Trends

Solid Gold Berjangka, Tetap Tumbuh di Saat Pandemi Covid

Dikki Soetopo Direktur PT Solid Gold Berjangka

Pandemi Covid-19, berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi global dan resesi yang meluas ke banyak negara. Di Indonesia pun beberapa sektor bisnis pun mengalami keterpurukan. Lain halnya dengan PT Solid Gold Berjangka, justru pertumbuhannya kian kinclong.

Saat ini, Solid Gold Berjangka menawarkan 2 jenis produk yaitu Multilateral dan Bilateral ( Sistem Perdagangan Alternatif ) yang mencakup Indeks ( Hang Seng dan Nikkei ), Forex ( EUR, GBP, AUD, JPY dan CHF ) dan Komoditi ( Emas ). Saat ini yang menjadi produk unggulan PT Solid Gold Berjangka Jakarta yaitu komoditi emas (Gold).Karena emas adalah salah satu aset safe haven dan juga berperan sebagai lindung nilai (hedging).

Menurut Dikki Soetopo, Direktur PT Solid Gold Berjangka, tren emas tetap stabil di atas level USD 1.900/troz hingga akhir tahun. Hal ini sesuai dengan keyakinan para analis global yang menyatakan bahwa harga emas berpotensi menembus kembali rekor tertinggi di level USD 2.100/troz di akhir tahun 2020 ini.

Diakui Dikki, saat ini perusahaannya justru mengalami pertumbuhan di tengah pandemi virus corona ini, baik dari sisi volume transaksi maupun jumlah nasabah baru.

Sejak awal tahun hingga Juli, setidaknya total volume transaksi Solid Gold Berjangka, khususnya cabang Jakarta mengalami pertumbuhan 30% dibanding periode yang sama sebelumnya menjadi 60.797 lot. Sementara jumlah nasabah baru juga sudah bertambah 247 orang. Sedangkan dari sisi volume terbanyak datang dari transaksi bilateral yang mencapai 57.571 lot. Sementara sisanya, yakni 3.226 lot merupakan transaksi multilateral.

Dikki menambahkan, kenaikan harga emas menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan tersebut. Pasalnya, selama pandemi tren peningkatan transaksi di produk loco gold meningkat hingga 30% dari tahun sebelumnya.

Selain itu, para nasabah baru juga datang seiring lonjakan harga emas yang sempat menembus rekor tertinggi sepanjang masa. Dikki menilai hal tersebut sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa ada alternatif investasi logam mulia dalam bentuk kontrak berjangka yang berpeluang lebih menguntungkan.

Apalagi dengan pertimbangan pemulihan ekonomi yang belum menyeluruh, ancaman resesi di berbagai negara, hingga indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang masih tertekan, ia berharap menilai harga emas masih bisa kembali melambung.

“Di tengah situasi pandemi, peluang investasi emas menjadi sangat menarik karena sifatnya yang safe haven, artinya memiliki nilai yang stabil ditengah ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan berbagai faktor. Karenanya kami tetap optimis bahwa target volume transaksi sebesar 100 ribu lot dan 600 nasabah baru yang ditargetkan hingga akhir tahun ini,” kata Dikki.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved