Technology Property

NataProperty Memudahkan Konsumen, Developer dan Agen Properti

NataProperty Memudahkan Konsumen, Developer dan Agen Properti

Industri properti Indonesia tahun ini mulai menggeliat kembali. Hal ini seperti disampaikan Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, yang memprediksikan nilai penjualan tahun 2017 akan tumbuh sebesar 15%. Tentu ini menggembirakan bagi para developer. Untuk menggarap potensi pertumbuhan tersebut, developer membutuhkan terobosan yang tepat dalam memasarkan produknya, mengingat persaingan antar pemain sangat ketat.

Adalah NataProperty, startup yang berdiri sejak 2016 menawarkan solusi untuk para developer agar lebih mudah dalam mengelola penjualan proyek propertinya. NataProperty menyiapkan ERP System, CRM hingga aplikasi untuk agen properti untuk para developer. Melalui ERP System yang dibangun terintegrasi dengan aplikasi itu, developer bisa meng-input stok proyek propertinya, pembayaran konsumen, cara bayar, pembangunan dan laporan keuangan. “Aplikasi untuk agen ini smart selling tools, sehingga dia bisa tahu dari aplikasi unit mana yang sudah terjual dan informasi lainnya,” kata Sandra Vandhi, COO NataProperty.

Jadi aplikasi agen yang dibangun terintegrasi dengan sistem back end developer yang berisi berbagai data unit yang mereka jual. “Isu agen properti di Indonesia, mereka tidak bisa mendapat data yang transparan dan real time dari developer. Misalnya, unit yang diminati calon pembeli, dia harus telepon ke developer unit tersebut masih avalaible atau tidak,” jelasnya. Kalau menggunakan aplikasi NataProperty, agen properti bisa secara real time mengetahui unit mana saja yang masih available dan mana yang sudah terjual.

Saat ini NataProperty punya 7 modul ERP yang diimplementasikan semua ke developer mulai dari sistem penjualan, input stock unit, collection payment, cara bayar, leasing, ganti nama, residential cost bulanan (seperti tagihan service charge air) hingga laporan keuangan. Untuk agen properti, aplikasi masing-masing klien atau developer dibuat berbeda-beda. Fiturnya tentu disesuaikan kebutuhan masing-masing developer. Beberapa developer yang sudah menggunakan aplikasi dan modul ERP NataProperty adalah Wika Realty, Adhi Persada, Serpong Garden dan sebagainya.

Dengan menggunakan aplikasi ini agen properti, tidak perlu lagi membawa-bawa brosur, cukup membawa ponsel pintarnya letika menemui calon pembeli. Mereka bisa menunjukkan peta, alamat, unit yang masih availabel, bahkan video properti yang dijualnya melalui aplikasi tersebut. “Unit mana, di lantai berapa, tower berapa itu semua terlihat. Kalau konvensional, dia harus telepon dulu kalau calon pembeli berminat di unit tertentu. Dengan aplikasi ini, langsung terlihat di ponsel unit tersebut masih available atau tidak ketika klik ke unit yang dituju,” jelasnya.

Di Indonesia ia meyakinkan ini yang pertama. Biasanya ada aplikasi, tapi tidak ada sistem back end-nya yang terintegrasi. Atau ada sistem tapi belum ada aplikasinya. Solusi yang ditawarkan bukan hanya itu, NataProperty juga mengintegrasikan dengan stock management, CRM, plus business intelligent. Di business inteligent ini developer akan mendapat data berupa pie chart, informasi pasar dan penjualan yang paling laku. Contoh ternyata permintaan untuk unit studio yang paling banyak diminati konsumen, atau konsumen lebih suka membeli unit apartemen dengan KPA (kredit pemilikan apartemen).

NataProperty memang baru berdiri Januari 2016, namun menurut Sandra persiapan modul dan sistem sudah sejak 2013. Sandra menyebut dari tiga aplikasi properti yang ada di Google Playstore, aplikasi NataProperty mendapat rating tertinggi dibanding yang lain yaitu 4,5, sedangkan yang lain dibawah 4. “Ini menunjukkan agen suka menggunakan aplikasi kami, saat ini sekitar 10 ribu pengunduh,” tambah Beny Saputro, CEO NataProperty.

Namun angka unduhan itu belum termasuk aplikasi yang dibuat khusus per developer. Misalnya, Adhi Persada agen yang aktif menggunakan aplikasi ini ada 4000an. “Aplikasinya bisa kami custom atas nama developer,” ujar Beny. Ia menyebut saat ini sudah ada 27 aplikasi –atas beberapa proyek properti– yang beroperasi saat ini. Bisa jadi satu developer memiliki beberapa proyek properti menggunakan aplikasi sendiri-sendiri. Contoh Adhi Persada saja ada 23 proyek yang sedang digarap, Wika seluruh proyeknya menggunakan aplikasinya.

Monetasi NataProperty dikatakan Beny berasar dari fee per unit yang terjual. “Kami mengambil fee 0,15 hingga 0,5 persen per unit yang terjual,” imbuh Sandra. Beny mengaku saat ini Nata masih dalam masa membangun awareness di antara para pemain properti besar. “Kami masih rugi, karena pembayaran kami dibelakang, tergantung unit yang terjual,” katanya. Selain dari fee unit yang terjual, pendapatan juga diraih dari fee solusi back end yang dibangun untuk developer, hanya saja menurutnya angkanya tidak besar.

Sandra mengatakan solusi ini diharapkan juga memotong rantai penjualan properti. “Developer jika menjual proyek propertinya melalui agensi properti besar panjang rantainya, ada lead, koordinator, sub koordinator, agen baru ke customer. Tapi kalau menggunakan aplikasi developer, customer bisa langsung beli tanpa melewati agen dengan mengunduh aplikasi mereka,” katanya. Jadi menggunakan aplikasi yang sama bisa digunakan untuk customer, juga bisa digunakan untuk agen.

NataProperty ditegaskan Beny bukanlah property agent atau property listing seperti Rumah123 atau pemain lainnya. Menurutnya, NataProperty adalah platform untuk memudahkan developer memasarkan produk mereka. “Adhi Persada ini contoh klien sukses kami. Setelah implementasi solusi dari kami, penjualan naik 20-30 persen,” ungkap pria yang sempat bekerja di Lippo Karawaci selama lima tahun ini. Buat konsumen, ini menunjukkan Adhi Persada juga cepat mengadopsi teknologi.

Selain itu sistem yang dibangun terintegrasi ini, pada dash board developer dapat dilihat business inteligent penjualan proyek properti yang ditawarkan. Adhi Persada misalnya, mereka jadi tahu proyek properti yang di Depok justru pembeli terbanyak dari Jakarta Timur. Data yang akurat dari NataProperty membuat mereka bisa menempatkan strategi promosi dengan tepat.

Lulusan Binus University ini berharap NataProperty sebagai startup lokal tetap menjadi perusahaan Indonesia. “Saat ini angel investor hanya satu dan itu teman saya. Semua dana mandiri dari kami para pendiri. Ada 30 orang karyawan kami saat ini dan pendanaan operasional masih organik, targetnya 2022 kami ingin IPO,” ujarnya. NataProperty tahun lalu berhasil menjadi juara satu Echelon Indonesia 2016 yang disponsori Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif).

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved