Technology

Pilot, Sahabat untuk Urusan “Kantor Belakang”

Pilot, Sahabat untuk Urusan “Kantor Belakang”
Kantor Pilot (Foto Twitter.com).
Kantor Pilot (Foto Twitter.com).

Buat mereka yang punya pengalaman merintis usaha dari skala kecil, salah satu hal yang memusingkan adalah mengelola urusan “kantor belakang” (back office), seperti pembukuan dan urusan pajak. Tak mengherankan, kalau mereka memilih mengerjakannya sendiri, malam-malam hari di hari kerja ataupun hari-hari week-end masih disibukkan dengan urusan pembukuan seperti itu, meskipun sudah dibantu dengan software akunting atau pembukuan.

Pilihan lain yang mungkin bisa diambil adalah memanfaatkan platform solusi yang punya spesialisasi di bidang ini. Salah satu nama yang kini tengah moncer di dunia di bidang platform solusi urusan pembukuan bisnis skala UKM (small-medium enterprises/SME) adalah Pilot.

Sebagai perusahaan rintisan (startup), Pilot menyediakan layanan back office keuangan untuk kalangan startup dan UKM. Spesialisasinya pada pembukuan (book-keeping), penyiapan pajak (tax preparation), dan yang paling menarik adalah layanan yang sebut CFO services.

“Aktivitas back office seperti pembukuan bisa jadi pekerjaan yang merepotkan, mahal, dan makan waktu, khususnya bagi kalangan pebisnis kecil,” kata Pat Grady, partner di Sequoia Capital, salah satu investor pendukung pendanaan bagi Pilot. Ia menggambarkan apa yang dikerjakan Pilot dalam aktivitas back office untuk para pelanggan yang umumnya dari kalangan pebisnis kecil ini, seperti yang dilakukan oleh Amazon Web Services (AWS) di bidang computing; yang membuat prosesnya jadi mudah, skalabel dan sesuai dengan permintaan.

Pilot bukan hanya menawarkan layanan sebuah solusi software. Kelebihan pentingnya, karena Pilot mengombinasikan software-nya dengan ketersediaan tim akuntan yang mengerjakan layanan yang disebut CFO services itu untuk pelanggan UKM-nya. Alhasil, para UKM itu sebetulnya tak perlu punya tim keuangan sendiri. “Kami harus menyediakan solusi atas masalah pembukuan secara akurat dan mudah, menggunakan kombinasi orang dan software,” ujar Waseem Daher.

Mereka yang bekerja untuk mengelola aktivitas CFO services itu adalah para ahli pembukuan yang direkrut Pilot sebagai pekerjaan full-timer di kantor Pilot di Amerika Serikat. Mereka ini juga yang akan mendalami seluk-beluk bisnis para pelanggan. Platform dari Pilot ini mengintegrasikan secara langsung dengan sistem billing, perbankan, pengeluaran, dan penggajian yang biasa digunakan perusahaan pelanggan.

Dengan perpaduan antara software kustom dan adanya tim ahli pembukuan, Pilot mengklaim diri menawarkan layanan pembukuan yang akurat dan konsisten, sehingga para pebisnis yang menjadi pelanggannya bisa fokus mengurus bisnis mereka.

Di samping itu, Pilot juga menyediakan layanan analisis varian bulanan untuk semua pelanggan jasa pembukuannya. Pada dasarnya, ini seperti menyediakan jasa controller untuk perusahaan klien itu, sehingga mereka bisa membuat keputusan budgeting dan spending yang lebih baik. Layanan ini juga membantu perusahaan mengakses tunjangan pajak bisnis yang selama ini cuma diketahui oleh sedikit pihak.

Pilot didirikan dan diluncurkan tahun 2017 oleh tiga sekawan dari MIT’s Computer Club: Waseem Daher (yang berperan sebagai CEO), Jeff Arnold (COO), dan Jessica McKellar (CTO). Pilot merupakan perusahaan startup ketiga mereka, setelah mereka dua kali menjalani exit strategy yang sukses. Mereka sebelumnya telah mendirikan dan kemudian menjual dua perusahaan rintisan, yakni Ksplice (dijual ke Oracle Corp.) dan Zulip (ke Dropbox). Misi Pilot adalah membawa kapabilitas manajemen keuangan ―khususnya di bidang pembukuan― perusahaan besar ke kalangan UKM.

Hal yang menarik, seperti diakui pendirinya, Pilot didirikan untuk menyediakan solusi atas persoalan bisnis yang selama ini mereka hadapi juga. “Kami mulai merintis Pilot untuk menjadi solusi dari bisnis kami,” ujar Waseem Daher, co-founder dan CEO Pilot. Para pendiri Pilot mengalami sendiri masalah repotnya mengurus pembukuan usaha dan penyiapan pajak usaha ketika mengelola perusahaan rintisan mereka sebelumnya. “Setelah kami pelajari kemudian, kami tidak sendirian,” ujar Daher.

Dan, setelah menggali aspek pembukuan ini lebih dalam, mereka melihat banyak hal yang mereka bisa lakukan di sana. “Melalui kemitraan dengan para mitra kami, kami bisa membuat solusi back office menjadi kenyataan buat lebih banyak perusahaan dibandingkan sebelumnya,” ujar Daher lagi.

Pada 26 Januari 2021, Pilot, sebagai sebuah perusahaan startup di bidang fintech, mengumumkan berhasil mengumpulkan dana sebesar US$ 100 juta dari pendanaan Seri C. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Sequoia Capital, dan diikuti Index Ventures dan Stripe. Pendanaan ini telah mendongkrak valuasi perusahaan ini menjadi US$ 1,2 miliar, alias membuatnya memasuki kelompok unicorn.

Di situsnya (https://pilot.com), disebutkan ada sejumlah alasan mengapa perusahaan memilih layanan dari Pilot.com. Pertama, karena adanya dukungan para ahli pembukuan yang bersifat personal. Dalam hal ini, Pilot menjamin bahwa layanannya responsif. Para ahli pembukuan ini pun terkesan dedicated untuk melayani pelanggan, dengan mendalami bisnis dan pembukuan perusahaan pelanggan mulai dari awal.

Kedua, menyediakan pelaporan yang bersifat industry-specific. Laporan yang disediakan bulanan ini mencakup laporan yang bersifat custom sesuai dengan jenis industri pelanggan. Misalnya, untuk kalangan perusahaan startup ada Burn Report, sedangkan untuk pelaku e-commerce ada laporan Inventory Management.

Ketiga, adanya keahlian dalam mendukung pertumbuhan bisnis. Dengan keahlian di bidang pembukuan dan CFO services yang dibutuhkan pelanggan, Pilot siap mendukung pertumbuhan skala bisnis pelanggannya.

Pilot secara total telah mengumpulkan lebih dari US$ 150 juta dari putaran pendanaan Seri A, B, dan C, dengan investor yang terdiri dari Sequoia Capital, Index Ventures, Stripe, Bezos Expeditions, dan Whale Rock. Juga ada sejumlah investor individual dari kalangan entrepreneur, seperti Patrick dan John Collison (pendiri Stripe), Drew Houston dan Diane Greene, Frederic Kerrest, Hans Robertson, Adam D’Angelo, Paul English, Howard Lerman, Joshua Reeves, dan Tien Tzuo.

Sepanjang tahun 2020, Pilot telah mencatat lebih dari US$ 3 miliar dalam hal transaksi pembukuan untuk pelanggannya, yang merentang dari kalangan startup belum berpenghasilan (pre-revenue) hingga perusahaan mapan yang menghasilkan revenue tahunan lebih dari US$ 30 juta. Hingga kini, Pilot telah melayani lebih dari 1.000 perusahaan pelanggan. Di antara perusahaan pelanggannya, ada Bolt, Greynoise, r2c, dan Pathrise. Nilai plus lainnya, Pilot juga telah menjalin kemitraan pemasaran dengan sejumlah perusahaan ternama, seperti American Express, Stripe, Square, Quickbooks, Bill.com, Brex, Carta, Gusto, Shopify, dan Expensify.

“Tim Pilot ini telah menjadi mitra kami sejak awal, dari mereka sendiri belum punya pendapatan,” kata salah seorang klien dari perusahaan startup yang menjadi pelanggannya, yang telah mengumpulkan pendanaan lebih dari US$ 75 juta untuk perusahaan rintisannya ini. ”Pilot membantu kami naik kelas, dan memungkinkan kami untuk fokus pada bisnis kami, ketimbang menghabiskan waktu mengkhawatirkan soal pembukuan,” katanya lagi.

Dengan kecanggihan software-nya, pelanggan Pilot bisa mendapatkan insight yang penting. Sebagai contoh, software Pilot bisa memanfaatkan kecerdasaran kolektif dengan menggunakan data 1.000 lebih pelanggannya untuk menawarkan insight dan saran yang tak akan pernah bisa ditawarkan layanan pembukuan tradisional.

Contohnya, ada insight seperti ini: “Anda membayar 50% lebih untuk layanan web hosting dibandingkan para pemain di industri Anda yang sama ukurannya. Untungnya, ada cara yang bisa Anda gunakan untuk mengurangi tagihan Anda menggunakan contoh-contoh yang sudah ada.”

Atau ada saran seperti ini: “Berdasarkan data penggajian dan belanja Anda, bisnis kecil Anda layak memperoleh tunjangan pemerintah sebesar US$ 60.000 dan kami akan membantu Anda mengklaimnya.”

Itu hanya dua contoh dari fitur yang disediakan oleh Pilot untuk pelanggannya. Tentu, siapa sih perusahaan pelanggan yang tak senang memperoleh saran yang membantu mereka menghemat pengeluaran perusahaan. Intinya, Pilot tampaknya mampu membuat pekerjaan pembukuan yang membosankan jadi tak lagi menyulitkan, bahkan mendatangkan manfaat yang nyata.

Menurut Kristov Paulus, seorang partner di Whale Rock, salah satu investor Pilot, layanan customer experience terbaik dan software yang direkayasa secara apik merupakan kombinasi hebat dari layanan Pilot. “Kami akan terus mendukung visi Pilot untuk membuat layanan back office sebagai layanan yang mudah digunakan, skalabel, dan memadai,” katanya.

Paulus lebih lanjut mengatakan bahwa misi Pilot mengingatkannya pada ScaleFactor, startup yang berhasil menghimpun pendanaan US$ 100 juta dalam setahun, sebelum kemudian berantakan. “Namun, perbedaannya, bahwa Pilot kelihatannya memiliki pelanggan yang terpuaskan,” ujarnya.

Pat Grady dari Sequoia Capital mengaku percaya pada trio Waseem, Jeff, dan Jessica. Ia menilai trio co-founder Pilot ini sebagai orang-orang yang memiliki bakat teknis, kekuatan operasional, perhatian pada pelanggan, dan kesabaran untuk membangun sebuah perusahaan legendaris. “Kami merasa terhormat untuk bermitra dengan mereka pada perjalanan mereka menyediakan layanan back office ini,” ujar Grady. (*)

Joko Sugiarsono; Riset bahan: Armiadi Murdiansah (dari berbagai sumber)

Nama perusahaan : Pilot.com Inc.

Website : https://pilot.com

Tahun berdiri : 2017

Pendiri : Waseem Daher (CEO), Jeff Arnold (COO), dan Jessica McKellar (CTO)

Layanan : back office keuangan (book-keeping, tax preparation, CFO services)

Kantor pusat : San Francisco, California, AS

Total pendanaan : lebih dari US$ 150 juta (dari pendanaan Seri A, B, dan C)

Investor institusi : Sequoia Capital, Index Ventures, Stripe, Bezos Expeditions, dan Whale Rock.

Valuasi : US$ 1,2 miliar (setelah pendanaan Seri C pada 26 Januari 2021)

Jumlah pelanggan : lebih dari 1.000 perusahaan kalangan UKM/SME

Nilai transaksi pembukuan pelanggan: US$ 3 miliar (tahun 2020)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved