Technology

Shipper Indonesia, Penyambung Logistik dalam Satu Platform

Shipper Indonesia, Penyambung Logistik dalam Satu Platform
Budi Handoko, COO & co-founder Shipper.id (kanan).

Pesatnya pertumbuhan e-commerce turut meningkatkan kebutuhan pengiriman barang yang serba cepat. Perilaku masyarakat yang makin akrab dengan belanja daring (online), ditambah situasi pandemi yang memaksa orang beraktivitas dari rumah, pada gilirannya membuat jasa pengiriman paket menjadi solusi utama. Tak ayal, peran pemain logistik sebagai faktor pendukung yang penting pun kian menguat.

Di tengah relasi mutualisme seperti itu, Shipper Indonesia (Shipper.id) memilih peran sebagai agregator logistik. Artinya, menjadi perantara penjual daring dengan third party logistic (3PL). Menjalani debutnya di tahun 2017, Shipper.id menghubungkan pelaku usaha ke berbagai mitra 3PL dalam satu platform. Termasuk, menyortir dan mengonsolidasi paket berdasarkan mitra 3PL.

Budi Handoko, COO & co-founder Shipper.id, mengatakan bahwa startup-nya hadir untuk berkontribusi dalam tiga masalah utama logistik di Indonesia, yaitu pemilihan jasa pengiriman dan pergudangan yang rumit, kurangnya transparansi harga, serta kemampuan pelacakan rute yang masih di bawah rata-rata. Melalui platformnya, penjual online tidak perlu berhubungan dengan banyak perusahaan logistik.

“Solusi logistik yang didapat antara lain layanan perbandingan harga dari berbagai penyedia jasa logistik di Indonesia, penjemputan barang, tracking barang, hingga fungsi customer service seperti proses klaim jika ada barang yang hilang,” Budi menjelaskan.

Hingga saat ini Shipper.id telah memiliki 40 mitra 3PL, termasuk nama-nama besar seperti J&T Express, JNE, Tiki, SiCepat, GoTo, dan Grab. Seiring dengan perkembangan kemampuannya yang kini terdiri dari 222 gudang yang tersebar di 35 kota di Indonesia, serta 1.500 orang di lapangan dan 450 karyawan di kantor pusat, Shipper.id makin percaya diri dalam menghadirkan solusi yang menjangkau seluruh rantai logistik.

“Fokus bisnis kami di pengiriman dan pergudangan. Mungkin kami satu-satunya pemain yang memiliki lebih dari 200 gudang di indonesia. Kami concern terhadap servis dan jaringan,” kata Budi.

Sebagai agregator logistik, Shipper.id menerapkan model bisnis revenue sharing dari penyedia jasa logistik. Dengan kata lain, mereka mendapatkan komisi dari perusahaan logistik yang dilayani. Namun, ada juga yang dibebankan kepada pelanggan, yang bergantung pada jenis paket yang diambil.

Sepak terjang Shipper telah memancing investor untuk mengucurkan dana. Juni 2020, Shipper.id dikabarkan mengantongi pendanaan Seri A dari Prosus Ventures, Naspers, Lightspeed, Floodgate Y, Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures senilai US$ 30,2 juta. Lalu, pada April 2021, mendapatkan pendanaan Seri B senilai US$ 63 juta, dipimpin DST Global Partners dan Sequoia Capital India.

Menanggapi hal tersebut, Budi membenarkan adanya pendanaan Seri B. Namun, pada pendanaan seri A, dia tidak bisa menyampaikan nilai persisnya. “Betul kami mendapatkan pendanaan seri A, tapi kami tidak bisa konfirmasi jumlahnya. Untuk pendanaan Seri B itu betul, jumlahnya sebesar itu,” ujarnya kepada SWA.

Dia lalu mengungkapkan rencana penggunaan dari fundraising itu akan dialokasikan kepada tiga aspek. Pertama, merekrut anggota tim yang berkualitas agar bisa membawa perusahaan ke level yang lebih tinggi. Kedua, mengembangkan jaringan, baik dari sisi pengantaran maupun pergudangan. Ketiga, meningkatkan kualitas layanan.

Ketika ditanya mengenai potensi go public, Budi mengatakan, perusahaan yang dibesutnya bersama Phil Opamuratawongse ini belum ada rencana menuju ke sana. “Yang pasti, kami mau fokus mengembangkan bisnis saja dulu. Kalau suatu saat memang diizinkan, ya semoga terjadi. Tetapi yang jelas, belum menjadi target utama.”

Shipper.id mencatatkan perkembangan tiga kali lipat dari tahun 2019 ke 2020 di tengah masa pandemi, dengan rata-rata volume pengiriman sebanyak ratusan ribu paket per hari. Soal target pertumbuhan tahun 2021, Budi belum bisa berkata banyak.

“Kami melihat di sektor logistik saat ini masih banyak hal yang perlu diselesaikan sehingga fokus bisnis masih akan konsisten di sini terus. Masih banyak hal yang harus diselesaikan sebelum masuk ke ranah yang lain. Tentu, kami juga akan mempelajari sektor lain yang mungkin bisa dirambah, tetapi ini bukan menjadi fokus,” Budi menjelaskan, (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved