Technology

E-course untuk Pendidikan Seksualitas Remaja

Peluncuran E-course Sobat ASK

Peluncuran E-course Sobat ASK

Pada era digital ini, penggunaan internet seringkali terkesan untuk hal negatif. Hal ini terbukti dengan adanya tindakan cyberbullying, pelecehan seksual, dan penipuan yang dialami remaja. Sayangnya hal ini terjadi begitu saja tanpa ada usaha preventif. Fenomena kriminal ini yang menjadi fokus dari Rutgers WPF untuk memberi pelayanan internet yang ramah terhadap remaja dan mudah diakses.

Rurgers WPF Indonesia bersama mitra yang bekerja di 10 provinsi menghadapi tantangan ini dengan menyediakan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas ramah remaja. “Kami telah mengembangkan kursus online atau e-course Sobat ASK (Access, Service, Knowledge) dan andorid apps yang ramah remaja,” tutur Monique Soesman, Direktur Rutgers WPF Indonesia.

Rutgers bersama mitra selama tahun 2014 membuat sebuah penelitian mengenai akses remaja terhadap informasi terkait hal seksualitas dan kesehatan reproduksi di Jakarta, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Hasilnya, meskipun informasi banyak tersedia di internet, tetapi masih sulit menemukan informasi yang kredibel dan ramah remaja seperti informasi mengenai bahaya narkoba, infeksi menular seksual, kekerasan, bullying, dan keberagaman seksual.

Penyediaan e-course ini merupakan perkembangan dari kegiatan Rutgers WPF Indonesia, karena dalam tahun sebelumnya, organisasi nirlaba ini telah mengembangkan berbagai modul pendidikan kesehatan repproduksi dan seksualitas seperti “Aku dan Kamu” khusus untuk TK, modul “SETARA-Semangat Masa Remaja” untuk SMP dan “DAKU!”- Dunia Remajaku Seru!” untuk SMA.

“Aplikasi ini telah kami kembangkan untuk melengkapi berbagai modul pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi anak dan remaja yang menggunakan metode pelajaran yang biasa dilakukan di sekolah. Kami harap remaja lebih berdaya dan mampu mengatasi berbagai masalah kesehatan reproduksi,” tambahnya.

Kelebihan e-course Sobat ASK adalah pendekatan yang berbasis hak atas diri, maka proses pembuatannya pun dilakukan partisipatif dengan melibatkan guru dan ahli pendidikan. “Hasil yang kami harapkan adalah remaja menjadi subyek perubahan, bukan sekadar obyek yang harus dilindungi,” kata Monique. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved