Technology

Layanan Online Uneed Jaga Privasi Pengguna

Layanan Online Uneed Jaga Privasi Pengguna

Teknologi memudahkan pengembangan bisnis dan mendorong tumbuh lebih cepat. Tak heran bisnis aplikasi atau layanan berbasis online berkembang pesat belakangan. Namun, kerahasiaan data pengguna menjadi ancaman. Inilah yang dipahami Andreas Wullur, Muhammad Soufan dan Heru, yang kemudian menghadirkan Uneed, Andreas sebagai founder dan CEO Uneed, yang sebelumnya lebih banyak dikenal di bisnis hiburan ini melihat belum ada layanan berbasis online yang mengutamakan kenyamanan penggunanya.

Andreas berharap, aplikasi yang bisa diunduh di Google Playstore dan iOS market pada bulan Maret ini bisa menjadi pilihan utama konsumennya. Meski baru diluncurkan, Andreas sudah mempersiapkan aplikasi ini sejak 3 tahun lalu.

Andreas Wullur, founder dan CEO Uneed

Andreas Wullur, founder dan CEO Uneed

Dituturkan Andreas, Uneed hadir untuk memudahkan mereka yang tidak mau ribet harus keluar rumah ketika membutuhkan layanan atau produk tertentu. “Jadi Uneed adalah tempat berkumpul jasa profesional yang dapat memudahkan kita mendapatkan kebutuhan, tanpa harus beranjak dari tempat,” tuturnya.

Pemilik perusahaan label dan manajemen artis ini mengatakan hanya dengan menggunakan Uneed, pengguna bisa mendapat layanan untuk tata rias rambut, teknisi listrik, guru privat, pelatih yoga, pedagang keliling, pembersih rumah, tukang kebun, hingga jasa konsultan pajak.

Uneed

Uneed

“Layanannya memang cukup banyak, kami mengumpulkan sebanyak mungkin profesional,” tutur pria yang antaranya memanajeri Slank, Armada Band dan Vicky Shu ini. Untuk ini, Uneed diharapkan bisa menjadi solusi bagi siapapun yang memiliki kelebihan dan ingin berkembang lebih besar.

Andreas menyadari, kini makin banyak layanan berbasis online serupa, tapi ia yakin Uneed adalah yang dicari pengguna saat ini. Menurutnya, kelemahan layanan berbasis online adalah keamanan dan kerahasiaan data pengguna. Demi keamanan dan kenyamanan konsumen Uneed mendata para professional sehinga dapat langsung memeriksa tanda pengenal resminya secara digital melalui QR Code.

“Data nomor telepon pengguna pun kami hide, jadi pemberi jasa bisa mengontak mereka, tapi tidak bisa melihat nomor telepon mereka. Ada semacam tombol khusus di aplikasi penyedia jasa, yang menghubungkan ke pengguna jasa,” tuturnya.Andreas memperhatikan layanan berbasis online sejenis selama ini dikeluhkan kurangnya privasi pengguna. Nomor telepon pengguna bisa tersebar ke mana-mana.

Andreas juga menyampaikan kelebihan Uneed lainnya, bagi pengguna, ia bisa kembali menggunakan pemberi jasa yang sama, karena Uneed menyediakan tombol favorit, sehingga pengguna bisa mengumpulkan siapa saja pemberi jasa yang ia sukai. Sehingga ketika dia ingin menggunakan layanannya lagi, dia tinggal klik tombol tersebut setelah membuka aplikasi.

“Rating pengguna juga bisa menunjukan, siapa saja yang memberikan layanan bagus, jadi pengguna jasa bisa memilih professional yang akan digunakan berdasarkan rating atau jarak lokasi. Selama ini aplikasi sejenis kan menggunakan system bidding, siapa cepat ambil order, siapa dapat, jadi yang datang belum tentu yang bagus layanannya,” tuturnya.

Andreas tidak mau menyebut berapa target pengguna yang akan menggunakan aplikasinya, ia berharap tiap pemilik handset mengunduh aplikasi ini. Namun saat ini aplikasi ini hanya dapat dinikmati di wilayah Jabodetabek dulu, setelah melewati masa balik modal (BEP), ia akan kembangkan ke wilayah lain di Indonesia.

“Potensinya sangat besar aplikasi jasa ini, penduduk kita saja ada 255 juta jiwa jika diambil 10 persen 25 juta dan per user menghabiskan dana per bulan Rp 400 ribu untuk layanan yang mereka nikmati di rumah, dikalikan, luar biasa besarnya. Kami ambil 10 persen dari sana saja juga besar,” ujarnya.

Andreas sudah siap dengan dana yang besar. Maka itu ia menargetkan Uneed baru akan balik modal dalam 5 tahun. “Kami tidak bisa sebutkan siapa pemodal Uneed, yang jelas ada dukungan venture capital dari dalam dan luar negeri,” elaknya.

Ia memastikan pengguna Uneed tidak akan terganggu dengan iklan di aplikasinya, karena pihaknya tidak akan menggunakan iklan untuk men-generate revenue. Renevue didapat dari fee yang diambil 20 persen nilai yang dikenakan ke pemberi jasa ke pengguna. Andreas menolak menyebutkan nada yang sudah dia dan rekan-rekannya siapkan untuk mendukung layanan ini. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved