Trends

Solid Gold Berjangka Bali Tetap Tumbuh Saat Pandemi

(Ki-ka): Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang – Pimpinan Cabang SGB Bali, Peter Christian Susanto

PT Solid Gold Berjangka Bali (SGB Bali) di tahun 2020 berhasil mencetak total volume transaksi sebesar 28.759 lot, dan menambah 84 nasabah baru. Di tahun 2021, SGB Bali optimis jumlah nasabah akan naik 200 persen dengan kenaikan pendapatan 44 persen atau 50.000 lot karena masyarakat sedang membutuhkan pembenahan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Pimpinan Cabang SGB Bali, Peter Christian Susanto, menyatakan, pembenahan yang dilakukan telah membuat SGB Bali ke arah yang lebih baik dengan melakukan pembaharuan restrukturisasi manajemen, peningkatan kegiatan edukasi, perbaikan sistem operasional, dan pembinaan yang matang terhadap calon broker serta wakil pialang berjangka.

“Masyarakat yang tertarik pada tawaran investasi di perdagangan berjangka, tak perlu khawatir. Investasi berjangka akan menjadi solusi bagi masyarakat Bali di 2021 ini,” ujar Peter.

Saat ini SGB Bali #RasaBaru didukung dengan tim analis pasar dan riset yang berpengalaman dan siap memberikan informasi pasar dan pergerakan harga yang sesuai sehingga mengoptimalkan transaksi para nasabah. “Kami pastikan, tim konsultan yang mendampingi Anda adalah mereka yang berpengalaman dan tersertifikasi di bidang investasi perdagangan berjangka”.

Setiap calon broker yang baru bergabung diwajibkan untuk mendapatkan training selama 2-4 minggu, dan setelah lolos tes barulah diperbolehkan memberi edukasi kepada nasabah.

SGB Bali kini juga memiliki layanan TradingCare24 untuk nasabah bersama dengan tim wakil pialang berjangka tersertifikasi yang selalu dalam pengawasan ekstra saat sedang bekerja di lapangan.

Menurut Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang, pada acara Media Gathering PT Solid Gold Berjangka “Mengenal Peluang dan Risiko di Perdagangan Berjangka Komoditi”, di Denpasar Sabtu (27/2) menyatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam Instrumen yang beragam, termasuk salah satunya di produk derivatif perdagangan berjangka.

“Namun setiap instrumen investasi memiliki resiko, yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi tingkat pengembalian dari investasi tersebut”, ujar Stephanus seraya menambahkan, perlunya setiap investor memperhatikan bagaimana mengelola dan meminimalkan resiko tersebut, agar tercipta sebuah iklim investasi yang sehat dan bertanggung jawab.

“Dalam hal ini, setiap investor harus benar-benar memahami aturan serta resiko dari jenis investasi itu sendiri. Ada rasa fair, tidak hanya memikirkan sisi positifnya semata,” tuturnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved