Technology

Bazaar, Bintang E-Commerce Pakistan

Bazaar, Bintang E-Commerce Pakistan

Meski baru memasuki usia dua tahun, Bazaar telah mampu menyemarakkan bisnis e-commerce dan memodernisasi bisnis ritel di Pakistan. Bagaimana kiprah startup yang telah mengantongi US$ 100 juta dari dua putaran pendanaan ini?

Pendiri Bazaar Hamza Jawaid (kiri) dan Saad Jangda (kanan).
Pendiri Bazaar Hamza Jawaid (kiri) dan Saad Jangda (kanan).

Nama Pakistan ⸺tak seperti negeri tetangganya, India⸺ jarang disebut media-media ternama dunia ketika membicarakan perkembangan e-commerce di dunia. Maklumlah, di India sektor e-commerce dan bisnis berbasis digital lainnya berkembang sangat pesat, bahkan sudah muncul sejumlah unicorn (perusahaan startup digital bervaluasi minimal US$ 1 miliar).

Kendati demikian, belakangan ini dunia e-commerce di Pakistan mulai menggeliat. Menurut data Statista, pasar e-commerce di negeri itu diperkirakan mencapai nilai US$ 5,4 miliar pada 2021. Salah satu penyebab makin semaraknya adalah kiprah perusahaan startup di bidang e-commerce bernama Bazaar.

Bazaar adalah startup e-commerce sekaligus fintech B2B (business-to-business) yang bermarkas di Karachi, Pakistan. Dari pendanaan putaran Seri B pada Maret 2022, perusahaan startup ini berhasil mengumpulkan total dana US$ 70 juta, yang dipimpin oleh Dragoneer Investment Group dan Tiger Global Management.

Keberhasilan ini dicapai setelah beberapa bulan sebelumnya, tepatnya pada Agustus 2021, Bazaar sukses menggaet dana sebesar US$ 30 juta dari putaran pendanaan Seri A, yang mencakup Indus Valley Capital, Defy VC, Acrew Capital, Wavemark Partners, B&Y Venture Partners, dan Zayn Capital.

Bazaar (berasal dari bahasa Persia yang berarti marketplace atau pasar) didirikan pada pertengahan 2020 oleh dua warga Pakistan yang merupakan sobat dari masa kecil, Saad Jangda dan Hamza Jawaid. Misi perusahaan yang mereka dirikan adalah menyediakan semacam operating system untuk bisnis ritel tradisional di Pakistan, sehingga memungkinkan para peritel (retailers) untuk berhubungan langsung dengan kalangan produsen (manufacturers) maupun pedagang besar (wholesalers).

Layanan yang kini disediakan Bazaar mencakup marketplace untuk transaksi B2B yang memungkinkan semua jenis peritel ⸺misalnya, toko bahan makanan— untuk membeli persediaan toko mereka. Bazaar juga menyediakan software untuk para merchant yang disebut Easy Khata, yang pada dasarnya merupakan aplikasi digital ledger, untuk membantu peritel/merchant mengelola urusan akuntansi (bookkeeping) mereka. Hingga Agustus 2021, Bazaar menyebutkan, kedua aplikasi tersebut sudah melayani lebih dari 750 ribu merchant/peritel.

Yang terbaru, Bazaar meluncurkan Bazaar Credit, layanan pembiayaan modal kerja (working capital) jangka pendek. Ini merupakan layanan dengan model buy now pay later (BNPL) untuk kalangan peritel. Pertumbuhan wallet share-nya dobel dan tingkat pembayarannya mendekati 100%.

Hamza, Saad, dan tim Bazaar.

Per Maret 2022, fasilitas marketplace Bazaar, yang didukung oleh 12 fulfillment center, telah melayani pelanggan di 21 kota di Pakistan. Secara konsisten, Bazaar menambahkan kota-kota yang dilayaninya, dan meniti jalannya untuk menjadi perusahaan dengan jejaring berbasis digital terbesar di akhir 2022 di negaranya.

Saat ini, di Pakistan sedikitnya ada 10 marketplace untuk e-commerce B2B yang beroperasi. Puluhan juta dolar dana sudah diinvestasikan di industri ini dalam 12 bulan terakhir. Adapun Bazaar, sejak pendiriannya, berhasil mengumpulkan total dana dari para pemodal ventura lebih dari US$ 100 juta, membuatnya sebagai startup yang didanai paling besar (the best funded startup) di Pakistan.

Jangda dan Jawaid tampaknya punya ambisi besar untuk bisnis e-commerce mereka ini, yang terlihat ketika menanggapi sukses pendanaan Seri B tersebut. “Kami ingin menciptakan sebuah perusahaan yang hebat di Pakistan, di mana orang-orang dapat bekerja,” ujar Jawaid. “Kami sendiri punya privilese mengenyam pendidikan yang bagus dan pernah bekerja di luar negeri,” ujarnya lagi.

Adapun Jangda mengatakan, “Hasil penghimpunan dana ini memberikan pesan penting, bahwa Anda dapat membangun bisnis yang besar dan scalable di Pakistan, dan bisa menjadi inspirasi bagi para founder dan entrepreneur lainnya.”

Bisnis Bazaar ini memang tumbuh cepat. Sekitar dua tahun lalu, belum ada Bazaar. Mereka masih mencari ide bisnis apa yang paling potensial dan pas. Lalu, mereka memperhatikan sektor ritel Pakistan, yang secara umum terfragmentasi dan menghadapi inefisiensi.

Mereka melihat ada peluang untuk membenahinya dengan bantuan solusi teknologi. Pada Juni 2020, mereka pun meluncurkan Bazaar. “Kami ingin menciptakan sebuah bisnis, yang akan menempatkan Pakistan di atas peta (bisnis dunia),” kata Jawaid.

“Kami ingin menciptakan sebuah bisnis, yang akan menempatkan Pakistan di atas peta (bisnis dunia).”

Hamza Jawaid, Co-Founder Bazaar

Bazaar menargetkan kalangan peritel dengan omzet US$ 5 juta atau kalangan usaha kecil-menengah (UKM), untuk menjadi mitra peritel pengguna layanannya. Pasalnya, perusahaan-perusahaan skala ini menghadapi tantangan dalam urusan pengadaan (procurement), karena rantai pasok yang kompleks, yang akan membuat mereka terpaksa menerima 30 kali atau lebih pengiriman kecil setiap harinya. Beberapa bahan pasokan dasar, seperti tepung dan gula, bahkan harus dibeli dari para wholesaler lokal, sehingga mereka harus menutup toko dulu ketika sedang keluar.

Karena itulah, dalam layanannya Bazaar menyediakan solusi procurement terintegrasi. Dengan menggunakan antarmuka digital sederhana, yang tersedia melalui aplikasi ponsel, para peritel dapat memilih dari ribuan item stok yang terdaftar di platform Bazaar, dengan jaminan pengiriman di hari berikut (next-day delivery).

Begitu mengetahui adanya layanan ini, segera saja mereka memesan sebagian besar stok mereka cukup dari satu provider tunggal, menerimanya dalam sekali pengiriman, dan sering dengan harga yang relatif murah. Yang jelas, mereka tak perlu lagi melakukan deal dengan banyak pihak perantara (intermediaries).

Bazaar sejauh ini sudah menyediakan layanan tersebut di lebih dari 20 kota di seantero Pakistan. Perusahaan rintisan ini telah merancang sistem logistik dan infrastruktur yang dibutuhkan. Hal ini memungkinkannya bekerjasama dengan para peritel untuk melayani sekitar 30% dari populasi.

Bazaar menawarkan produk dari perusahaan penyedia barang-barang konsumsi dan barang kemasan, para pedagang besar, hingga para pemasok lain yang telah menyepakati kontrak bulk. “Ini soal kenyamanan dan value,” ujar Jawaid. Dalam hal ini, para peritel tidak hanya bisa menggantikan sistem web dan rantai pasoknya dengan satu titik procurement, yang akan memberikan kepada pelanggan penghematan lantaran memanfaatkan kekuatan sistem purchasing dari Bazaar.

Adopsi para peritel terhadap sistem dari Bazaar itu boleh dibilang lebih cepat dibandingkan yang diperkirakan para pendiri startup ini. Hal ini juga mendorong para pendiri untuk menambahkan layanan tambahan.

Sekilas Profil Bazaar

Maka, tahun lalu (2021) Bazaar meluncurkan Easy Khata, yang pada dasarnya merupakan sistem akuntansi pembukuan untuk para peritel, yang sebelumnya kebanyakan menggunakan pencatatan pembukuan di atas kertas (paper-based). Pihak Bazaar meyakini, dengan mendigitalkan pembayaran, pengadaan, dan hubungan dengan pelanggan (customer relationship), para peritel bisa memprofesionalkan bisnis mereka.

Seiring dengan makin banyaknya peritel yang menggunakan platform dari Bazaar, makin banyak data terkait yang terkumpul. Dari sinilah lahir layanan berikutnya: Bazaar Credit. Lini bisnis ini menawarkan pinjaman modal kerja jangka pendek untuk kalangan peritel. Memang, seperti halnya di banyak negara berkembang lainnya, di Pakistan banyak dari para pengusaha UKM (termasuk dari kalangan peritel) yang harus berjuang keras untuk mendapatkan layanan pinjaman dari kalangan perbankan.

“Kami memahami profil kredit mereka secara sangat detail,” ujar Jawaid. Yang dia banggakan, hingga kini tingkat non performing loan layanan Bazaar Credit ini nol (zero). “Dengan memberikan pinjaman kepada mereka, berarti kami juga memberdayakan mereka untuk mampu membeli lebih banyak melalui platform procurement kami,” tambahnya.

Tak pelak, kombinasi dari beberapa layanan tersebut mampu menarik minat kalangan peritel di seantero Pakistan. Hingga Maret 2022, ada sekitar 2,5 juta lembaga usaha dari 500 kota (cities and towns) di negeri itu yang menggunakan aplikasi Easy Khata. Dan sejalan dengan pengembangan pasar sistem procurement-nya ke berbagai kota, banyak dari kalangan usahawan itu yang juga tertarik menggunakannya.

Penghimpunan dana senilai US$ 70 juta dari putaran pendanaan Seri B tentu akan bisa mengakselerasi langkah-langkah ekspansif Bazaar. Dengan dana itu, misalnya, Bazaar akan menbangun infrastruktur logistik agar bisa melayani peritel di 50 kota di seantero negeri.

Tambahan dana itu pun akan membantu Bazaar mengembangkan cakupan produk untuk melayani peritel di lebih banyak kategori. Awalnya, marketplace ini hanya fokus melayani para peritel yang bergerak di bidang penyediaan pangan (grocery retailers). Selanjutnya, juga akan melayani para peritel di berbagai kategori produk lainnya, seperti fashion, elektronik, dan farmasi.

Investor institusional seperti Dragoneer Investment Group dan Tiger Global Management, yang memimpin putaran pendanaan Seri B ini, tampaknya melihat kiprah Bazaar sebagai target investasi yang menarik dan prospektif. “Kami meyakini Pakistan kini berada di titik loncatan pengembangan ekosistem teknologinya,” ujar John Curtius, Partner di Tiger Global Management. “Bazaar masuk ke dalam peluang yang masif ini dan memimpin pergerakan ini di negerinya,” ujar Curtius lagi.

Bagi Jangda dan Jawaid, apa yang dicapai Bazaar telah membuktikan bahwa para pembangun bisnis tidak harus meninggalkan Pakistan untuk bisa mewujudkan ambisinya. Kedua founder ini bahkan merujuk sebuah survei terbaru dari universitas di negaranya yang telah menyebutkan nama Bazaar sebagai perusahaan startup yang diinginkan kalangan mahasiswa untuk bekerja selepas kelulusan mereka.

“Orang sering bertanya, apa yang menjadi ukuran utama keberhasilan kami,” kata Jangda. “Bagi kami, ukuran utamanya bukanlah pertumbuhan revenue ataupun profitabilitas, melainkan berapa banyak orang yang bisa kami inspirasi dan dukung untuk meluncurkan bisnis mereka sendiri,” katanya tandas. (*)

Joko Sugiarsono; Riset: Armiadi (dari berbagai sumber)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved