Technology Trends

Keberhasilan Eks Kuli Bangunan Jadi Juragan Aksesoris Motor Online

Imam Asyari, pemilik bisnis Jelazada.

Segala hal tidak ada yang instan, semua butuh proses pembelajaran dan strategi yang matang. Prinsip itulah yang selalu dipegang Imam Asyari, yang sebelumnya bekerja sebagai kuli bangunan di Sidoarjo yang kini sukses berjualan online dan mempekerjakan banyak karyawan.

Baru mempelajari internet ketika pindah ke Surabaya, pria berusia 30 tahun yang kerap disapa Ali ini mengawali kiprahnya di ranah online dengan mencoba menjual alat rumah tangga. Ia menceritakan awal mula dirinya berjualan di Lazada pada 2016. Semua dilakukan sendiri, mulai dari menemukan ide produk yang ingin dijual, mencari vendor untuk stok barang, mendirikan dan mendesain toko, hingga memenuhi pesanan konsumen.

“Awal bergabung di Lazada tahun 2016, setelah saya berjualan di media sosial. Awalnya memang belum banyak yang tahu toko saya dan beli produk, tapi untungnya banyak layanan serta fitur dari Lazada yang memudahkan kita jualan,” kenang Ali yang dulu juga pernah melakoni pekerjaan sebagai cleaning service di salah satu universitas di Surabaya.

Sebagaimana wirausaha lainnnya, ia sempat putus asa dengan berbagai macam hal, mulai dari tidak yakin dengan pilihan produk yang dijual, serta omset yang kian menurun dari hari ke hari lantaran sulit memperoleh pesanan. Namun, niat kuat sudah menjadi tekad. Ali beralih menjual aksesoris motor yang mengantarkannya kepada kesuksesan sampai saat ini dengan toko online yang ia dirikan bernama Jelazada.

“Inspirasi nama toko diambil dari obsesi saya terhadap Lazada. Dulu, setiap ada customer yang nanya ketersediaan produk saya waktu masih di toko offline, saya suka berkata ‘jelas ada’. Dari situ tercetus ide untuk menamakan toko saya Jelazada,” ungkap Ali. Produk-produk yang dijual di antaranya helm, jok sepeda motor khusus anak, dan sarung tangan. Sementara produk yang paling khas dari Jelazada, menurutnya adalah helm motor yang dilapisi kulit sintetis.

Usaha yang dilakukannya tidak pernah tanpa hasil. Menurutnya, Lazada berkontribusi sangat besar atas perkembangan bisnisnya secara keseluruhan. Saat ini, setiap harinya, pria lulusan STM ini berbisnis dengan dibantu 20 karyawan. Seiring meningkatnya penjualan, ia juga memiliki gudang khusus untuk menyimpan dan mengemas produk yang dipesan konsumen dari Lazada yang sebagian besar berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang.

Kendati sudah terbilang sukses, Ali mengaku ia masih konsisten belajar untuk selalu memupuk ilmu dengan pengetahuan mengenai usaha online, strategi bisnis dan penggunaan fitur-fitur yang tersedia di platform Lazada. “Saya coba terus untuk pelajari semua fitur yang disediakan dan bagaimana sistem di Lazada bekerja. Ada komunitas seller juga di daerah saya, jadi saya sesekali bisa belajar di sana,” katanya mengakui.

Tak hanya itu, Ali juga aktif mengikuti pelatihan, serta memanfaatkan beragam kegiatan edukasi dari Lazada University. Materi pelatihan yang diberikan, lanjutnya, tidak hanya membantu untuk memahami fitur dan sistem Lazada, tetapi juga membantunya untuk menerapkan strategi jitu dan melakukan riset produk. Materi-materi yang ia pelajari di antaranya yaitu bagaimana para seller di Lazada dibekali materi dan pembelajaran untuk memaksimalkan campaign promo dari history traffic toko dan menganalisa tren penjualan toko melalui bisnis analisa.

Senior Vice President Traffic Operations, Lazada Indonesia, Haikal Bekti Anggoro mengungkapkan bahwa tren seller ke depannya adalah keinginan untuk memiliki brand sendiri, tidak hanya sekadar menjadi trader. Para seller, lanjutnya, mulai ingin mencari tempat produksi, ingin mempelajari ilmu marketing dan branding, dan tentunya ingin menjadi seller yang lebih profesional dan terstruktur dalam mengelola toko yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan bisnis.

“Lazada akan selalu berupaya untuk memfasilitasi beragam edukasi dan fitur-fitur yang dibutuhkan para seller agar bisa menjadi brand owner yang strategis, efisien, dan efektif seperti brand-brand ternama lainnya,” ujar Haikal.

Lazada University menjadi tempat bagi penjual untuk mempelajari topik-topik menarik seputar e-commerce melalui tutorial, video, dan webinar yang tersedia secara online. Secara offline, seller juga dapat menghadiri LazStar Academy yakni kelas-kelas khusus yang dipimpin oleh para seller yang sudah sukses dan menjalani pelatihan intensif. Lebih jauh lagi, Lazada juga memiliki komunitas seller yang tersebar di 26 kota di Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved