Technology

BUMN 4.0 dalam Aksi Nyata

BUMN 4.0 dalam Aksi Nyata

Kementerian BUMN mencanangkan program Making BUMN 4.0 untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, nilai tambah, serta daya saing kalangan BUMN. Inilah sebagian praktiknya di tiga BUMN holding.

Ilustrasi Industry 4.0 (Istimewa).
Ilustrasi Industry 4.0 (Istimewa).

Untuk meningkatkan kontribusinya dalam mendukung program-program prioritas nasional, BUMN diharapkan semakin kompetitif di tengah peta persaingan dunia usaha yang makin dinamis. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kapabilitasnya dengan mengadopsi teknologi digital dalam proses bisnisnya.

Seperti kita maklumi, dunia industri dari waktu ke waktu mengalami perkembangan dan kemajuan berkat pemanfaatan teknologi yang berkembang di masanya. Karena itu, kita kemudian mengenal istilah Revolusi Industri 1.0 (masa ketika ditemukannya mesin uap yang membantu pabrik dalam memproduksi barang), Revolusi Industri 2.0, Revolusi Industri 3.0, hingga saat ini yang disebut-sebut memasuki masa Revolusi Indusri 4.0 ketika teknologi digital semakin berkembang pesat.

Istilah “4.0” lazim dimaksudkan sebagai adopsi teknologi maju (advanced technologies), yang disebut dengan sistem cyber-physical, di mana terjadi konektivitas antara manusia, mesin, dan data secara real time dan dari mana pun. Teknologi maju yang memungkinkan terwujudnya Revolusi Industri 4.0 antara lain teknologi cloud computing, mobile internet, artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), big data analytics, advanced robotics, dan wearable technology.

Di lingkungan BUMN, Kementerian BUMN RI mencanangkan program yang disebut dengan “Making BUMN 4.0”. Boleh dibilang, program Kementerian BUMN ini merupakan turunan dari program pemerintah pusat yang disebut dengan “Making Indonesia 4.0”, dan selaras dengan program Kementerian Perindustrian, “Industry 4.0”. Secara ringkas, Making BUMN 4.0 adalah program untuk mendorong perusahaan-perusahaan milik pemerintah (BUMN) menjalankan transformasi digital demi membangun kapabilitas digitalnya.

Imam Bustomi, Ketua Forum BUMN 4.0 yang juga mantan Asisten Deputi Bidang Teknologi Informasi Kementerian BUMN, mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN berinisiasi membuat program Making BUMN 4.0 untuk memberikan tantangan kepada kalangan perusahaan BUMN agar bisa meningkatkan daya saing (competitiveness). Hal ini sesuai dengan salah satu prioritas Kementerian BUMN, yakni mewujudkan kepemimpinan teknologi di mana BUMN ke depan diharapkan mampu memimpin pemanfaatan teknologi strategis dan melembagakan kapabilitas digital.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, disebutkan bahwa penerapan Industri 4.0 menjadi salah satu major project dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, nilai tambah, daya saing, dan keberlanjutan industri nasional. Karena itu, untuk mengukur kesiapan industri BUMN dalam bertransformasi menuju Industri 4.0, Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian menjalin nota kesepahaman untuk menjalankan assessment Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0).

Pada tahun 2024, Kementerian BUMN menargetkan agar seluruh BUMN meraih hasil assessment INDI 4.0 dengan skor minimal 3,5. “Sekarang ini adalah era digital vortex, sehingga siapa saja yang masuk lorong gelap dan tidak mampu membangun keunggulannya, ketika ia keluar dari lorong tersebut, ia akan tidak relevan lagi dengan kondisi industri di masa depan,” tutur Imam saat virtual conference bertajuk “BUMN 4.0: Accelerating Digital Transformation in SOEs to Strengthen Indonesia Economy” yang diselenggarakan SWA Media Group pada 23 Juni 2022.

Demi mengejar target tersebut, Kementerian BUMN membagi klasterisasi yang disusun berdasarkan value chain dari core business BUMN. Terdapat 12 klaster BUMN yang akan bersinergi dan berkolaborasi untuk saling menguatkan. Hingga akhirnya, semua BUMN diharapkan dapat memiliki level yang sama dalam menerapkan digitalisasi di perusahaan masing-masing.

Dari situlah kemudian BUMN Center of Excellence (BCE) berperan sebagai adaptive learning organization untuk mengakselerasi transformasi BUMN 4.0. BCE terdiri atas Learning Institute dan Research Institute yang akan mendorong lima pilar, yaitu orang & budaya, manajemen & organisasi, teknologi, produk & layanan, serta operasional perusahaan.

Kementerian BUMN menyadari bahwa perusahaan-perusahaan di lingkungan BUMN tidak lagi dapat berjalan sendiri-sendiri, melainkan perlu terintegrasi dan bersinergi. “Begitu BUMN bersatu dalam BUMN Incorporated, mahakarya yang akan tercipta adalah keunggulan BUMN sebagai daya saing Indonesia,” kata Imam tandas.

“Begitu BUMN bersatu dalam BUMN Incorporated, mahakarya yang akan tercipta adalah keunggulan BUMN sebagai daya saing Indonesia.”

Imam Bustomi, Ketua Forum BUMN 4.0

Berikut ini contoh-contoh upaya Making BUMN 4.0 dalam praktik nyata di tiga BUMN holding.

Optimalisasi Transformasi Digital di Pertamina

PT Pertamina (Persero) memulai transfromasi digital pada 2017. Proses transformasinya berangkat dari sejumlah pain point yang dialami tiap fungsi bisnis.

Menurut Joko Purnomo, VP Enterprise IT Solution Pertamina, saat ini perusahaannya telah menjalankan digitalisasi di seluruh sektor bisnis yang digelutinya, mulai dari hulu, pengolahan, hilir, hingga sistem tata kelola perusahaan.

Ada sejumlah inovasi yang diciptakan perusahaan ini selama perjalanan transformasi digital. Di antaranya, Office Automation-Digital Signature P-Office 2.0, sistem korespondensi modern yang mengotomatisasi proses distribusi surat kepada orang yang tepat secara cepat, dengan mengklasifikasikan proses pada setiap bagian dari komunikasi bisnis yang masuk atau keluar, serta mengidentifikasi konten yang relevan dari kertas manual dan korespondensi elektronik.

Selain itu, ada juga MyPertamina, aplikasi keuangan digital dari Pertamina yang digunakan untuk pembayaran bahan bakar minyak secara nontunai di stasiun pengisian bahan bakar. Di samping itu, ada corporate dashboard, logistic planning-MS2, joint operation dashboard, dan beberapa lainnya. “Gerakan transformasi digital ini cukup masif dan didukung penuh oleh board of directors, termasuk dari sisi anggaran,” ujar Joko.

Ia menyampaikan bahwa transformasi digital membutuhkan perubahan secara holistik ⸺mencakup process, people, dan technology⸺ di setiap fungsi. Jadi, bukan hanya memindahkan proses bisnis yang berjalan saat ini ke platform digital.

Dalam menjalankan transformasi digital, Pertamina melandaskannya pada empat prinsip (pilar). Pertama, fokus pada tema utama transformasi digital yang menjadi dasar untuk pengembangan terintegrasi dan berjalan bersama dengan bisnis.

Kedua, bersifat business-led. Dalam hal ini, aspek-aspek bisnis memimpin upaya digitalisasi yang dilakukan di Pertamina secara terintegrasi. Ketiga, dilakukan secara holistik, yaitu transformasi dilakukan secara menyeluruh dari aspek bisnis, teknologi, dan people.

Keempat, ada fleksibilitas dalam pengembangan solusi. Artinya, tidak terpaku pada pengembangan internal saja, tapi bisa dilakukan dengan kemitraan atau dengan membeli layanan dari luar.

“Kami juga punya fondasi teknis ICT dalam hal arsitektur, infrastruktur, dan cybersecurity,” ungkap Joko. Hal ini dilakukan lantaran serangan digital terhadap BUMN sangat besar. “Selain itu, kami memperkuat digital culture, hal ini juga diperkuat dengan dukungan dari sisi compliance, legal, dan proses,” tambahnya.

Menurut Joko, di tahun 2022, Pertamina fokus pada pengembangan people. Pasalnya, berdasarkan hasil riset, di tahun 2030 technological skill akan meningkat sehingga penting untuk menambah kemampuan dan pengetahuan people. “ICT itu bukan hanya business support, tetapi juga merupakan strategic business, dan juga menciptakan bisnis baru dengan adanya dukungan ICT,” katanya.

Pada 2022, perusahaan meluncurkan MITA (Pertamina Digital Community). Tujuannya, menjadi wadah untuk menyiapkan pekerja yang agile dan paham teknologi. Langkah-langkah thematic community dilakukan melalui pelatihan dan kolaborasi. Di samping itu, Pertamina juga meluncurkan Digital Talent Academy dan mengadakan kompetisi digital di lingkungan internal Pertamina.

Joko mengungkapkan, ada sejumlah komunitas digital Pertamina, seperti business intelligence community, data science community, dan robotic process automation (RPA) community. Selanjutnya yang dikembangkan adalah metaverse community.

Perusahaannya pun telah melakukan berbagai inisiatif digitalisasi yang lebih advance, seperti cloud computing, big data, AI, dan IoT, sebagai kesiapan dalam memasuki era revolusi industri keempat.

“Gerakan transformasi digital ini cukup masif dan didukung penuh oleh board of directors, termasuk dari sisi anggaran.”

Joko Purnomo, VP Enterprise IT Solution PT Pertamina (Persero)

Kimia Farma Tingkatkan Kapabilitas Digital untuk Garap Peluang Baru

PT Kimia Farma Tbk. sebagai pemain penting di industri farmasi di Indonesia terus mendorong ekosistem kesehatan beserta pendukungnya, agar value dari digitalisasi dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, berupa layanan kesehatan yang baik, serta pengalaman yang memuaskan dan efisien.

Menurut Dharma Syahputra, Direktur Sumber Daya Manusia Kimia Farma, implementasi teknologi pada dasarnya bukanlah hal yang sulit. Yang patut diperhatikan justru bagaimana dampak dari keseluruhan transformasi tersebut. Dharma mengatakan, membangun kapabilitas digital dan adopsi digital tidak sekadar bicara penguasaan teknologi, melainkan tiga hal, yakni kapabilitas leadership, value terhadap bisnis, dan upaya menemukan peluang baru dengan berbagai model bisnis baru.

Hal itulah yang menjadikan Kimia Farma fokus melakukan transformasi pada aspek ritel terlebih dahulu. Sebab, menurut Dharma, aspek ini bisa dirasakan langsung oleh pelanggan dan berdampak pada perusahaan dari segi cash flow.

Kimia Farma mengawali digitalisasi terhadap lebih dari 1.900 outlet (apotek, klinik, dan laboratorium) dengan transaksi yang mencapai 180 ribu per hari, dengan basis pelanggan sekitar 30 juta orang.

Kimia Farma telah meluncurkan platform Kimia Farma Mobile yang hadir sejak tahun 2020 untuk mempermudah masyarakat memperoleh layanan kesehatan. Dharma mengatakan, aplikasi ini hadir untuk membantu perusahaan lebih dekat dengan konsumen yang selama ini membeli secara langsung di apotek. “Kimia Farma Mobile dibuat untuk melengkapi customer journey dalam menggunakan layanan dan solusi Kimia Farma, baik offline maupun online,” katanya.

Meski demikian, Kimia Farma tidak melupakan aspek lain seperti manufacturing, warehousing, distribusi, serta research & development untuk mengadopsi digitalisasi. “Prioritas terhadap pemanfaatan teknologi digital membutuhkan komitmen dan visi dari para leader,” kata Dharma. “Inilah yang menjadi komponen penting dari keberhasilan dalam transformasi digital Kimia Farma,” tambahnya.

Dengan langkah transformasi tersebut, menurutnya, Kimia Farma bisa menjadi integrated digital healthcare leader dan mampu mengimplementasikan teknologi digitalisasi pada setiap layanannya.

“Prioritas terhadap pemanfaatan teknologi digital membutuhkan komitmen dan visi dari para leader.”

Dharma Syahputra, Direktur SDM PT Kimia Farma Tbk.

Pertamedika IHC Beri Layanan Optimal dengan Dukungan Digital

Dalam upaya mewujudkan ketahanan kesehatan nasional, PT Pertamina Bina Medika IHC (Pertamedika IHC) sebagai holding rumah sakit BUMN terus berinovasi dengan menghadirkan kemudahan akses layanan kesehatan bagi masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital. Pertamedika IHC saat ini mengoperasikan 74 rumah sakit dan 143 klinik di bawah naungan perusahaannya.

Berbagai inovasi dilakukan oleh Pertamedika IHC untuk memudahkan pasien mengakses seluruh layanan kesehatan yang diberikan. Upaya transformasi digital di antaranya diwujudkan dengan cara memodernisasi rumah sakit melalui penggunaan e-medical record. Tujuannya, memudahkan pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan dari satu tempat ke tempat lain, karena rekam medisnya bisa diakses di rumah sakit lain.

Dengan memanfaatkan teknologi digital dan mengedepankan inovasi, banyak hal yang dapat dilakukan Pertamedika IHC untuk tumbuh menyelaraskan dengan perkembangan industri 4.0. Pertamedika IHC menetapkan standardisasi layanan kesehatan dan proses bisnis secara digital yang telah dijalankan oleh semua rumah sakit di bawah payung IHC.

Elemen utama yang akan dibidik untuk mewujudkan perubahan tersebut adalah people. Khususnya, di lingkungan tenaga medis Pertamedika IHC yang saat ini didukung oleh 1.040 dokter dan 534 dokter spesialis.

M. Sonny Irawan, VP Information Technology Pertamedika IHC, menjelaskan bahwa proses digitalisasi yang diterapkan pihaknya harus bisa menyederhanakan proses, memangkas waktu dan layanan yang akan diterapkan. “Sasaran digitisasi yang dijalankan Pertamedika IHC adalah meningkatkan kepuasan pasien, memberikan fleksibilitas, membentuk komunitas kesehatan, meningkatkan pengalaman klinis bagi tenaga medis, dan mengurangi biaya kesehatan,” papar Sonny.

Sejak 2021 Pertamedika IHC memiliki sistem layanan kesehatan terintegrasi yang diberi nama One Solution System (OSS), yang diterapkan di seluruh jaringan rumah sakitnya. Platform OSS memuat sumber informasi medis pasien dalam bentuk digital, termasuk alergi, jenis penyakit, hasil lab, pengobatan, prosedur bedah, sekaligus data dari aplikasi mobile telemedicine IHC Telemed.

Menurut Sonny, dengan mendigitalkan data pasien dan hasil pengobatan melalui sistem OSS, ada manfaat tambahan dalam memajukan upaya pusat penelitian digital IHC. Selanjutnya, dengan meningkatnya penggunaan perangkat IoT dan aplikasi kesehatan digital, IHC akan mengeksplorasi bagaimana solusi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning dapat mempercepat laju penemuan metode perawatan dan protokol baru untuk perawatan pasien. “Pertamedika IHC akan terus berfokus menghadirkan lebih banyak value dalam produk pelayanan kesehatan digital,” kata Sonny. (*)

“Pertamedika IHC akan terus berfokus menghadirkan lebih banyak value dalam produk pelayanan kesehatan digital.”

Sonny Irawan, VP Information Technology PT Pertamedika IHC

Jeihan K. Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved