Technology

Babbel, Mengajarkan Bahasa ke Warga Dunia

Babbel, Mengajarkan Bahasa ke Warga Dunia

Didasari pemikiran pentingnya penguasaan bahasa asing dan terbatasnya fasilitas belajar bahasa yang representatif dan efektif, empat warga Berlin mendirikan Babbel. Apa yang membuat platform edtech khusus pembelajaran bahasa ini istimewa?

Arne Schepker, CEO Babbel.

Buku The World is Flat karya Thomas L. Friedman langsung masuk daftar New York Times Best Seller sejak diterbitkan pada April 2005 hingga Mei 2007. Faktanya, jutaan copy buku ini telah terjual. Namun, yang paling penting, sinyalemen Friedman itu makin menemui kenyataan ketika kita menyaksikan bahwa dunia makin terkoneksi.

Di dunia bisnis, interkoneksi ini lebih terlihat nyata. Kalangan bisnis kini makin kuat menggaet pelanggan dari mancanegara dibandingkan masa-masa sebelumnya. Tak mengherankan, muncul pandangan bahwa bila bisnis ingin berkembang lebih besar, sang pengusaha mesti melihat beyond borders. Itulah satu alasan terpenting mengapa kalangan bisnis ⸺baik pengusaha maupun profesional— sebaiknya mempelajari bahasa asing (foreign language), terutama yang paling banyak digunakan di dunia.

Saat ini pilihan untuk mempelajari bahasa cukup beragam. Termasuk dari provider yang menyediakan sistem pembelajaran berbasis platform atau berupa aplikasi. Salah satunya yang terbilang sebagai language–learning platform paling bersinar di dunia adalah Babbel, yang bermarkas di Berlin, Jerman.

Didirikan tahun 2007, Babbel GmbH yang memiliki jutaan pelanggan aktif dan menawarkan 14 bahasa untuk dipelajari, menyediakan kelas-kelas online, fasilitas games untuk melatih perbendaraan kata (vocabulary) dan pengucapan (spelling), serta cerita-cerita dan aneka video pelatihan, yang menggunakan basis layanan berlangganan (a subscription basis). Nama Babbel sendiri berasal dari kata “babbeln”, yang bermakna “berbicara” dalam dialek lokal daerah Hessia, Jerman.

Saat ini pengguna aplikasi Babbel di seluruh dunia mencapai lebih dari 10 juta orang. Di Google Play Store, Babbel telah mendapatkan penilaian 4,5 bintang, sedangkan di App Store (iOS) 4,6 bintang.

Dalam review-nya, media teknologi PC Mag menuliskan, “Babbel telah melebihi ekspektasi, dengan menghadirkan layanan kursus mandiri yang berkualitas tinggi untuk 14 bahasa.” Adapun The Next Web menuliskan,”Babbel adalah satu pendukung utama di ranah pembelajaran bahasa secara online.” Ini semua menunjukkan bagaimana populernya Babbel.

Perusahaan edtech yang mempekerjakan sekitar 750 orang staf ini, seperti diberitakan Reuters (11 Maret 2021), diperkirakan menggaet penjualan lebih dari Euro 200 juta pada 2021. Di masa pandemi, terutama ketika banyak negara dan daerah memberlakukan lockdown, kelas-kelas kursus online yang diselenggarakan Babbel mengalami peningkatan signifikan.

Babbel memulai layanan online-nya pada November 2009, dengan versi produk barunya, Babbel 2.0. Saat itu juga Dewan Pendiri memutuskan untuk tidak lagi menggunakan model bisnis periklanan (advertising) dan layanan konten berbiaya campuran (freemium), melainkan tegas memilih model bisnis konten berbayar dengan cara berlangganan (subscription-based business).

Cerita Babbel bermula ketika pada 2007 Markus Witte, Thomas Holl, plus dua kawan mereka, Toine Diepstraten dan Lorenz Heine ⸺semuanya bertemu di sebuah perusahaan software berbasis di Berlin⸺ membangun platform kolaborasi online untuk para musisi. Suatu ketika, salah seorang dari mereka menyatakan minatnya untuk mempelajari bahasa Spanyol. Yang mengejutkan, dia hanya menemukan materi pembelajaran dari buku teks dan CD-ROM. Tak ada pilihan berupa fasilitas online. Melihat kenyataan ini, keempat orang tersebut bersepakat mengubah fokus bisnis untuk menciptakan platform pembelajaran bahasa online yang bisa memudahkan para peminat bahasa. Dari sinilah lahir Babbel.

Para pendiri ini mengatakan, metode Babbel menggunakan teknik empiris yang diciptakan oleh para ahli kurikulum. Mereka telah menciptakan sekitar 13 ribu jam konten dan lebih dari 50 ribu pelajaran yang mencakup 14 macam bahasa. Adapun 14 bahasa yang tersedia untuk dipelajari, yakni Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Portugis, Polandia, Denmark, Rusia, Belanda, Turki, Norwegia, Swedia, Indonesia, dan tentu saja Inggris.

Metode Babbel melatih otak pengguna untuk belajar secara konstan. Butuh sedikitnya 10 menit sehari, dan Anda dapat terus belajar di luar aplikasi melalui lebih dari 20 materi podcast.

Babbel menjamin tidak ada dua kursusnya yang sama. Semuanya unik. Metodenya memperhatikan kesamaan ataupun perbedaan di antara “pasangan bahasa (language pairs)” ⸺bahasa asli (native language) dan satu bahasa asing yang sedang dipelajari— dari sang pengguna.

Tak seperti aplikasi lain yang menggunakan machine learning yang mengajarkan Anda bahasa, Babbel menggunakan pendekatan human-based. Materi pelajaran dibangun oleh lebih dari 150 ahli bahasa (linguists) dan disesuaikan dengan kekhasan bahasa, negara, dan budaya sang pengguna.

Setiap peserta (pembelajaran) baru harus memilih salah satu dari 14 jenis bahasa yang mereka siap pelajari. Mulai dari “bahasa-bahasa tua” seperti Spanyol, Prancis, Jerman, dan Inggris; hingga bahasa-bahasa yang lebih “unik” seperti Norwegia, Turki, Portugis, atau Indonesia. Dan, yang terpenting, mereka harus punya komitmen kuat untuk mempelajarinya.

Namun, bagusnya, Babbel menjamin komitmen itu tidak harus memakan sepanjang waktu sang peserta program. Metode yang diterapkan Babbel adalah membutuhkan sekitar 10 menit per hari untuk mengikuti sebuah pelajaran baru dan meningkatkan pemahaman. Pelajaran-pelajaran itu mencakup pemaparan dari seorang native speaker, dengan mengeksplorasi topik-topik pembicaraan dasar yang biasanya kita alami setiap hari. Misalnya, topik tentang keluarga, traveling, belanja, relationship, dan makan di restoran (dining). Tiap pelajaran secara ketat fokus pada hal-hal penting yang bisa diambil (takeaway) oleh peserta, yang memungkinkan pengguna mengikuti pembelajaran sesuai dengan kecepatan daya tangkap mereka.

Seiring dengan kemajuan pemahaman si peserta, dari kata kunci dan frase ke kalimat utuh dan perputaran percakapan, teknologi speech-recognition dari aplikasi Babbel akan mengevaluasi kemajuan ini. Aplikasi ini akan menilai kualitas pengucapan (pronounciation), dan menawarkan bimbingan ketika diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menariknya lagi, Babbel menawarkan aneka pendekatan dalam belajar bahasa asing ini. Selain melalui video dan podcast, juga ada kelas interaktif, games, dan sejumlah metode belajar lainnya. Dalam metodenya, sejumlah keterampilan berbahasa dilatihkan, mulai dari membaca, menulis, mendengarkan, hingga berbicara.

“Kami mendorong hingga tapal batas inovasi dan kami selalu berusaha memadukan hal terbaik dari human intelligence dan artificial intelligence.”

Arne Schepker, CEO Babbel GmbH.

Babbel meyakini bahwa peserta yang bersungguh-sungguh dan mendedikasikan waktunya, akan memperoleh kemajuan berarti hanya dalam beberapa minggu. Seorang peserta yang puas, sebagaimana dikutip oleh media Entrepreneur.com, berujar, “Pelajaran pendeknya dijelaskan dengan baik dan aplikasi ini menggunakan native speakers. Saya telah membandingkan banyak aplikasi, tapi aplikasi ini tampaknya masih yang terbaik untuk belajar bahasa dalam waktu singkat dan cara yang terbukti ampuh.”

Salah satu layanan Babbel yang pertumbuhannya paling cepat adalah live classes, yang melengkapi tools pembelajaran berbasis aplikasi. Diluncurkan awal 2021, layanan Babbel Live memperoleh peningkatan langganan sebesar 300% dan peningkatan revenue pada semester II/2021 sebesar 400% dibandingkan semester I/2021.

Dengan puluhan ribu peserta, Babbel Live kini menyelenggarakan sekitar 15.000 kelas tiap bulan. Arne Schepker, CEO Babbel, mengatakan bahwa untuk sekitar 25% dari peserta Babbel Live, layanan ini merupakan touch-point pertama mereka, sedangkan yang lain (75%) memulai dengan aplikasi.

Layanan Babbel Live, bersama layanan Babbel for Business (untuk pelanggan business to business/B2B), menyumbang 9% dari revenue perusahaan ini. Secara keseluruhan, bisnis Babbel cukup bagus.

Hal itu, berikut juga reputasi yang dimilikinya, menurut Schepker, membuat Babbel bisa merekrut guru-guru terbaik. Ia menyebut Babbel tidak fully human, tapi juga tidak fully tech, sehingga membuatnya menarik buat para guru yang mengajar kelas-kelas langsung (live class). “Kami mendorong hingga tapal batas inovasi dan kami selalu berusaha untuk memadukan hal terbaik dari human intelligence dan artificial intelligence,” ujarnya.

Manajemen Babbel hingga kini masih berupaya mengintegrasikan semua jenis layanannya, mulai dari kelas online berbasis aplikasi, video, podcast, games, hingga live classes. Sebagai contoh, seorang instruktur pada Babbel Live bisa memantau apa yang dipelajari para peserta lewat aplikasi di antara jadwal live class mereka. Intinya, bagaimana manajemen Babbel mampu mengemas aneka layanannya ini menjadi suatu platform yang lebih terpadu.

Di sisi layanan B2B, pada November 2021 Babbel menggaet sekitar 5.000 peserta baru dari kalangan korporat. Saat ini, sudah ada lebih dari 1.000 perusahaan yang menggunakan layanan Babbel. Butuh waktu cukup panjang bagi Babbel mengembangkan layanan B2B ini, yang semula hanya tersedia di Jerman dalam waktu cukup lama dan baru-baru ini saja dikembangkan ke Italia.

Manajemen Babbel berencana mengembangkan layanan korporat ini ke negara-negara Eropa lainnya, juga ke Amerika Serikat (AS). Menurut Schepker, layanan pelatihan bahasa korporat ini besar pasarnya sekitar sepertiga dari keseluruhan pasar pelatihan bahasa. “Jadi, ini merepresentasikan peluang pertumbuhan yang besar bagi perusahaan kami,” ujarnya.

Seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19, meski manajemen Babbel mengakui ada peningkatan permintaan layanan, sejak Maret 2020 hingga dinyatakan pandemi berakhir, perusahaan ini menggratiskan layanannya untuk kalangan pelajar dari usia TK sampai kelas 12 (K-12 students), juga untuk college students. Keputusan simpatik ini diterapkan bukan hanya di Jerman, tapi juga di Italia, Inggris, Spanyol, Prancis, dan AS. “Ketika para siswa dipaksa untuk tetap di rumah, Babbel dalam posisi untuk membantu mereka,” ujar Julie Hansen, CEO Babbel Inc. (USA).

Bicara soal pendanaan Babbel, Kizoo Technology Ventures dan IBB Beteiligungsgesellschaft mbH tercatat sebagai investor pertama Babbel pada 2008. Lalu, pada 2009 Babbel memperoleh suntikan dana senilai Euro 1 juta dari ERDF European Structural Fund.

Babbel melakukan langkah ekspansi layanannya ke AS pada 2013, seiring dengan langkah akuisisinya pada perusahaan rintisan asal San Francisco, PlaySay Inc., pada Maret 2013. Namun, baru pada Januari 2015 Babbel membuka kantor di New York City. Di akhir 2013 itu, Babbel memperoleh pendanaan dari putaran pendanaan Seri C dengan total dana terhimpun US$ 22 juta, dengan investor seperti Reed Elsevier Ventures, Nokia Growth Partners, dan VC Fonds Technology Berlin.

Sejak Januari 2017, anak perusahaannya di AS, Babbel Inc., sudah punya CEO sendiri, yang dijabat oleh Julie Hansen. Catatan penting lainnya, pada 2019, salah seorang pendiri, Markus Witte yang selama perjalanan perkembangan Babbel menjabat sebagai CEO (global), undur diri untuk duduk di jajaran Board saja, dan posisinya sebagai CEO digantikan oleh Schepker. Di bawah kepemimpinan Schepker inilah, lahir produk baru yang sekarang cukup favorit, Babbel Live.

Perusahaan pelatihan bahasa ini semula dijadwalkan akan melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada akhir September (kuartal ketiga) 2021 di Frankfurt Stock Exchange. Salah seorang yang ikut mengurus persiapan ini mengungkapkan bahwa semula dari proses ini menargetkan nilai IPO sebesar Euro 1 miliar (setara dengan US$ 1,19 miliar). Babbel telah menugaskan sejumlah bank investasi untuk mengorganisasikan kegiatan IPO ini. Bersamaan dengan rencana IPO Babbel ini, sejumlah perusahaan teknologi juga tengah mempersiapkan hal serupa, antara lain perusahaan e-commerce About You dan Mr. Spex, serta penyedia perangkat lunak open source SUSE.

Namun, beberapa hari sebelum hari pendaftaran, manajemen Babbel menarik diri. Alasannya, berkembangnya dampak krisis utang yang melilit Evergrande, emiten raksasa asal China, yang memang membuat pasar modal global ikut terguncang.

Hingga sekarang, Schepker belum mengumumkan tanggal baru IPO perusahaan rintisan ini, melainkan hanya menyebutkan bahwa perusahaannya terus memonitor perkembangan pasar modal. “Ini tentu hal yang mengecewakan bagi tim kami yang telah bekerja untuk itu, dengan sangat keras dan dalam waktu panjang, dan kami telah mempersiapkannya dengan baik,” katanya.

“Kami telah merapikan pembukuan kami, telah memiliki perkiraan pertumbuhan yang benar, berjumpa dengan lebih dari 100 investor yang amat tertarik dan memperoleh umpan balik yang sangat bagus —hingga kemudian terjadilah kasus Evergrande yang membuat banyak rencana IPO batal,” ungkapnya.

Schepker merasa yakin bahwa keputusan menunda IPO adalah langkah tepat. Alasannya, Babbel masih well-funded dan memiliki cukup banyak cash di bank, juga masih memiliki sejumlah opsi pembiayaan untuk terus berinvestasi mengembangkan produk ataupun melakukan akuisisi ketika muncul peluang. (*)

Sekilas Profil Babbel

–Nama perusahaan : Babbel GmbH

–Jenis bisnis : sebagai edtech penyedia layanan pembelajaran bahasa

–Berdiri : Agustus 2007

–Pendiri : Markus Witte, Thomas Holl, Toine Diepstraten, dan Lorenz Heine

–Tokoh kunci manajemen : Arne Schepker (CEO Global), Thomas Holl (CTO), Geoff Stead (CPO), dan Julie Hansen (CEO Babbel Inc.)

–Kantor pusat : Berlin, Jerman

–Investor penting : Kizoo Technology Ventures, IBB Beteiligungsgesellschaft mbH, ERDF European Structural Fund, Reed Elsevier Ventures, Nokia Growth Partners, dan VC Fonds Technology Berlin

–Total nilai penjualan : diperkirakan lebih dari Euro 200 juta (tahun 2021)

–Jenis bahasa yang disediakan saat ini: 14 bahasa (Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Portugis, Polandia, Denmark, Rusia, Belanda, Turki, Norwegia, Swedia, Indonesia)

Joko Sugiarsono

Periset bahan: Armiadi Murdiansah (dari berbagai sumber)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved