Tren fashion yang kerap berganti membuat konsumen cepat bosan. Media digital memungkinkan mereka cepat tanggap menghadapi tren terbaru, kemudian terus membeli dan menumpuk begitu banyak barang di lemarinya.

Karakter mereka ini menjadi permasalahan tersendiri. Menanggapi hal tersebut, beberapa startup menghadirkan solusi melalui platform jual beli pakaian preloved atau bekas. Namun, sebuah perusahaan rintisan asal Singapura menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Raena Lim dan Chris Lee pada tahun 2016 mencetuskan Style Theory, sebuah platform yang memungkinkan pecinta fashion untuk meminjam pakaian rancangan desainer ternama. Setelah sukses hadir di Singapura, keduanya memutuskan untuk berekspansi ke Indonesia pada November 2017.

Konsep ini bukan yang paling baru, namun diklaim merupakan pemain terbesar di Asia Tenggara. Pasalnya, Style Theory kini memiliki 5 ribu potong pakaian dari 160 label dan desainer global. Saat ini, ada 70 ribu pengguna asal Singapura dan Indonesia yang telah terdaftar dalam platform tersebut.

Style Theory menawarkan layanan peminjaman tak terbatas. Pelanggan perlu membayar Rp 590 ribu per bulan, kemudian bisa meminjam maksimal tiga pakaian per waktu. “Sesering apapun mereka meminjam, tidak masalah, yang penting tidak melebihi 3 pakaian per waktu,” ungkap Chris di Jakarta (22/10/2018).

Di Indonesia, Style Theory bekerja sama dengan Gosend by Gojek untuk pengiriman barang ke wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi tanpa biaya tambahan bagi pelanggan. Untuk mencucian pakaian, startup ini menggandeng Pressto.

Untuk menyampaikan pesan bertajuk Fashion Freedom, bahwa fashion itu tidak terbatas pada kepemilikan, ruang, waktu, atau penilaian masyarakat, Style Theory berpartisipasi pada ajang Jakarta Fashion Week 2018. Melalui kolaborasi dengan desainer Rani Hatta, Paulina Katalina, dan Day and Night, Style Theory menampilkan beragam karakter yang merepresentasikan pelanggan Indonesia yang memiliki stlyle personal.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id