Management Trends

Strategi Pemerintah Dorong Industri Perfilman

Strategi Pemerintah Dorong Industri Perfilman

Industri perfilman Indonesia tengah menjadi sorotan. Pemerintah dalam hal ini Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) berusaha menyusun strategi agar perfilman di Indonesia membaik. Hal ini juga didukung dengan dikeluarkannya sektor usaha perfilman dari Daftar Negatif Investasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, hal ini membuka banyak peluang dan mengawali harapan untuk semakin majunya perfilman di Indonesia.

Salah satu bentuk keseriusan pemerintah adalah dengan penandatanganan perpanjangan perjanjian kerja sama bilateral antara Bekraf dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Republik Korea di bidang industri ekonomi kreatif pada bulan Mei 2016 saat kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Korea, di mana film menjadi bagian penting dalam kesepakatan tersebut. Acara Korea-Indonesia Cinema Global Networking 2016 ini menjadi implementasi Memorandum Saling Pengertian antara kedua negara dalam bidang industri perfilman tersebut.

indonesia-korea-selatan-siapkan-produksi-film-bersama-8rN

Acara yang merupakan sebuah inisiasi dari Korean Film Council (KOFIC) dan Bekraf ini bertujuan untuk menjadi sebuah wadah yang menyediakan ruang bagi perusahaan film Korea Selatan dan Indonesia untuk saling bertemu dan mempromosikan ko-produksi.

Ko-produksi bertujuan agar dapat terjadi transfer ilmu dan teknologi serta diharapkam industri kedua negara dapat saling mengambil manfaat dari pasar masing-masing. Selama tiga hari, akan berlangsung serangkaian acara yang berniat untuk mempererat hubungan para pekerja industri film Indonesia dan Korea. Lima belas perusahaan film dari Korea datang untuk bertemu dengan lebih dari dua puluh perusahaan film Indonesia.

Korea-Indonesia Cinema Global Networking terbagi atas 3 program, yaitu forum, yang diisi dengan seminar mengenai industri film Korea dan Indonesia, integrated box office system di Korea, dan juga studi kasus ko-produksi berdasarkan pengalaman Korea dan Indonesia. Kedua, showcase, yaitu presentasi enam perusahaan Korea dan enam perusahaan Indonesia, masing-masing dari bidang produksi film, animasi danvisual effects.

Beberapa perusahaan tersebut diantaranya CJ E&M, Showbox, Macrograph, Digital Idea, OCON Studios, SAMG Animation (Korea Selatan). Kemudian, Falcon Pictures, Miles Pictures, S/VFX, Enspire Studio, AINAKI, MD Animation (Indonesia). Terakhir ialah Business Meeting, meeting dilakukan antara perusahaan Korea dan Indonesia yang diadakan pada hari kedua dan ketiga.

Kenapa Indonesia memilih Korea Selatan? Korea Selatan menempati urutan ke tujuh di dunia sebagai negara penyumbang box office di dunia, dengan jumlah penonton mencapai 217 juta orang penonton pada tahun 2015. Banyak yang dapat dipelajari oleh insan perfilman nasional dari Korea dalam hal ko-produksi.

Pada tahun ini di Vietnam, Sweet 20, sebuah remake dari film Korea berjudul Miss Granny, berhasil menembus rekor box office Vietnam, mengalahkan rekor sebelumnya yang juga merupakan ko-produksi Korea-Vietnam yang berjudul Let Hoi Decide. Korea pun melihat industri perfilman Indonesia sebagai salah satu yang paling menarik dan menjanjikan di Asia.

“Maka cara termudah dan terbaik bagi kedua negara untuk menjalin kerja sama dalam aspek industri film adalah lewat ko-produksi, dengan teknologi produksi, para profesional dan modal kedua negara, maka risiko pembuatan film pun menurun dan porsi market tiap negara pun menjadi membesar dengan saling berbagi pasar dan modal. Pasar film Indonesia memiliki potensi yang besar dan sudah pasti industri film Korea tertarik dengannya,” kata Sang Seok LEE, Chief Director bagian Future Strategy dari Korean Film Council. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved