Technology

Dua Sekawan Kibarkan Rekosistem

Dua Sekawan Kibarkan Rekosistem

Bersabahat erat semasa kuliah di Universitas Parahyangan Bandung dan memiliki visi yang sama tentang bisnis impian membuat Ernest Christian Layman dan Joshua Valentino bahu-membahu membesarkan Rekosistem sejak 2018. Rekosistem adalah startup pengolahan sampah yang mendigitalisasi proses masyarakat dalam membuang sampah secara bertanggung jawab, dengan cara menghubungkan user (yang membuang sampah) dan waste worker (pekerja sampah)

“Kami adalah startup pengelolaan sampah yang terdigitalisasi. Di sini kami menghubungkan user dan waste workers dengan bantuan teknologi berupa aplikasi,” kata Ernest, CEO & co-founder PT Khazanah Hijau Indonesia, bendera Rekosistem.

Menurutnya, kita sering bingung, setelah dipilah secara bertanggung jawab, sampah ini mau dikemanakan? Dengan cara apa? Diolah dengan cara seperti apa? “Nah, masyarakat masih buta soal ini. Sebab, kalau berbicara sampah, terkadang bentuknya informal,” katanya.

Untuk itu, Rekosistem hadir dengan tujuan simplifikasi dan standardisasi pengelolaan sampah. Dalam arti, melalui Rekosistem, user bisa tahu berapa banyak sampah mereka yang diangkut, siapa yang akan memilah, di mana akan dikelola, dengan cara apa akan dikelola, dll. “Kami menghubungkan itu semua secara digital (melalui dashboard di aplikasi),” ujarnya.

Bagi Ernest, sampah adalah produk hasil konsumsi yang mengandung berbagai macam informasi, seperti bahan materialnya apa, tipe produknya apa, dan jenis produknya apa. Banyak informasi yang dikandung sebuah kemasan yang bisa dihubungkan tidak hanya dengan pengelola sampah, tetapi juga dengan produsen.

Selain menghubungkan user dengan pihak-pihak waste worker, tujuan Rekosistem juga memanfaatkan machine learning untuk pemilahan sampah. Meskipun saat ini memang masih tahap awal pengembangan, pihaknya melihat di masa depan machine learning terkait sampah adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas.

Mengapa? Karena, berdasarkan data yang tersedia di publik, saat ini penyerapan sampah untuk daur ulang hanya 7%.

“Kalau kita bisa meningkatkan produktivitas identifikasi dan pengolahan sampah sejak awal, lalu menghubungkannya ke tempat pengolahan yang tepat, ke depannya kita akan bisa meningkatkan daya penyerapan sampah yang bertanggung jawab sehingga semakin sedikit sampah yang berakhir di TPA dan lingkungan,” Ernest menandaskan.

Waste worker dibagi menjadi tiga. Pertama, Collection (pengangkutan). Saat ini, Rekosistem bekerjasama dengan perusahaan di bidang logistik, perusahaan angkut sampah, ataupun individu yang biasa mengangkut sampah. “Untuk individu, kami menstandardisasi dengan cara menyediakan armada bagi mereka,” ujarnya.

Kedua, Seggegragation (pemilahan). Orang-orang yang biasanya memilah sampah sesuai dengan jenis-jenis yang diterima oleh mitra daur ulang. Anggotanya adalah organisasi non-informal atau komunitas dan individu (yang juga distandardisasi).

Ketiga, tempat pengolahan sampah daur ulang. “Kami menghubungkan ketiganya agar bisa bekerja dengan baik dan melayani user-user kami. Siapa saja user kami? Residen, gedung, perkantoran, atau tempat komersial,” ungkapnya.

Lalu, apa saja edukasi yang dilakukan Rekosistem terkait pengolahan sampah? “Kami memberikan edukasi melalui fitur aplikasi kami. Salah satunya, Redrop. Kami memberikan reward kepada user. Kami juga bekerjasama dengan brand dalam bentuk voucher diskon, dll. Itulah salah satu bentuk kami mendorong partisipasi masyarakat,” Ernest menjelaskan.

Selain itu, edukasi yang dilakukan Rekosistem adalah memberikan transparansi. “Kan tidak semua user berharap reward. Jadi, kami berikan transparansi tentang pengolahan sampah. Kami berikan informasi jumlah sampah yang mereka setor, jenisnya apa saja, isi komposisinya apa saja, dll,” katanya.

Namun, di atas itu semua, kunci edukasi Rekosistem kepada masyarakat secara luas adalah mengajarkan mereka untuk melakukan pemilahan tahap pertama, yaitu sampah organik, anorganik, dan residu. Contohnya, sebelum user menyetorkan sampah ke Rekosistem, mereka wajib memilah jenis sampah ini terlebih dahulu. Tidak perlu yang rumit, misalnya logam, plastik, dan kertas dipisah. Yang penting, pihaknya mendorong setinggi-tingginya penetrasi agar masyarakat mau memilah sampah secara sederhana.

Lebih jauh Ernest menjelaskan sejumlah program Rekosistem. Pertama, Redrop, yaitu fitur berupa waste station/collection point: user dapat menyetorkan sampah anorganik secara mandiri. Redrop in disimpan di beberapa titik di Jakarta. Hal ini tidak hanya untuk membantu user membuang sampah, tapi juga membantu tempat publik untuk mengaplikasikan pengelolaan sampah bertanggung jawab untuk meningkatkan penyerapan sampah daur ulang.

Redrop saat ini sudah berada di Rekosistem HQ, Stasiun MRT Blok M, Komunal 88, SPBU Shell Gatot Subroto, dan Golf Island. “Ke depan, akan kami tambahkan titik Redrop,” ujarnya.

Kedua, Repickup, yaitu jasa angkut. Ini adalah objektif Rekosistem untuk mendapatkan sampah yang cukup untuk disetor ke tempat daur ulang, untuk mempekerjakan waste worker individu, dan untuk meraih profit.

“Kita tahu bahwa jasa pengangkutan dan pengolahan sampah memang dikenakan biaya. Selama ini kita juga membayar uang kebersihan, kan? Nah, Rekosistem melakukan charge yang sama dengan added value, tidak hanya mengangkut sampah saja. Range Repickup ini mulai dari free sampai premium service,” kata Ernest.

Program ketiga, Renergi. “Tapi, ini akan kami lakukan nanti,” ujarnya.

Saat ini, fokus bisnis Rekosistem adalah berusaha lebih banyak menjangkau berbagai area. Sekarang, fokusnya baru di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Tangerang. “Setidaknya untuk Jabodetabek kami bisa menjangkaunya dalam waktu kurang dari satu tahun. Nah, dalam 2-3 tahun, kami bisa menjangkau ibu kota lain,” Ernest mengungkap target bisnisnya.

Dalam lima tahun ke depan, Rekosistem akan fokus pada jangkauan, sebelum fokus pada waste to energy. “Kami butuh tim operasional dan teknologi yang kuat,” ujarnya. Untuk mitra bisnis, pihaknya sudah berpartner dengan 25 perusahaan komersial, 600 rumah untuk pengelolaan sampah, dan 10 mitra perusahaan daur ulang di Jabodetabek. (*)

Dede Suryadi dan Andi Hana Mufidah Elmirasari

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved