Trends zkumparan

Strategi AMD Merangsek Pasar Game

AMD

Ryan Sim, Direktur Penjualan Kanal (ASEAN) AMD

Pemain TI global, AMD, tampaknya semakin jatuh cinta dengan pasar Indonesia yang terus tumbuh signifikan dari tahun ke tahun. Produsen prosesor, PC game, dan konsol game ini semakin agresif. Terlebih di produk berbasis game, mereka semakin tancap gas. Maklum, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan tahunan bisnis game di Indonesia selalu dua digit. Nilainya pun tidak main-main, diperkirakan sudah di atas US$ 487 juta/tahun.

Selama ini AMD di Indonesia cukup kuat di bidang penyediaan prosesor serta kartu grafis, dan Indonesia dinilai sebagai pasar pentingnya di ASEAN karena menyumbang 25% dari total penjualan. “Kami berharap tahun 2018 pasar Indonesia tetap tumbuh. Tahun lalu, year on year kami tumbuh menyentuh 70%. Kami mengalami big growth,” ungkap Ryan Sim, Direktur Penjualan Kanal (ASEAN) AMD, semringah. Salah satu keunggulan produk AMD, termasuk prosesornya: didesain sedemikian rupa sehingga lebih nyaman untuk bermain game.

Salah satu strategi AMD untuk mempercepat peningkatan pangsa pasar di Indonesia adalah dengan meluncurkan banyak produk sekaligus. “Kami mengeluarkan lebih dari 10 produk baru tahun 2017. Mulai dari high enddesktop sampai ke produk desktop mainstream melalui produk Ryzen Family,” katanya. Yang termasuk keluarga Ryzen adalah Ryzen 5, Ryzen 7, dan Ryzen 3. Mereka juga meluncurkan Ryzen Mobile di Jakarta pada November 2017 yang merupakan peluncuran pertama secara global. Beriringan dengan itu, juga diluncurkan Radeon RX 500 Series, EPYC Server, APU 7th Gen, Ryzen Pro, Radeon Pro, Ryzen Threadripper, dan Radeon RX Vega.

Tahun lalu, dari sekitar 10 produk AMD yang sudah diluncurkan untuk pasar Indonesia, sebagian besar produk prosesor dalam keluarga Ryzen. Ryzen 5 dan 7, misalnya, merupakan prosesor dengan arsitektur Zen core untuk kelas menengah. Adapun Ryzen 3 ditujukan untuk entry level dan Ryzen Threadripper untuk kelas atas. Namun AMD juga meluncurkan produk baru di bidang kartu grafis, Radeon RX Vega, yang ditujukan bagi pengguna kelas atas. Bahkan juga meluncurkan produk server baru, EPYC Server, yang ditujukan untuk pasar cloud, dan seri AI untuk menggarap pasar enterprise dan komersial.

Kendati demikian, diakui Ryan, pendapatan dari bisnis server belum terlalu besar karena masih relatif anyar dan setahun ke depan baru akan terasa. Saat ini pendapatan AMD di Indonesia masih didominasi produk prosesor, notebook, PC mainstream, dan konsol game. Konsol game terbilang menjadi andalan karena pabrikan ini juga memasok konsol game untuk Microsoft dan Sony. Untuk CPU (central processing unit) dan APU (accelerated processing unit), posisi AMD di Indonesia juga sangat kuat. Bahkan, dikabarkan 70% pengguna game warnet di Indonesia menggunakan CPU APU dari AMD.

Ryan sangat optimistis masa depan produk-produknya akan sangat cerah, terlebih yang terkait industri game. Maklum, saat ini pasar Indonesia dilihatnya masih berada di posisi entry level sehingga peluang untuk dikembangkan masih terbuka lebar. Selain itu, mulai ada pergeseran persepsi dan gaya hidup. Dulu gamers dianggap sebagai pemalas dan tak bermasa depan sehingga orang hanya belajar melalui buku. Padahal, melalui game bisa dilakukan banyak hal, termasuk olah raga. Seperti e-sports di Amerika Serikat, tunjuknya, perkembangannya luar biasa. “Di sana orang melihat pertandingan e-sports seperti kita nonton bola, bahkan penontonnya sampai 800 ribu,” katanya. E-sport adalah pertandingan game yang melibatkan banyak pemain (multiplayer).

Untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia, selain dengan meluncurkan banyak produk baru, AMD akan mendukung kegiatan e-sports di Indonesia. “Kami sangat intensif mendukung online gaming sport, bahkan e-sports sebenarnya sudah menjadi bagian dari Asian Games,” katanya. Selain itu, pihaknya terus memperkuat kanal online, baik untuk penjualan maupun promosi, serta memperbanyak jumlah mitra yang tepat untuk meningkatkan dominasi di pasar.

Pendeknya, AMD benar-benar tancap gas di sini. Dan pastinya, ini akan memancing persaingan sengit dengan kompetitor yang tentunya tak mau membiarkannya melenggang. (*)

Reportase: Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved