Management Trends

Strategi ACT Salurkan Dana Hingga ke Mancanegara

Imam Akbari Senior VP of Global Philantropy & Communications ACT (foto: Syukron Ali/SWA)

Imam Akbari Senior VP of Global Philantropy & Communications ACT (foto: Syukron Ali/SWA)

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga ikut andil dalam membantu sesama bangsa. Ibarat bermasyarakat di tingkat desa, jika ada tetangga yang membutuhkan maka seyogyanya sebagai tetangga untuk turun tangan membantunya. Begitu pula dalam hubungan kemanusiaan lintas bangsa di dunia.

Filosofi ini yang mendasari lembaga kemanusiaan global Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk beraksi tidak hanya di lingkup regional, tapi juga global. Sejak pertama kali dibangun pada tahun 2004, cita-cita menjadi lembaga kemanusiaan global yang profesional yang berbasis pada filantropi global sudah mulai digaungkan.

Bencana tsunami di Aceh tahun 2004 silam, menjadi langkah pertama ACT untuk berkontribusi pada peradaban dunia yang lebih baik. Selanjutnya berbagai kejadian bencana alam dan kemanusiaan yang melanda di Indonesia, seperti gempa bumi Yogyakarta (2006), banjir Jakarta (2007), jebol tanggul Situ Gintung Jakarta (2009), longsor Banjarnegara (2010) dan jatuhnya pesawat Sukhoi di Bogor (2012) ditanggapi dengan cepat.

Meski lahir dan besar di Indonesia, ACT tidak hanya jago kandang di wilayahnya sendiri. Berbagai peristiwa dan bencana kemanusiaan di berbagai belahan di dunia terus disambangi. Diantaranya lewat program jangka panjang Sympathy of Solidarity (SOS) Palestina sejak 2009, berlanjut kemudian SOS Somalia (2011), SOS Syria (2012), SOS Rohingya (2012), gempa bumi di China (2014) dan gempa bumi di Nepal (2015).

Dengan bekal SOS di berbagai negara tersebut, tepatnya pada tahun 2012 ACT memantapkan dirinya menjadi duta kemanusiaan global. Sebagaimana nafas keislaman yang universal, ACT terus menyebarkan nilai-nilai universalitasnya ke berbagai negara. Tidak melihat ras, agama dan bahasa.

Bahkan, menurut Imam Akbari Senior VP of Global Philanthropy & Communications ACT, dengan menjadi duta kemanusiaan global, ACT bisa menjadi jalan (high diplomacy) untuk persatuan bangsa di dunia.

“Jika kita terbiasa membantu orang, maka saat kita mengalami kesulitan akan dibantu,” jelas Imam memberi analogi kepada SWA Online di kantornya di Menara 165 Jakarta (2/9/2016).

Lalu, bagaiamana dengan donasinya? Imam menjabarkan selama ini sistem yang diterapkan di ACT untuk penggalangan dana adalah lewat teori ACT. Yaitu: Action yang dibarengi dengan Communications maka akan ada Trust. Trust ini yang menjadi kunci ACT dalam menjalankan aksi kemanusiaannya.

Hasilnya cukup signifikan, dari tahun ke tahun jumlah donasi yang dihimpun mengalami kenaikan. Di tahun 2012 jumlah dana yang dihimpun sebesar Rp 32,49 miliar. Satu tahun setelahnya, di 2013 meningkat lagi menjadi Rp 42,81 miliar. Angka tersebut terus meningkat, di tahun 2014 jumlahnya mencapai Rp 91.54 miliar dan tahun 2015 bertambah dua angkat menjadi Rp 93,16 miliar.

Jumlah tersebut sudah mencakup pembagian diwilayah regional dan global. Sedangkan untuk jumlah yang disalurkan untuk program bantuan kemanusiaan global pada tahun 2014 mencapai Rp Rp 12.3 miliar, di tahun 2015 meningkat lagi menjadi Rp 16,8 miliar.

“Dana tersebut kami peroleh dari para donatur yang saat ini sudah mencapai 89.470 orang. Kami juga menerima dana dari program CSR perusahaan yang jumlahnya mencapi 200 lebih serta dana kami peroleh dari program kemitraan ,” jelas Imam. Saat ada isu atau peristiwa kemanusiaan yang melanda di dunia dan turut disebar oleh media mainstream, maka semakin mudah pula akses penggalangan dana dari masyarakat.

“Semakin tinggi pemberitaan oleh media masa terhadap suatu peristiwa global, maka berbanding lurus dengan tingginya partisipasi masyarakat untuk berdonasi,” jelas Imam lagi. Namun, Imam menyayangkan saat ada peristiwa yang tidak kalah besar, tapi ulasan media massa kurang, sehingga informasi yang sampai pada publik pun terbatas.

Untuk mengatasinya, supaya dana yang berputar terus berjalan, ACT tengah menyiapkan beberapa unit usaha yang bertujuan untuk menyokong berbagai bantuan kemanusiaan di regional maupun global. Sedangkan untuk proses distribusi bantuan dan aksi kemanusiaan, ada berbagai cara yang dilakukan

Sebagian bantuan secara langsung atau bisa lewat bekerja sama (kemitraan) dengan para lembaga swadaya masyarat di negara setempat. Imam, mencontohkah IHH, LSM asal Turki yang aksinya terus menggeliat di berbagai wilayah dunia dan sudah menjalin kerja sama dengan ACT sejak 5 tahun yang lalu.

Ada juga program Global Wakaf, Global Zakat dan Global Qurban yang terus digulirkan sepanjang tahun. Untuk Global Wakaf, menurut Imam bersama Islamic Development Bank sedang membangun Global Wakaf Tower di Kuningan Jakarta. Nantinya, bangunan sinergi antara ACT dengan PT Provera Development itu akan digunakan untuk membiayai program-program sosial, salah satunya di bidang pendidikan.‎

Selain itu, program kemitraan lain yang digagas ACT adalah Solidaritas Kemanusiaan Dunia Islam (SKDI). Program ini bertujuan untuk menanggulangi krisis kemanusiaan bagi umat Islam global. Dan diharapkan dapat menyatukan berbagai elemen masyarakat untuk turut serta membangun lewat dana, keahlian, organisasi dan pemikirannya.

Semua rekam jejak panjang ACT di global tersebut, tidak menutup mata mereka untuk menyalurkan bantuan di regional (Indonesia). Prinsipnya, sekecil apapun korban yang melanda di Indonesia, dengan cepat akan mereka tanggapi.

“Yang jauh saja kami bantu, yang dekat apalagi,” jelas Imam. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved