Technology

Kemenperin Berhasil Ubah Sampah Plastik Jadi BBM

Oleh Editor
Kemenperin Berhasil Ubah Sampah Plastik Jadi BBM
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara meninjau hasil penelitian Balai Besar Kimia dan Kemasan yang bisa mengubah sampah plastik menjadi BBM (ANTARA/ Sella Gareta)

Kementerian Perindustrian menemukan teknologi yang mampu mengubah sampah plastik jenis polietilena (kantong plastik) menjadi bahan bakar minyak (BBM). Dengan demikian, sampah plastik yang sudah tidak dapat didaur ulang, bisa dimanfaatkan.

Langkah strategis yang dilakukannya adalah dengan mengubah limbah plastik menjadi senyawa lainnya yang lebih bermanfaat melalui proses pirolisis. “Pada proses pirolisis, limbah plastik akan diubah menjadi fasa cair, residu bahan padat, dan fasa gas. Gas yang tidak terkondensasi juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar,” kata Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Kamis 26 September 2019.

Ngakan berharap, hasil litbang tersebut dapat membantu upaya pemerintah dalam penanggulangan masalah sampah plastik.

Laporan Bank Dunia tentang What a Waste 2.0 yang diterbitkan pada 2018 menyebutkan Indonesia menghasilkan sampah cukup besar di dunia dengan volume mencapai 3,22 juta metrik ton per tahun. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan untuk mengurangi sampah plastik hingga 70 persen pada 2025.

Ngakan memaparkan, untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik, banyak yang berpikir bahwa cara termudah adalah melalui proses pembakaran. “Padahal cara tersebut tidak benar. Sampah plastik yang dibakar, mengandung gas rumah kaca bahkan zat dioksin dan furan, yang oleh World Health Organization (WHO) sudah ditetapkan sebagai gas yang memicu kanker (karsinogenik),” katanya.

Kepala BBKK Wiwik Pudjiastuti menjelaskan, reaktor pirolisis untuk mengubah bahan baku limbah plastik menjadi BBM terdiri dari tabung reaktor tegak dilengkapi dengan inlet katalis. Ini untuk memasukkan katalis ke reaktor, inlet bahan baku untuk memasukkan bahan baku ke reaktor, dan pencampur mekanis untuk menghasilkan campuran yang homogen dan memperluas permukaan sampel sehingga mudah menguap.

Selanjutnya, reaktor dilengkapi pula pemanas elektrik yang dapat diatur suhunya sesuai dengan kebutuhan sifat fasa gas yang terbentuk selama proses, kondensor untuk mengubah fasa gas menjadi fasa cair serta dilengkapi dengan tipe single tube untuk memastikan semua fasa gas terkondensasi sempurna.

Berikutnya, terdapat saluran gas yang tidak terkondensasi dapat ditampung untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas, saluran residu pada bagian bawah tabung reaktor untuk mengeluarkan sisa padatan, serta adanya penampung crude oil di ujung bawah kondensor.

“Produk yang dihasilkan oleh alat pirolisis hasil rekayasa BBKK ini memiliki karakteristik lebih tinggi dibandingkan BBM, sehingga direkomendasikan oleh Lemigas untuk dijadikan pelarut,” ungkap Wiwik.

Berdasarkan uji laboratorium yang telah dilakukan, didapatkan spesifikasi pelarut mendekati jenis pelarut produksi PT Pertamina. Jenis pelarut tersebut, yaitu Pertasol (10 persen), Minasol (10 persen), dan Low Aromatic White Spirites (30 persen) serta solar (40 persen) dengan cetane number sebesar 58 sesuai spesifikasi Euro 4.

Selain keempat jenis BBM itu, hasil samping dari pengolahan sampah plastik adalah gas yang jika diproses lebih lanjut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar gas. Jika dibandingkan dengan nilai kalor gas alam yang sudah diolah (924 BTU per ft3 sampai 1027 BTU per ft3) dan nilai kalor gas pipa (950 BTU per ft3 sampai 1250 BTU per ft3) dengan pengotor H2S maksimum16 ppm, gas hasil proses pirolisis memiliki kandungan nilai kalor lebih tinggi sehingga mutunya lebih bagus sebagai bahan bakar serta tidak mengandung zat yang bersifat korosif.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved