusaha untuk menciptakan pemimpin organisasi untuk masa depan agar organisasi dapat tumbuh sehat. Komitmen dan dukungan dari pemimpinlah yang dapat menciptakan penerusnya,” ungkapnya. Melalui coaching dan mentoring akan membantu perusahaan dalam menciptakan pemimpinnya masa depan.

Membangun pemimpin yang sesuai dengan generasinya akan lebih efektif jika pengembangannya dapat memengaruhi serta meningkatkan motivasi dan engagement talent dalam proses grooming. Menurut Irwan, faktor utama yang mempengaruhi motivasi dan engagement di setiap generasi relatif sama. Faktor-faktor tersebut antara lain, kesempatan mengembangkan diri, hubungan dengan rekan kerja dan/atau atasan, penghargaaan (reward & recognition), kepercayaan (trust), lingkungan kerja, dan sifat (nature) dari pekerjaan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan perbedaan antar generasi terletak pada tingkat pengaruh atau tingkat kepentingan dari faktor engagement dan metode atau media pelaksanaannya. “Misalnya, Gen Y lebih lekat dengan lingkungan kerja yang fleksibel dan mengandalkan teknologi (internet of things, gadgets). Metode atau media pembelajaran dan pengembangan diri bagi mereka akibatnya perlu disesuaikan dibandingkan bila diberikan pada generasi sebelumnya. Ruang untuk membangun mereka menjadi lebih luas dan fleksibel,” jelasnya.

Selain itu, Gen Y terlihat lebih termotivasi oleh faktor engagement seperti ‘kesempatan untuk mengembangkan diri’ (self-actualization) dibandingkan dengan gaji dan fasilitas. Pekerjaan-pekerjaan yang ‘merubah dunia’ atau ‘mempengaruhi kualitas hidup orang banyak,’ relatif akan lebih memotivasi Gen Y. “Bukan berarti gaji tidak penting, namun pengaruhnya tidak setinggi faktor engagement lainnya dibandingkan dengan pengaruh pada generasi sebelumnya,” tegas Irwan. Seperti Google yang kerap menjadi ‘the best company to work for’ dan puluhan ribu orang melamar ingin bekerja di perusahaan ini setiap tahunnya, namun mereka bukan pembayar gaji tertinggi di industri. Dengan demikian, program-program pengembangan kepemimpinan bagi generasi ini perlu dibangun dan dikemas dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas.

Pemanfaatan teknologi dapat mengakomodir kemauan Gen Y. Dengan teknologi dapat menciptakan program pelatihan dan pengembangan kepemimpinan yang personalized (microlearning) dan mempengaruhi tingkat engagement Gen Y dalam bekerja, termasuk jenis dan tujuan pekerjaan, maupun suasana/lingkungan kerja. Program coaching dan mentoring untuk membangun kompentensi kepemimpinan juga dibutuhkan untuk mendukung kompetensinya. Evaluasi sistem, program dan kebijakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensinya dan melibatkan mereka dalam prosesnya kelak loyalitas akan terbangun.

Irwan juga menyarankan agar perusahaan senantiasa menciptakan sistem, program & kebijakan yang kreatif, efektif, dan efisien. Jangan ragu untuk terus berinovasi dan kreatif dalam membangun pengembangan talent perusahaan dan kebijakannya selama cost-effective dan tidak melanggar peraturan. “Manfaatkan teknologi sebisa mungkin untuk mendukung pengembangan kepemimpinan dalam perusahaan,” himbaunya.

Reportase: Tiffany Diahnisa

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved