Technology

Moglix, Lokomotif Baru Industri Manufaktur India

Moglix, Lokomotif Baru Industri Manufaktur India

Perusahaan rintisan di bidang platform e-commerce dan procurement B2B dari India ini meraih status unicorn pada usianya yang ke-6 pada Mei 2021. Ambisinya kini adalah menciptakan ekosistem industri manufaktur bernilai US$ 1 triliun di India.

Rahul Garg, Founder dan CEO Moglix.

Mei 2021, tercipta momen bersejarah bagi Moglix. Saat itu, perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di layanan B2B marketplace dan procurement platform (industrial e-commerce) ini mencapai predikat unicorn ⸺perusahaan dengan valuasi US$ 1 miliar atau lebih⸺ setelah menggaet pendanaan senilai US$ 120 juta. Bukan itu saja, Moglix mencatatkan diri sebagai unicorn pertama di bidang B2B e-commerce di sektor manufaktur.

Moglix mencapai valuasi US$ 1 miliar, atau status unicorn, dalam enam tahun setelah didirikan. “Ini merupakan yang pertama dari banyak milestone dalam perjalanan kami untuk menciptakan dampak global yang lebih besar,” kata Rahul Garg, Founder dan CEO Moglix, kala itu.

Apresiasi dan animo investor yang besar terhadap Moglix terus berlanjut. Pada Januari 2022, atau delapan bulan setelah pencapaian status unicorn tadi, Moglix telah melipatgandakan valuasinya menjadi sekitar US$ 2,6 miliar.

Valuasi tersebut dicapai setelah dari putaran pendanaan Seri F tersebut, perusahaan berumur tujuh tahun ini berhasil menghimpun dana sebesar US$ 250 juta. Alpha Wave Global (dulu bernama Falcon Edge Capital), yang memimpin pendanaan terdahulu, kembali ikut mendanai bersama dengan Tiger Global.

Selain itu, Ward Ferry yang bermarkas di Hong Kong juga berpartisipasi dalam putaran pendanaan itu. Manajemen Moglix mengklaim, para investor di tahapan seed stage telah mencatatkan return 80 kali dari investasi mereka.

Secara total, dari sejak berdirinya, Moglix telah berhasil menarik dana lebih dari US$ 650 juta. Selain yang sudah disebut, nama-nama investor lainnya adalah Accel Partners, Sequoia, IFC, Harvard Management Company Industry, dan beberapa industrialis India seperti Ratan Tata, Kalyan Krishnamurthy, Vikrampati Singhania, dan Shailesh Rao.

Moglix didirikan oleh Rahul Garg, lulusan Indian Institute of Technology Kanpu dan Indian School of Business, pada 2015. Perusahaan rintisan ini bermodel bisnis sebagai platform e-commerce dan procurement (pengadaan barang) B2B.

Saat ini Moglix telah melayani lebih dari 500 ribu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan lebih dari 3.000 perusahaan manufaktur besar, di seantero India dan di beberapa negara lain, seperti Singapura dan Uni Emirat Arab. Untuk mendukung solusi e-commerce-nya, Moglix memiliki jejaring rantai pasok yang terdiri dari lebih dari 16.000 pemasok dan lebih dari 40 gudang. Jenis barang yang ditampung platform ini sekarang lebih dari 700 ribu SKU, sehingga Moglix mengklaim diri sebagai platform e-commerce untuk barang-barang industri dan manufaktur terbesar di India.

Beberapa di antara pelanggannya adalah raksasa manufaktur seperti Unilever, Tata Steel, Hero MotoCorp, Vedanta, Air India, dan NTPC. Moglix, lewat anak usaha fintech-nya Credlix, juga telah melewati tingkat pencairan kredit US$ 100 juta untuk pembiayaan rantai pasok.

Garg menceritakan, ia memulai Moglix dengan sebuah tujuan sederhana: Mendisrupsi bidang B2B commerce untuk industri manufaktur. Ia melihat pemanfaatan teknologi di ekosistem rantai pasok manufaktur India pada 2015 masih kurang dari 2%.

Dari situ, timbul niatnya untuk membangun sebuah perusahaan yang akan memanfaatkan teknologi untuk merancang ulang bisnis B2B commerce dan rantai pasok di India serta mentransformasi sektor bisnis yang selama itu tak tersentuh inovasi. “Kami ingin membawa sukses penerapan teknologi pada consumer commerce ke dunia B2B commerce,” ujar Garg.

Sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di dunia (setelah China), India sebetulnya memang punya potensi berkontribusi besar di kancah manufaktur dunia. Saat ini India menyumbang sekitar 3% dari rantai nilai (value chain) manufaktur dunia. Di negeri ini, manufakturnya mulai dari farmasi, produk-produk healthcare, baja, produk-produk white label (pesanan pemilik merek), hingga produk-produk teknologi seperti elektronik dan chipset.

Hanya saja, ada masalah yang mendasar. Biaya logistik di India, dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB)-nya, mencapai sekitar 14%, atau salah satu yang tertinggi di dunia. Begitu juga biaya tenaga listrik di India, sebagai persentase dari PDB-nya, juga salah satu yang tertinggi di dunia.

Menurut para pengamat ekonomi, hal-hal seperti itulah yang membatasi daya saing produk India selama bertahun-tahun. Menurut mereka, untuk bisa menjadi adidaya global di bidang manufaktur, pembangunan infrastruktur logistik sudah menjadi kebutuhan.

Pembangunan infrastruktur diperkirakan akan memberikan 4,5% dari pertumbuhan PDB India setiap tahunnya. Sejauh ini, proyek infrastruktur serius yang dijalankan Pemerintah India antara lain the 100 Smart Cities Mission. Program ini diperkirakan akan membantu industri manufaktur untuk memperluas jejaknya di kota-kota tier-2 dan tier-3.

Di sisi lain, kalangan UMKM merupakan driver pertumbuhan ekonomi India. Pasalnya, UMKM di India berkontribusi 30% dari PDB negeri ini, serta menyumbang 33% dari produk manufaktur dan 48% dari nilai ekspor negeri ini.

“Kami kini fokus pada misi kami untuk terciptanya ekosistem manufaktur bernilai US$ 1 triliun di India.”

Rahul Garg, Founder dan CEO Moglix

Masalahnya, segmen ini menghadapi kendala besar, yang terbuka lebar ketika terjadi pandemi Covid-19, yakni adanya kerentanan dalam pembiayaan karena ketiadaan kredit usaha ketika dibutuhkan (on-demand credit). Salah satu penyebab utamanya, penggunaan metode pencairan kredit secara offline yang tergantung pada ukuran-ukuran seperti penjualan, profitabilitas, dan perputaran barang.

Karena ketiadaan laporan dan administrasi yang baik pada banyak UMKM, pengukuran kemampuan kredit menjadi terdistorsi, sehingga menghambat penyaluran modal kerja. Padahal, kalangan UMKM membutuhkan dana yang cepat. Karena itulah, yang dibutuhkan adalah model pencairan kredit secara digital yang bisa mengatasi kekurangan ini.

Menurut perusahaan konsultan RedSeer, pasar B2B e-commerce di India saat ini diperkirakan bernilai US$ 1,7 miliar. Perkiraan pertumbuhan tahunannya mencapai 80% (Compound Annual Growth Rate/CAGR) sehingga bisa mencapai US$ 60 miliar pada 2025. Adapun pasar B2B offline di India diperkirakan bernilai US$ 700 miliar pada 2018-2019.

Jadi, perbedaannya masih sangat besar antara pasar e-commerce dan perdagangan konvensional. Sebagai perbandingan lainnya, pasar B2C e-commerce di India saat ini sudah bernilai US$ 18 miliar dan diperkirakan punya pertumbuhan tahunan 40% (CAGR).

“Kami ingin menjadi garda depan dan pusat dari segala sesuatu yang berhubungan dengan manufaktur, procurement, dan pembiayaan rantai pasok,” kata Garg. “Ada peluang besar pada sektor manufaktur, dan kami baru menggaruk permukaan. Saya pikir ada peluang pertumbuhan 10 kali dari sini,” katanya lagi, yakin.

Selulus dari India Institute of Technology Kanpur pada 2001, Garg bekerja di beberapa perusahaan teknologi, dengan tugas membangun desain produk teknologi wireless terkini. Ia juga berdiskusi tentang roadmap teknologi masa depan.

Ia mengaku cukup beruntung mencicipi beberapa dimensi bisnis yang berbeda. Dari bidang product engineering, strategy development, hingga sales & marketing. Sebelum memulai Moglix, ia juga menghabiskan waktu lima tahun di Google Asia, di mana dia meluncurkan Advertising Exchange dan mengarahkan sales strategy.

Selama masa kariernya di Google, Garg dapat melihat nature dari B2B commerce telah berubah. Kalangan perusahaan dan konsumen akhir telah berpindah dari perilaku berbasis pencarian (search-based behaviour) menuju perilaku berbasis transaksi (transaction-based behaviour). Pandangan seperti itu membantunya untuk memformulasikan model berbasis transaksi, baik untuk kalangan pemasok perusahaan maupun kalangan UMKM, untuk melakukan jual-beli barang-barang industri dari platform digital tunggal.

Dari pemikiran itulah, lahir Moglix.

Lalu, apa yang ditawarkan Moglix? “Mulai dari pencarian sumber daya (sourcing) hingga pembiayaan (financing). Kami menawarkan sistem operasi serba-lengkap untuk perusahaan-perusahaan dari sektor manufaktur,” kata Garg. Ia meyakinkan bahwa melalui platform digitalnya, jejaring pemasok dan pembeli, Moglix dapat menurunkan biaya, memperkuat penjualan, meningkatkan efisiensi operasional, dan membuat rantai pasokan berjalan mulus.

Mengenai peluang bisnisnya ke depan, Garg memperkirakan sektor manufaktur India itu bernilai sekitar US$ 350 miliar pada 2021. “Kami optimistis dengan meningkatnya transformasi digital pada rantai pasok, yang akan mendukung industri manufaktur India terus bergerak menuju angka US$ 1 triliun,” katanya.

Sementara itu, integrasi teknologi dalam B2B commerce global masih kurang dari 5%. Seiring dengan makin kuatnya perekonomian India, Garg meyakini inilah waktunya bagi para stakeholder di sektor manufaktur India untuk menyerap pelajaran dari pandemi Covid-19 yang lalu.

“Dengan adanya integrasi teknologi, kami dapat mengisi ruang kosong yang tercipta di rantai pasok global,” ujarnya optimistis. Saat ini, hampir 25% dari perusahaan India yang masuk daftar Fortune 500 telah menunjuk Moglix sebagai mitra transformasi rantai pasok mereka.

Dalam praktiknya, Moglix tak hanya berkiprah melayani kalangan pelaku bisnis manufaktur, tapi juga mereka yang bergerak di industri manufaktur. Di negerinya, Moglix telah menyediakan solusi rantai pasok terintegrasi penuh untuk sejumlah perusahaan EPC (engineering, procurement, and construction) besar. Moglix telah membantu sejumlah proyek infrastruktur besar, seperti Mumbai Trans Harbor Link, Kondakulam Power Plant, dan East-West Freight Corridor, yang telah membentuk India sebagai mitra rantai pasok manufaktur masa depan bagi dunia.

Salah satu keunggulan khas platform Moglix adalah menyediakan solusi e-commerce dan manajemen rantai pasok yang cukup lengkap bagi perusahaan pelanggannya. Manajemen Moglix percaya pada prinsip, bahwa suatu keseluruhan itu lebih besar nilainya dari jumlah seluruh bagian. Inilah alasan Moglix berupaya menyediakan sistem operasi terpadu yang serba lengkap untuk kebutuhan procurement ataupun rantai pasok pelanggannya.

Sekilas Profil Moglix

–Nama merek perusahaan : Moglix

–Nama legal perusahaan : Moglilab Private Limited

–Bidang bisnis : platform e-commerce dan procurement B2B terintegrasi

–Waktu berdirinya : Januari 2015

–Pendiri : Rahul Garg (Founder & CEO), warga negara India

–Total pendanaan : US$ 650 (terakhir putaran Seri F dengan raihan dana US$ 250 juta pada Januari 2022)

–Investor penting : Accel Partners, Tiger Global, Sequoia, Alpha Wave Global (dahulu Falcon Edge Capital), Ward Ferry, IFC

–Nilai valuasi perusahaan : US$ 2,6 miliar (setelah putaran pendanaan Seri F Januari 2022)

–Anak usaha/afiliasi : Credlix dan NuPhi (fintech yang bergerak di layanan pembiayaan rantai pasok)

–Wilayah layanan saat ini : India, Asia Tenggara, dan Timur Tengah

Data dari berbagai sumber

“Penggunaan teknologi untuk membangun sistem procurement dan logistik yang lebih cerdas dan lebih cepat ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman pelanggan terbaik,” Jasmeet Marwah, Vice President Supply Chain & Operation Moglix, menjelaskan.

Sebagai contoh, tersedia aplikasi Moglix Supplier Central untuk kebutuhan procurement dan supplier relationship management. Juga ada Moglix Catalogue untuk kebutuhan indirect procurement, dan Moglix Buyer’s App untuk kebutuhan order management dan realtime order tracking, ataupun Warehouse and Field Management System untuk kebutuhan operasi logistik yang efisien. “Para pengguna dari perusahaan pelanggan dapat mengakses modul-modul seperti itu, ataupun dalam paket custom dari sebuah sistem operasi tunggal,” ungkap Marwah.

Melihat banyak pemasok dari kalangan UMKM yang kesulitan dalam pembiayaan usaha, Moglix pun masuk ke ranah bisnis pembiayaan digital. Pada Februari 2021, lahirlah Credlix, platform pembiayaan untuk kebutuhan rantai pasok. Hingga kini Credlix telah melampaui tingkat pencairan kredit US$ 100 juta.

Bahkan, pada November 2021, Credlix memasuki ranah pembiayaan ekspor-impor (exim financing) setelah mengakuisisi NuPhi. Akuisisi ini dilakukan tak lama setelah masuknya Moglix ke pasar Timur Tengah. Dengan kata lain, langkah Credlix untuk memasuki pembiayaan ekspor-impor ini juga untuk mendukung langkah ekspansi global induknya, Moglix.

NuPhi adalah uasaha rintisan bidang fintech berbasis di Singapura, yang menawarkan solusi anjak-piutang berbasis tagihan (invoice factoring) untuk kalangan UMKM ekspor di India dan Asia Tenggara. NuPhi didirikan tahun 2019 oleh dua orang keturunan India, Pramit Joshi dan Mayur Totla. NuPhi menawarkan solusi pembiayaan lintas negara dan aplikasi SaaS untuk mendigitalisasi dan mengotomasi alur kerja ekspor-impor.

Seperti sudah disinggung, selain menyediakan paket solusi serba-lengkap dan langkah akuisisi, Moglix juga menerapkan strategi lain untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya, yakni ekspansi global. Pasar yang langsung diincar adalah Uni Emirat Arab (UEA).

Pada Agustus 2021, Moglix memasuki pasar UEA. Perusahaan marketplace B2B ini berekspansi ke UEA tak lama setelah mendapatkan pendanaan senilai US$ 120 juta, yang menjadikannya unicorn. Perusahaan ini beroperasi di Khalifa Port Free Trade Zone di Abu Dhabi.

Di UEA, Moglix mengoperasikan platform untuk B2B e-commerce-nya, yakni moglix.ae, yang menyediakan katalog digital berisikan sekitar 500 ribu produk industri pada lebih dari 50 kategori produk.

“Kami senang bisa memasuki pasar UEA. Ini adalah gerbang dan major hub untuk perdagangan global,” kata Garg dalam pernyataan persnya. “Misi dan langkah investasi Pemerintah UEA dalam hal peningkatan kapabilitas digital luar biasa dan kami berupaya untuk berkolaborasi dengan para talent lokal untuk mendorong transformasi digital ini,” tambahnya.

Dengan jejaring rantai pasoknya, di UEA Moglix dapat membantu sektor manufaktur dan migas dengan solusi rantai pasok end-to-end, mulai dari procurement hingga distribusinya. Menurut pihak manajemen Moglix, mereka akan membangun sistem operasi digital di UEA yang bisa terkait erat dengan inisiatif digital Pemerintah UEA. Setelah sukses di UEA, Moglix berencana memperluas operasinya di seluruh kawasan Timur Tengah.

“Moglix mampu menunjukkan tambahan nilai yang sangat besar ke sektor manufaktur dan telah membuktikan capaian ROI secara nyata di India, yang dapat dikembangkan secara global,” kata Navroz D. Udwadia, Co-Founder Falcon Edge Capital (yang kini bernama Alpha Wave Global ), salah satu investor Moglix.

“Kami senang menerima dukungan dan kepercayaan yang berlanjut dari para investor, pelanggan, ataupun pemasok. Kami kini fokus pada misi kami untuk terciptanya ekosistem manufaktur bernilai US$ 1 triliun di India,” kata Rahul Garg. Ia menyebutkan, Moglix selanjutnya akan meningkatkan fokusnya pada pertumbuhan yang diarahkan oleh pembiayaan rantai pasok, akuisisi mitra yang tepat, dan langkah ekspansi global. (*)

Joko Sugiarsono; Bahan: Armiadi Murdiansah (dari berbagai sumber)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved