Management Technology Trends

Sinergi Telkomsel - SWA Lahirkan Banyak Digital Mastery di Indonesia

Sinergi Telkomsel - SWA Lahirkan Banyak Digital Mastery di Indonesia

Telkomsel saat ini bisa dibilang satu-satunya operator selular dengan kinerja bisnis paling moncer dengan pertumbuhan laba triple digit selama tiga tahun berturut-turut. Namun, kondisi ini tidak menjadikan anak usaha Grup Telkom ini berpuas diri. Di tengah era disruptif ini, Telkomsel menantang diri dengan melakukan transformasi HR (Human Resources) melalui Digital Mastery. Ini merupakan jawaban Telkomsel dalam mengakselerasi tranformasi perusahaan dari Telecommunication Company menjadi Digital Telecommunication Company (Digicom).

Direktur Human Capital Management Telkomsel, Priyantono Rudito, Ph.D di sela-sela peluncuran buku “Digital Mastery” menuturkan tahun ini Telkomsel makin menguatkan diri menjadi Digicom dengan melakukan transformasi HR agar orang-orang Telkomsel bukan saja mencapai target kinerja tapi mencapai meaning dalam bekerja. Ia menyebut proses ini sudah dijalani Telkomsel selama 6 bulan terakhir mendorong orang-orang Telkomsel menjadi Digital Mastery.

Semua proses transformasi di HR itu dituangkan dalam buku dengan judul Digital Mastery yang ditulis Priyantono bersama Mardi FN Sinaga, MBA, VP People Development. Ditemui di Hotel Fairmont, Senayan Jakarta, Priyantono menjelaskan gaya hidup yang lekat dengan digital saat ini sudah menjadi fenomena, bahkan hingga ke level paling bawah. Maka itu Telkomsel sebagai perusahaan yang dekat dengan bisnis ini, harus menjadi pemimpin.

Apa itu digital mastery? Digital mastery diartikan Priyantono merupakan kemampuan orang memberikan dan menciptakan sesuatu dengan kemanfaatan yang lebih besar dengan teknologi digital. Ia mencontohkan Nadiem Makarim di Indonesia dengan Go-Jek dan Mark Zuckerberg yang menciptakan Facebook. Dua produk itu menurutnya hingga saat ini memberi impak luar biasa pada kehidupan manusia modern yang dekat dengan digital.

“Transformasi ini multidimensi aspek, agar Telkomsel sustain leading memberikan layanan terbaiknya,” imbuhnya. Mardi menambahkan, perubahan ini merupakan keharusan. Awalnya di internal Telkomsel menurut Mardi merasa bahwa sebagai perusahaan telko sudah mumpuni di bisnis ini. Tapi setelah dilakukan riset HR, ternyata belum pada level memimpin di inovasi digital.

Ini dikarenakan digitalisasi di Indonesia menurut Priyantono terjadi lebih cepat dari yang kita bayangkan sebelumnya. Adopsi digital sangat cepat di segmen lebih luas yaitu di level bawah. Ia mencontohkan asisten rumah tangganya yang sudah membeli bajunya lewat sebuah toko online, atau seorang TKW Indonesia yang bangga bisa nyanyi duet bersaa Jessy J seorang penyanyi wanita dunia melalui aplikasi Smule.

Priyantono lebih lanjut menjelaskan bahwa transformasi digital bukanlah melulu masalah teknologi namun sebuah transformasi organisasi menyeluruh yang mencakup perubahan aspek-aspek krusial lain seperti strategi, proses, sumber daya manusia dan budaya, hingga kepemimpinan. Transformasi digital tak hanya masalah mengadopsi machine learning, memanfaatkan big data, atau menciptakan aplikasi digital semata. “That’s a management and people challenge, not just a technology one”, ujarnya.

Priyantono mengatakan saat ini norma bisnis yang diyakini pun berubah. Maka itu penting bagi Telkomsel mengintensifkan transformasinya dari perusahaan telko menjadi digital. “Harus dikenali apa pendorong perubahan digital itu. Kedua apa nilai baru yang muncul dari cara bekerja baru yaitu open mindset, egalitas, eksperimental. Ketiga menggunakan pendekatan berbeda. Telkomsel menggunakan tiga pendekatan: experimential, coaching dan unlock dari nilai-nilai yang ada selama ini,” jelasnya.

Mardi menambahkan transformasi ini membuat Telkomsel melakukan rekompetensi, memperkuat organisasi, dan mengembangkan kultur ke arah yang kuat digitalnya. Mereka kemudian diberi knowledge, bimbingan dan dikirim ke tempat-tempat yang mendorong mereka siap menghadapi era disrupsi. Telkomsel punya Lentera yang merupakan elearning yang menurut Mardi menjadi wadah secara aktif mendorong para karyawan siap di era disruptif ini. Ia menyebut hanya 20 persen di kelas tatap muka, sisanya sudah beralih ke digital, bahkan dengan doing digital on duty.

Proses transformasi ini menghasilkan posisi-posisi baru antaranya: Project Sponsor yang dipimpin oleh BOD, Digital Mastery GPS, Scrum Master, Project Leader dan ada Digital Mastery Commitee. “Dan dari sana kami terus menciptakan sumur digital,” katanya.

Dengan transformasi ini, ia melanjutkan membuat Galaxy of knowledge Telkomsel menjadi lebih luas. Ini memungkinkan Telkomsel menggandeng industri lain seperti kedokteran, ritel, logistik, FMCG dan sebagainya. Dihadapan lebih dari 300 peserta peluncuran buku ini Priyantono memaparkan apa yang dilakukan Telkomsel dalam transformasi HR-nya, dengan tujuan untuk mendorong digital mastery di perushaaan-perusahaan lain. Ia meyakini dengan menularkan apa yang telah dilakukan Telkomsel melalui buku ini bisa mendorong Indonesia lebih baik.

Dalam bukunya, Priyantono menjabarkan bahwa transformasi digital menuntut perusahaan mengembangkan dua kemampuan, yaitu kemampuan digital (digital capability) dan kemampuan kepemimpinan (leadership capability). Yang pertama menyangkut the “what” of technology (kemampuan membangun dan mengembangkan teknologi digital), sementara yang kedua menyangkut the “how” of leading change (kemampuan mengarahkan dan menggerakkan perubahan).

Setiap perusahaan memiliki peluang untuk bisa lolos daru ancaman disrupsi digital, dengan menempati posisi sebagai Digital Mastery, maka Perusahaan akan terhindar dari bahaya disrupsi dan bahkan menciptakan model bisnis baru yang mampu mendisrupsi industri. Menjadi agenda besar bagi setiap perusahaan untuk menggulirkan transformasi digital dengan tujuan akhir menjadi Digital Master. Pertanyaannya, bagaimana cara efektif untuk mencapai posisi Digital Master. Apa saja faktor-faktor pengungkitnya (levers) sehingga kita bisa membangun dan mengembangkannya secara sistematis? Bagaimana mengembangkan para digital leaders di berbagai level organisasi?

Menggandeng Majalah SWA dan ITB pada kesempatan yang sama dilakukan Kick off Pengukuran Digital Mastery di Indonesia. Acara ini dihadiri juga Pimpinan Usaha Grup SWA Kemal Effendi Gani dan Rhenald Kasali sebagai penulis pengantar buku ini.

“Kami akan melakukan survei di perusahaan-perusahaan Indonesia bagaimana Digital Mastery Indeks agar bisa menjalankan langkah-langkah yang lebih cermat lagi dalam melakukan transformasi digital,” kata Kemal sebelum kick off dilakukan. Survei ini bertujuan mengetahui tingkat kemimpinan dan kapabilitas digital sebuah perusahaan, mengetahui posisi perusahaan dalam kuadran digital mastery, dan mendukung serta mendorong transformasi perusahaan yang berbasis digital culture. Dan pada Agustus 2017 nanti akan diadakan seminar hasil survei ini.

Saat ini Telkomsel terus menjadi yang terdepan dalam melakukan pengembangan teknologi seluler terkini di Indonesia, dan berkomitmen untuk membangun ekosistem digital tanah air. Setelah menjadi yang pertama secara komersial meluncurkan mobile 4G LTE di Indonesia pada akhir 2014, baru-baru ini Telkomsel juga telah melakukan uji coba 1Gbps yang merupakan roadmap penerapan 5G di masa mendatang.

Telkomsel berupaya untuk mengedepankan inovasi dari sisi produk dan layanan, jaringan, serta teknologi untuk menghadirkan pengalaman mobile digital lifestyle yang semakin berkualitas bagi pelanggan. Untuk menghadirkan digital experience yang optimal sesuai kebutuhan pelanggan yang beragam, tahun ini Telkomsel akan mengembangkan berbagai layanan digital lifestyle, khususnya layanan berbasis video. Di sisi lain, untuk mendukung ekosistem digital yang kuat, Telkomsel terus menggelar BTS broadband di berbagai lokasi di Indonesia. Adapun komposisi BTS broadband secara nasional adalah sekitar 61% dari total keseluruhan 129.000 BTS yang tersebar hingga ke wilayah pulau terdepan, pelosok, dan daerah perbatasan.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved