Technology

Deteksi Penipuan Perbankan dengan Experian Fraudnet

Deteksi Penipuan Perbankan dengan Experian Fraudnet

Beberapa studi yang dilakukan oleh World Bank menunjukkan bahwa 75% orang di seluruh dunia memiliki akses mobile phone dan 60% pengguna internet menggunakan online banking. Revolusi mobile phone yang menyentuh setiap sektor termasuk perusahaan layanan keuangan, dengan mobile banking dan m-commerce memperoleh interaksi global besar-besaran. Menurut Forrester Research, 550 miliar orang diperkirakan akan menggunakan layanan mobile banking pada tahun 2016.

10417819_10152573530202009_2370141282525625268_n

Burak Alper, Global Consulting Practice, mengatakan bahwa perbankan di Indonesia terus tumbuh akan tetapi pertumbuhannya mulai melambat. “Ada pertumbuhan tapi melambat. Persaingan yang terus bertambah dan adanya regulasi membuat pertumbuhan tersebut melambat,” ujarnya. “Persaingan dan regulasi tersebut akhirnya akan berdampak pada perbankkan di Indonesia,” tambahnya.

Untuk dapat bertahan, bank harus beradaptasi dengan perubahan pasar dan fokus pada profitabilitas dibandingkan volume. Untuk itu dibutuhkan diversifikasi produk dan channel, terutama dari sisi mobile digital. Disisi lain, bank juga menghadapi tantangan akan harapan nasabah yang melampaui inovasi yang dilakukan oleh bank. Dalam penelitian IBM yang dilakukan baru-baru ini, 80% CEO secara global merasa mereka telah memberikan pengalaman terbaik bagi konsumennya. Namun ternyata hanya 8% dari konsumen mereka yang mengakuinya.

Jeff Price, Managing Director, Decision Analytics Experian Asia Pasific, menyampaikan bahwa bank harus menyeimbangkan fraud management dan privasi yang efektif. Berdasarkan data dari IDC, 24% dari biaya IT mereka digunakan untuk pembiayaan risiko dan solusi kepatuhan dengan CAGR sebesar 13%.

Deteksi penipuan dengan menggunakan program Experian Fraudnet menawarkan deteksi fraud berlapis untuk memverifikasi berbagai hal meliputi sejarah perangkat, geolocation, perilaku dan malware.

Dalam sejarahnya, sektor perbankan Indonesia memiliki keuntungan yang besar dengan kapitalisasi yang kuat. Dengan tingkat pengembalian aset 3,1%, kecukupan modal 18% dan NPL yang hanya 1,9%, profitabilitas perbankkan cukup tinggi. Namun demikian, perlambatan ekonomi akan dirasakan pada tahun 2014, diiringi dengan peningkatan inflasi. Oleh karena itu pemerintah dan pembuat kebijakan (Bank Indonesia) fokus pada kebijakan-kebijakan keuangan dan moneter yang mengarah pada stabilitas keuangan dibandingkan tingkat pertumbuhan. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved