Technology zkumparan

Kapital Boost Layanan Crowdfunding Syariah Besutan Tiga Sekawan

Ronald Wijaya, Erly Witoyo & Fachri Kardiman

Bisnis rintisan fintech (financial technology) di Indonesia terus berkembang. Tak cuma masuk ke dalam sistem keuangan konvensional, geliat fintech juga perlahan menjangkau sistem keuangan syariah. Salah satu startup yang menerjuninya adalah Kapital Boost, yang dibesut oleh trio Erly Witoyo, Ronald Wijaya, dan Umar Munshi.

Kapital Boost sudah menunjukkan kiprahnya sejak 2013. Perusahaan rintisan yang menyediakan layanan pendanaan peer to peer (P2P) ini telah membantu sejumlah UKM memperoleh pendanaan dari investor global yang sedang mencari peluang investasi berbasis syariah. Hanya saja, ketika itu gaung mereka masih terbatas di Singapura.

Saat ini, seiring dengan ekspansi bisnis yang dilakukan, Kapital Boost telah mendanai sekitar 50 program UKM di wilayah Indonesia, Singapura, dan Malaysia. “Kami menawarkan pembiayaan pembelian aset melalui struktur murabahah (cost plus margin) dan pembiayaan faktur melalui qard (pinjaman tanpa bunga) serta struktur wakalah (agensi),” kata Erly Witoyo.

Erly menceritakan, tiap co-founder memiliki fungsi dan peran masing-masing. Ronald Wijaya, misalnya, menjadi Country Head di Indonesia. Sementara dirinya, lebih fokus di pasar Singapura. Meskipun tim yang dimiliki masih kecil (hanya delapan orang), Erly merekrut bankir berpengalaman untuk bergabung di Kapital Boost. Norliana Hamber, Chief Operating Officer Kapital Boost, sebagai contoh, memiliki pengalaman bekerja di lembaga keuangan papan atas seperti Goldman Sachs Asset Management, BNP Paribas, dan Blackrock. Adapun Kepala Pengembangan Bisnis Kapital Boost, Fachri Kardiman, juga merupakan orang yang tidak asing dengan sistem keuangan syariah karena pernah bekerja di Bank Muamalat.

Selain mengandalkan modal yang berasal dari para pendiri (bootstrapping), Erly mengakui, Kapital Boost juga mendapatkan hibah dari Pemerintah Singapura sebesar S$ 50 ribu atau sekitar Rp 500 juta untuk pengembangan bisnisnya. Erly menyebutkan perusahaannya ini telah berhasil menyalurkan dana miliaran rupiah. “Pada Maret 2018, misalnya, kami mencairkan sekitar Rp 3,5 miliar dana untuk UKM,” katanya.

Dengan memadukan keuangan syariah dengan pola crowdfunding, Erly meyakini pihaknya bisa memberikan solusi atas masalah pembiayaan yang dihadapi UKM. Alasannya, crowdfunding memungkinkan kerjasama kolektif antar-individu untuk menggabungkan sumber daya demi mendukung suatu tujuan, proyek, atau usaha. Menurutnya, konsep ini sejalan dengan tujuan keuangan syariah yang menekankan pemerataan kekayaan. “Kami berharap dapat melakukannya dengan menyediakan platform investasi syariah yang mudah digunakan dan membawa dampak sosial positif melalui pembiayaan UKM,” kata pria kelahiran 1974 itu.

Meskipun saat ini bisnis Kapital Boost bisa berkembang, sejumlah tantangan masih membayangi. Bagi banyak orang, pola keuangan syariah relatif belum dikenal dan dipahami dibandingkan dengan sistem keuangan konvensional. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri ketika Kapital Boost akan meningkatkan jumlah investor. Apalagi, fintech di bidang peminjaman dana (lending) juga relatif baru di Indonesia. “Solusinya, kami berupaya mengedukasi dan membangun komunitas investasi fintech syariah dan mencoba sebaik mungkin untuk mengambil kesempatan dalam forum-forum yang terkait dengan investasi atau keuangan Islami,” ungkap Erly.

Reportase: Anastasia Anggoro Suksmonowati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved