Business Research Technology Trends zkumparan

Riset UI: Kontribusi Go-Jek untuk Perekonomian Senilai Rp 55 Triliun

Riset UI: Kontribusi Go-Jek untuk Perekonomian Senilai Rp 55 Triliun

Kontribusi ekosistem Go-Jek terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp55 triliun. Layanan dihadirkan aplikasi karya anak bangsa itu merepresentasikan istilah Society 5.0 yang akan berkembang di masa mendatang.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mengumumkan kontribusi Go-Jek sebesar Rp 55 triliun itu mengukur 100% mitra aktif saat ini. Dihitung berdasarkan kontribusi sepanjang 2018.”Sebelumnya pernah kami umumkan bahwa kontribusi Go-Jek sebesar Rp 44,2 triliun pada 2018 yang merupakan cerminan dari 75% mitra aktif. Tapi jika diukur100 % maka sebesar Rp 55 triliun,” ungkap Kepala LD FEB UI, Turro S. Wongkaren, dalam paparan riset kualitatif berjudul ‘Makna Kerja, Tingkat Kepuasan, dan Well-Being Mitra Go-Jek Indonesia,” di Jakarta, Rabu (7/8/2019).

Rentang kontribusi antara Rp44,5 triliun (75%) sampai Rp 55 triliun (100%) menurutnya merupakan hal biasa dilakukan lembaga riset. Hal tersebut dilakukan untuk memaparkan angka konservatif dan angka optimistis. ”Seperti dilakukan Tenggara dan CSIS yang mengukur kontribusi Grab (Rp 48 triliun), itu angka 100 %. Maka kalau mau membandingkan ya dengan angka 100% juga,” terusnya.

Besarnya kontribusi Go-Jek tersebut, Turro menambahkan, tidak terlepas dari penerapan istilah Society 5.0 karena mengantarkan beragam layanan secara langsung sesuai kebutuhan konsumen. ”Society atau masyarakat 5.0 ini hal berbeda dengan Industry 4.0. Society 5.0 memfokuskan pada sisi demand dan bagaimana kebutuhan itu bisa dilayani dengan teknologi. Itu berkembang di Jepang,” terangnya.

Hal tersebut menurutnya tercermin dari layanan dalam ekosistem Go-Jek. Turro mencontohkan, bagaimana layanan pembersih rumah ke konsumen, layanan bengkel, dan layanan lainnya secara langsung ke konsumen.”Dengan begitu Go-Jek ini membuat mereka yang sebelumnya tidak kepikiran bekerja menjadi mau bekerja. Misalnya ibu rumah tangga dan mahasiswa. Sebab ada independensi dalam menentukan waktu bekerja,” paparnya.

Peneliti LD FEB UI, Bagus Takwin, memaparkan mitra Go-Jek memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang. ”Mereka melihat hidup menjadi lebih bermakna dengan menjadi mitra Go-Jek. Bisa membantu banyak orang dan menebar kebaikan,” ulasnya.

Berdasarkan pengukuran kepuasan hidup mitra yang menggunakan instrumen The Satisfaction with Life Scale (SWL) dari Pavot dan Diener (2013), skor rata-rata kebahagiaan mitra yang ditemukan penelitian LD FEB UI adalah 24,3 dari skala maksimal 35.”Artinya, secara umum mitra Go-Jek tergolong cukup puas dengan hidupnya menjadi lebih baik dan merasa bahagia,” ujarnya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved