Management Trends

Solusi Computational Thinking untuk Hadapi Pendidikan Global

Solusi Computational Thinking untuk Hadapi Pendidikan Global

Dari banyak survei yang dilakukan sejumlah lembaga kredibel internasional, ternyata kondisi sistem pendidikan negara kita kurang ideal, karena masih berada di urutan bawah. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini dinilai belum mampu menjawab tantangan masa depan yang penuh persaingan dan kompleks.

“Perkembangan dunia pendidikan sangat cepat, karena itu Indonesia harus menyesuaikan kurikulum agar dapat bersaing di era global. Sekolah harus mampu mempersiapkan anak didik menghadapi dunia nyata yang penuh masalah agar siap dalam persaingan global,” kata pakar pendidikan Indra Charismiadji dalam seminar ‘Computational Thinking, A Global Trend in Education- Seminar and Workshop for School Leaders di Jakarta (13/10/2016).

sampoerna-university-swa-ol

Menurut Indra, salah satu cara mengatasi ketertinggalan pendidikan Indonesia dengan menerapkan STEM (Science, Technology, Engineering, and Math), sebuah model pembelajaran populer di dunia yang efektif dalam menerapkan pembelajaran tematik integratif karena menggabungkan empat bidang pokok dalam pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, matematika, dan enjinering.

“Metode STEM mengajak siswa untuk mengintegrasikan mata pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran melibatkan 7 keahlian utama bagi siswa abad 21, yaitu, kolaborasi, kreatif, berpikir kritis, komputerisasi, pemahaman budaya, dan mandiri dalam belajar serta berkarier,” jelas Indra.

Saat ini materi kurikulum STEM telah dipersiapkan untuk di sekolah-sekolah dalam negeri. Kurikulum tersebut mengajarkan anak didik tentang ‘computational thinking’. Artinya, bukan sekadar belajar menekan tombol, melainkan belajar memecahkan masalah dengan teknologi atau berpikir layaknya komputer. “Di Indonesia harus menyadari bahwa dunia pendidikan sangat berubah. Yang tadinya dengan kertas, kapur, dan buku, kini harus mampu menyesuaikan teknologi,” ujar Indra. Itulah sebabnya, sekolah yang menerapkan keterampilan computational thinking akan menjadi barometer bagi sekolah lain dan mampu bersaing dan menjadi pemimpin dalam penerapan pembelajaran abad 21.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Pengembangan Mahasiswa Sampoerna University, Eddy Henry, menjeaskan, computational thinking merupakan sebuah pendekatan yang diyakini dapat menjadi salah satu solusi dalam menjawab tantangan masa depan, dengan lebih cermat dan terukur.

“Sejauh ini Sampoerna Academy dan Sampoerna University telah mengimplementasikan metode Pendidikan Abad 21 melalui pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts dan Math (STEAM) yang mengedepankan computational thinking,” ucap Eddy mengklaim.

Eddy menjelaskan, pendekatan STEAMi sudah diperkenalkan sejak taman kanak-kanak (TK) dan tingkat sekolah dasar (SD) melalui pengajaran dan permainan yang mendorong mereka untuk mampu memecahkan masalah sederhana.

Nah, untuk tingkat pendidikan menengah hingga perguruan tinggi, siswa akan diberikan tingkat pemecahan permasalahan yang lebih kompleks. Mereka juga diperkenalkan bagaimana memanfaatkan alat bantu seperti komputer dan perangkat digital sesuai tujuannya.

“Saya percaya penerapan computational thinking mampu menyiapkan para siswa untuk menghadapi kebutuhan kerja di masa depan dan meraih kesuksesan di era globalisasi,” tegas Eddy. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved