Technology Trends zkumparan

Strategi GoWork Melesat di Bisnis Coworking Space

Vanessa Hendriadi, Co-founder dan CEO GoWork,

Era digital dan disrupsi memang membawa banyak perubahan di berbagai hal. Termasuk, dalam hal cara orang bekerja. Salah satunya yang menonjol, sekarang makin banyak orang yang lebih suka bekerja secara mobile, dengan tempat dan waktu yang lebih fleksibel. Gaya kerja seperti ini terutama sekali dilakoni para profesional dari generasi milenial. Tak sedikit dari mereka bekerja dengan laptop dan gawai di kafe-kafe ataupun tempat nongkrong lainnya. Buat mereka yang menginginkan fasilitas yang lebih komplet, fasilitas coworking space menjadi pilihan.

Gaya hidup dan gaya kerja fleksibel seperti itu dimulai di beberapa kota besar di negara-negara maju. WeWork, sang perintis layanan fasilitas coworking space di New York City, AS, kini menjadi pemain terbesar –dengan menyediakan ruang kerja total seluas hampir satu juta meter persegi, tersebar di 90 kota di lebih dari 20 negara– yang mengakomodasi para entrepreneur atau profesional yang ingin bekerja dengan fasilitas kantor memadai tetapi tanpa perlu punya kantor sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, gaya kerja seperti itu juga sudah menular ke Indonesia, terutama di Jakarta. Tak mengherankan, kini berkembang sejumlah nama coworking space di kota metropolitan ini. Salah satu pemain yang paling menonjol saat ini adalah GoWork; terutama karena sudah punya belasan cabang. “Occupancy rate kami selama ini juga sudah mencapai 80-90%,” kata Vanessa Hendriadi, Co-founder dan CEO GoWork, mengklaim. Ia mencontohkan, cabang GoWork di Menara Rajawali, Mega Kuningan, Jakarta, yang baru buka dua bulan lalu saja sudah punya pesanan 100%. “Rata-rata sewa mereka bulanan, tapi ada yang sudah langsung booking dua tahun,” ujarnya.

GoWork yang sekarang beroperasi ini sebenarnya hasil merger yang dilakukan secara formal pada Februari 2018 dari dua entitas coworking space: ReWork yang didirikan oleh Vanessa dan GoWork (“versi lama”) yang dibidani Richard Lim dan Donny Tandianus. “Kebetulan saya sudah kenal cukup lama dengan founder GoWork. Jadi, ketika tahu Richard dan teman-temannya menjalankan bisnis yang sama, kami ngobrol lagi,” ungkap Vanessa, yang mengaku di ReWork merupakan solo-founder (pendiri tunggal). ReWork yang merintis fasilitas pertamanya di Cityloft, Jakarta, sebenarnya sudah setahun lebih dulu berkiprah.

Nah, kata Vanessa, merger itu terjadi setelah melihat latar belakang dan ketertarikan mereka yang sama, dan ternyata bisa saling melengkapi. Ia menegaskan, tak ada yang berubah pada fondasi usaha mereka. Menurutnya, dari awal membangun ReWork pada 2016 ia sudah menyiapkan visi, misi, dan nilai-nilai (values) yang akan dijalankan, sedangkan pihak mitra (Richard dan Donny) membawa konsep desain produk dan servis (space) yang dinilai Vanessa sudah sangat bagus. “Setelah kami bergabung, gerak kami malah lebih cepat dan dinamis,” ujarnya. Setelah terjadi merger, dengan mempertahankan nama GoWork itu, Vanessa ditempatkan sebagai CEO, Richard sebagai CFO, dan Donny sebagai CTO.

Vanessa menyadari bisnis coworking space di Tanah Air mulai diramaikan banyak pemain. Karena itu, pihaknya menerapkan sejumlah strategi. Pertama, berupaya memberikan layanan yang lengkap dan optimal untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. “Kami tidak mau perang harga dengan memberikan harga yang murah,” katanya. Dalam hal ini, menurutnya, pihak GoWork akan menyediakan listrik yang memadai, akses internet yang cepat dan aman, ruang kerja yang bersih hingga pantry, ruang yang besar, dan sebagainya. Selain tersedia layanan harian (hot desk daily), juga ada layanan berlangganan bulanan, yakni hot desk monthly dan private office.

Kedua, berupaya memilih lokasi yang strategis. “Orang bekerja di coworking space itu kan agar efisien dari segi waktu dan bisa fleksibel,” kata Vanessa. Karena itulah, pihak GoWork berupaya mencari lokasi yang gampang diakses, berkelas premium, merupakan meeting point, dan dekat dengan tempat makan. Selain yang berlokasi di Menara Rajawali, cabang GoWork juga ada di Citilofts, Chubb Square (1.0 dan 2.0), Setiabudi, fx Sudirman, Pacific Place, dan Sahid Sudirman. Pada akhir tahun ini juga direncanakan akan dibuka di Plaza Indonesia.

Sekarang sudah ada 12 cabang, dan direncanakan akan menyusul dua cabang lagi, sehingga nanti di awal 2019 sudah ada 14 cabang. “Dengan cabang kami yang sudah ada di mana-mana itu, nantinya member kami tidak perlu repot-repot lagi mencari tempat kerja, karena satu akun member bisa dipakai di cabang GoWork mana pun,” katanya.

Yang ketiga, mengembangkan aplikasi GoWork. Dengan aplikasi tersebut, aktivitas mulai dari booking tempat, untuk menggelar event atau sekadar kerja dan meeting, sudah bisa dilakukan di situ. Juga, sudah ada fitur media sosialnya, sehingga antar-anggota GoWork bisa saling kenal dan memungkinkan mereka mendapatkan peluang dan informasi terkait bisnis atau karier.

Bagaimana GoWork bisa mendapatkan lokasi-lokasi prima dan strategis? “Secret source kami ya network kami itu, baik dari network saya, keluarga saya, maupun network dari mitra-mitra saya,” kata Vanessa. Menurutnya, network itulah yang tidak dimiliki oleh pemain-pemain asing yang baru masuk, karena ada yang hubungannya terjalin sejak generasi orang tua mereka yang memang sudah berkiprah di dunia bisnis.

Menurut Vanessa, pelanggan GoWork saat ini bervariasi. Ada yang berbisnis jasa konsultan, keuangan, media, dll. “Kalau dari sisi pelanggan lokal dan asing, komposisinya fifty-fifty,” kata perempuan yang berasal dari keluarga pebisnis manufaktur dan distribusi ini.

Sebagai bisnis yang berkembang, GoWork tentu memerlukan modal yang tidak sedikit. “Sekarang kami memang sedang fund-raising,” ujar perempuan lulusan University of Wisconsin-Madison, AS ini. Ia mengakui sudah ada sejumlah investor, baik dari luar maupun lokal, yang ikut berinvestasi dalam pengembangan GoWork. Ia menyebutkan, ada investor dari Silicon Valley; dari regional seperti Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia; serta investor lokal. Menurutnya, total sudah ada delapan investor lembaga, terhitung sejak 2016.

Latar belakang investor pun beragam, ada yang dari bisnis real estate, teknologi, keuangan, dan ritel. Pihak GoWork, dikatakan Vanessa, punya prinsip ketika mencari investor: bukan hanya melihat dari sisi uangnya, tetapi juga visi-misi mereka, apakah bisa sejalan. “Jadi, nantinya mereka bisa membantu kami lebih dari sekadar funding,” ujarnya beralasan.

Ke depan, GoWork akan berekspansi ke luar Jakarta. Yang terdekat, pada kuartal I/2019, akan membuka fasilitas di Surabaya dan Bali. “Kami juga akan terus mengembangkan teknologi dan aplikasi kami, karena jumlah member akan tumbuh terus dan tidak bisa menunggu fasilitas office yang harus di-fit out dulu,” kata Vanessa menegaskan. (*)

Joko Sugiarsono/Arie Liliyah


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved