Technology

2020 Bisnis Co-working Space Diprediksi Tumbuh Pesat

Ilustrasi ruang kerja bersama atau co-working space
Ilustrasi ruang kerja bersama atau co-working space (Foto: www.trentech.id)

Ruang kerja bersama atau co-working space diprediksi berkembang pesat tahun ini. Peluang bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspasi semakin besar.

Co-Founder Code Margonda, Didi Diarsa, menuturkan kebutuhan co-working place terus meningkat, terutama untuk perusahaan. Tingkat okupansi ruang kerja yang ia buka di Depok kini selalu penuh. “Permintaannya bisa sampai dua kali lipat,” ujarnya.

Tingginya permintaan membuat Didi berencana melakukan ekspansi, khususnya di Depok. Namun dia tak hanya fokus pada ruang kantor untuk perusahaan melainkan mengincar kerja sama instansi pendidikan tinggi. Ruangan tersebut akan dimanfaatkan sebagai tempat transfer ilmu seperti inkubator, namun khusus bagi mereka yang siap memasuki pasar.

Menurut Didi, kerja sama membangun ruang kerja yang disebut akselator tersebut telah dilirik beberapa universitas, termasuk Universitas Indonesia di Depok. “Universitas Diponegoro di Semarang, Universitas Padjajaran di Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya juga menyatakan tertarik,” katanya.

Managing Director WeWork Southeast Asia & Korea, Turochas Fuad, menyatakan perkembangan dinamis industri start ups di Indonesia menjadi salah satu kunci ekspansi. Industri tersebut didorong banyaknya pemuda di Indonesia serta didukung pemerintah. “Kami melihat banyak kesempatan bagi WeWork untuk menjembatani kesenjangan lokal untuk menciptakan lingkungan yang ideal untuk startups belajar dan berkembang,” kata dia.

Turochas menargetkan membuka ruang kerja bersama di lebih dari 1.000 lokasi dan 1 juta meja pada paruh kedua 2020. Saat ini, Wework telah memiliki 625 lokasi global di lebih dari 125 kota.

Lembaga konsultan properti, Jones Lang LaSalle (JLL), mencatat perusahaan berbasis teknologi dan co-working space menyerap sekitar separuh dari total penyerapan ruang sewa perkantoran selama tahun 2019 di kawasan Central Business District (CBD). “Total penyerapannya sepanjang tahun lalu sebanyak 200 meter persegi,” kata Head of Research JLL James Taylor dalam laporan yang bertajuk Jakarta Property Market Update Four Quarter 2019.

Co-working space tercatat masih aktif melakukan ekspansi di gedung-gedung kelas A. Hal ini salah satunya disebabkan oleh harga sewa untuk bangunan kelas A yang mengalami penurunan sekitar 4 persen dari tahun 2018.

James mencatat terdapat kenaikan penyerapan sewa oleh co-working space dibandingkan 2018. Jumlah operatornya tercatat meningkat 37 persen dan luas wilayah yang disewa meningkat 98 persen. Saat ini pasar didominasi Co-Hive, GoWork, dan Wework. Dia mencatat sebanyak 89 persen dari co-working space tersebut berlokasi di gedung perkantoran.

Berdasarkan survei JLL terhadap 560 pemimpin perusahaan real estate, ruang kerja kolaboratif akan meningkat menjadi 30 persen dari portofolio properti komersial perusahaan di seluruh dunia pada 2020. Mereka memprediksi ruang kerja fleksibel dapat berkembang di kota seperti Singapura, Tokyo dan Sydney. “Seperti halnya negara lain di kawasan ini, operator ruang kerja fleksibel terus berkembang pesat di Indonesia,” katanya.

Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto juga memperkirakan co-working space bakal berkembang pesat sepanjang 2020. Pasalnya ruang kerja bersama memberikan fleksibilitas baik bagi perusahaan rintisan maupun yang sudah mapan. Dia mencatat, ruang kerja tersebut mampu menopang pertumbuhan penyerapan di gedung perkantoran yang pada 2019lalu turun. “Co-working menjadi kontributor serapan di gedung perkantoran,” katanya.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved