Technology

OTT: Kawan atau Lawan?

OTT: Kawan atau Lawan?

Diskusi "OTT: Friend or Foe?"

Diskusi “OTT: Friend or Foe?”

Gelombang konten over-the-top (OTT) melanda industri telekomunikasi Indonesia. Cara transmisi data, video, dan suara tanpa perantara operator sistem ini akan jadi penghadang buat operator seluler. OTT yang laris manis di tangan pengguna ketimbang SMS dan telepon menggerogoti pendapatan operator. Potensi kerugian yang diderita operator pun diperkirakan mencapai Rp 220 triliun pada tahun 2012.

“Dalam industri telko, gelombang seperti ini berulang. Sekarang masanya OTT. Nanti ada yang lain,” ungkap Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), Alex Janangkih Sinaga, tenang (18/12). Alex mengemukakan, di tengah gempuran OTT asing semacam Facebook, Skype, Yahoo Messenger, Indonesia harus memproduksi OTT dalam negeri.

Bagaimana tidak keder? Jumlah pengguna Facebook melebihi 1 miliar di dunia dan 50 juta Facebookers Indonesia berkontribusi US$ 252 juta untuk pendapatan Facebook per tahun. Memasuki 2013 nanti, OTT dipastikan makin marak di Indonesia. Maka, operator telekomunikasi seperti XL, Indosat, Axis, berharap Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) membuat ketentuan untuk pemain OTT untuk melindungi industri telko.

“Usul saya pada pembuat kebijakan, perlu diberlakukan suatu ketentuan bagi pemain OTT. Mereka harus belajar how to survive the business. Namun, berilah insentif pula bagi yang berkontribusi untuk pengembangan OTT dalam negeri,” kata Director of Planning and Transformation Telkomsel, Edward Ying Siew.

“Sebagai tahap awal, pemain OTT harus menempatkan pusat datanya di Indonesia. OTT juga harus mengikuti aturan interkoneksi berbasis biaya,” terang anggota komite BRTI, Fetty Fajriati Miftach. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved