Management Trends

Sinergi Comdev Membangun Optimisme UMKM di Tengah Pandemi

Cepatnya perubahan tren pemasaran produk atau jasa dengan berbasis digital mendorong para pelaku UMKM untuk bisa lebih cepat beradaptasi saat pandemi Covid-19. Lebih ekstrim lagi, tidah hanya berbicara bagaimana mereka bisa berkembang, tapi tetap bertahan melawan drastisnya perubahan perilaku konsumen. Kemampuan kewirausahaan para pelaku UMKM akan diuji pada kondisi tersebut.

Seperti yang dialami pengusaha pemilik merek dagang kopi Sekarwangi, Titi dari Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sistem yang dilakukan masih kuat di konvensional dengan meletakan produk di tempat oleh-oleh atau memasok ke kafe-kafe lokal. Kopi sendiri ia dapatkan dari kelompok petani lokal yang sudah bekerja sama, dengan harapan mensejahterakan mereka. Ia menyadari harus segera mencari solusi agar usaha mereka tetap berjalan, kendatipun sudah melakukan penjualan di media sosial maupun e-commerce, namun belum membuahkan hasil riil.

Tantangan yang hampir sama juga dialami oleh SMKN 2 Tasikmalaya yang awalnya ingin merintis usaha bengkel. Upaya yang sudah dibangun untuk menjajaki layanan ganti oli berbasis sekolah pada akhirnya terkendala dengan menurunnya permintaan secara drastis pula. Azis, guru pembina usaha bengkel SMKN 2 Tasikmalaya, mengaku pandemi yang masih berkelanjutan memukul usaha yang sebenarnya sudah siap untuk komersil.

“Sebenarnya tahun 2020 kami akhirnya siap untuk melakukan kick-off dengan product knowledge mengenai oli yang sudah kami pegang, namun pandemi datang sehingga akhirnya seperti terhenti. Dan, sepanjang pandemi paling hanya ada 1-2 konsumen dalam seminggu,” jelasnya.

Tantangan-tantangan inilah yang membuat kedua usaha tersebut semakin perlu menajamkan kemampuan-kemampuan kewirausahaan. Universitas Prasetiya Mulya melalui program Community Development (Comdev) kemudian berusaha menjawab kebutuhan. Program yang juga dapat dikatakan sebagai KKN ini diinisiasi sejak tahun 2008 di Sukabumi dahulu, hingga saat ini masih konsisten menguatkan kapasitas kewirausahaan pelaku usaha baik di perdesaan maupun perkotaan.

Berbeda dengan KKN kebanyakan yang menempatkan kelompok mahasiswanya di suatu wilayah untuk membuat program kerja dalam lingkup desa atau kecamatan, program Comdev menempatkan satu kelompok mahasiswa untuk mendampingi satu mitra binaan. Dengan metode pendampingan 1:1, pihak kampus berharap kolaborasi antara mahasiswa dengan mitra binaan akan jauh lebih intensif dan komprehensif.

Olive, mahasiswa semester 6 Universitas Prasetiya Mulya memaparkan pembinaan melalui teknologi daring memang memiliki tantangan tersendiri, namun justru membuat ia terdorong untuk lebih banyak belajar dan mengimplementasikan semua ilmu yang ia dapat selama di kampus.

“Awalnya kami kurang paham saat mendapat tugas mendampingi usaha berbasis SMK, sehingga kami tergerak untuk melakukan effort lebih dari kelompok lain yang mendapat produk mitra perorangan. Namun oleh pembina jurusan kami, kami juga diberikan fundamentalnya supaya kami mengerti harapan dan ekspektasi pihak SMK nantinya,” ujarnya.

“Di sini kami melakukan observasi untuk tahu bagaimana sih ganti oli, sampai aku baru tahu harga oli ternyata kompetitif, dan ini merupakan kesulitan bagi pihak bengkel SMKN 2 untuk menentukan harga,” jelasnya.

Aziz memaparkan bahwa ia merasakan manfaat nyata dengan metode-metode yang diajarkan oleh kelompok mahasiswa Comdev yang terdiri dari 8 mahasiswa ini. Apalagi dalam hal branding dan pemanfaatan teknologi digital yang belum banyak dilakukan, serta promosi di media sosial yang belum dimaksimalkan. “Setelah berdiskusi tentang poin-poin SWOT bengkel, mahasiswa Comdev memberikan saran melakukan “Service in Home” sebagai salah satu layanan spesial serta menguatkan promosi di berbagai media sosial,” ungkapnya lagi.

Comdev sendiri adalah program Kuliah Kerja Nyata berbasis kewirausahaan dimana seyogyanya mahasiswa terjun langsung ke wilayah binaan terpilih untuk melakukan pendampingan UMKM selama 3-4 minggu. Namun, akibat pandemi yang masih berlangsung, maka Comdev kali ini berbeda dari tahun sebelum-sebelumnya. Mahasiswa menggunakan media daring untuk membina pelaku usaha secara jarak jauh, namun tetap terarah dan intensif selama 1 bulan.

Menurut Danang selaku Manager PPUK (Pusat Pengembangan Usaha Kecil) Universitas Prasetiya Mulya, Comdev tahun ini melibatkan 158 peserta di antaranya 10 SMK sebagai ujicoba. “Kami berharap pandemi ini cepat selesai, namun ternyata (gaya) bisnis sudah banyak berubah dan bergeser ke online. Melalui program tersebut, kita ingin mereka (pengusaha UMKM) bisa meng-capture knowledge baru itu,” ujarnya.

UMKM berperan besar, dan merupakan penopang kelancaran dan stabilitas perekonomian nasional Indonesia. Efektivitas pemberdayaan UMKM selama ini perlu didongkrak dan didukung oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah sendiri dan institusi swasta.

Alasan ini pula yang menjadi fokus Universitas Prasetiya Mulya dalam dunia pendidikan untuk terus berupaya membangun generasi unggul berwawasan di bidang bisnis dan teknologi. Kampus ini mempersiapkan calon entrepreneur untuk terjun langsung dan mampu memberikan dampak pada sekitarnya, terutama bisnis kecil.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved