Technology

Ingin Terapkan Teknologi Big Data? Ini Langkahnya

Ingin Terapkan Teknologi Big Data? Ini Langkahnya

Teknologi big data belum banyak dipakai di Indonesia. Namun, pentingnya teknologi ini kian dirasakan banyak pihak. Itulah kenapa perlunya edukasi terus-menerus tentang cara penggunaan sekaligus optimalisasi teknologi tersebut. CTO Mediatrac, Imron Zuhri mengatakan, instansi atau perusahaan yang ingin menggunakan teknologi tersebut harus lebih dulu memahami konsep big data beserta turunannya seperti data mining, linked data dan lainnya. Mereka juga harus menentukan secara rinci tujuan dari implementasi teknologi big data.

“Misalnya, untuk optimalisasi kinerja divisi keuangan, sumber daya manusia, atau lainnya. Di keuangan, dengan investasi sekian miliar, berapa alokasi untuk selling activities, operasional, hingga terjadi balancing. Semuanya juga come up with data. Itu yang penting,” katanya.

Dalam dunia bisnis, lanjut dia, penggunaan big data biasanya ditujukan untuk meningkatkan kinerja. Seperti, target penjualan naik, mengetahui segmentasi pasar secara tepat, lebih produktif, atau bisa mendapatkan data pelanggan dalam jumlah besar. Untuk bidang lainnya, seperti pertanian, misalnya untuk mengetahui kapan musim tanam terbaik, mengukur tingkat pertumbuhan tanaman, dan sebagainya.

“Kalau mengukur kebutuhan itu didasarkan pada seberapa besar mereka menggunakan data. Industri telekomunikasi, jasa keuangan, dan FMCG (Fast Moving Consumer Goods) basis datanya besar sehingga konsumsi data mereka juga sangat besar,” ujar Imron.

CTO Mediatrac, Imron Zuhri

CTO Mediatrac, Imron Zuhri

Setelah tahu tujuan penggunaan teknologi big data, perusahaan harus bisa mengintegrasikan data yang terkait dengan tujuan tersebut. Misalnya, dalam pemasaran dengan melihat tendensi pasar. Seperti, data linguistik yakni obrolan di sosial media termasuk sisi negatifnya seperti keluhan dan lainnya, termasuk review produk di media. Kemudian, barulah dilakukan analisis yang tepat hingga bisa ditarik kesimpulan, misalnya, untuk produk A cocok dijual di daerah padat penduduk, mal, atau pasar tradisional, termasuk juga siapa saja target pasarnya berikut usianya.

“Kalau sekarang, melihat tendensi pasar harus melakukan survei. Untuk mendapatkan data dari survei itu lama dan sulit. Sekarang era digital, mudah sekali mengambil data dari pembicaraan di media sosial. Di Twitter ada kok aplikasi untuk menyaring pembicaraan,” ungkapnya.

Lalu bagaimana cara menganalisis datanya? Menurut Imron, sangat tergantung pada kebutuhkan penggunanya. Jika memang basis datanya sangat besar, seperti perusahaan di bidang telekomunikasi, perbankan, dan jasa keuangan lainnya, tentunya membutuhkan analis data yang canggih dan juga dari berbagai disiplin ilmu, seperti psikologi, bisnis, manajemen, sosial, bahkan hingga kriminologi.

“Siapa yang sangka dengan adanya talent kriminologi di tim, mereka bisa melihat sesuatu dari sisi negatifnya. Dampaknya, terhadap pelanggan jadi lebih signifikan. Kalau dari Mediatrac, kami men-share data yang ada (linguistic dan geo-demographic). Dari situ, nanti mindset customer terbuka. Ketiga perusahaan sudah yakin untuk menggarap big data, maka mereka mesti membuka datanya. Nanti, kita tempatkan tim kita di sana untuk melakukan analisis,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved