Technology

Siemens Bangun PLTA di Sulawesi

Siemens Bangun PLTA di Sulawesi

Kebutuhan sumber energi alternatif semakin tinggi. Pemerintah pun semakin gencar mendorong pihak swasta untuk berinvestasi membangun sumber energi terbarukan.

Salah satunya dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ESDM 12/2017 yang menarik para pelaku bisnis untuk berinvestasi dibidang energi terbarukan khususnya energi angin untuk pembangkit listrik. Dan PT Siemens Indonesia melalui anak usahanya PT Siemens Ganesa pun ikut ambil bagian dalam peluang bisnis tersebut. Perusahaan teknologi telekomunikasi serta listrik asal Jerman tersebut sedang membangun pembangkit listrik tenaga angin di Sulawesi Selatan.

“Ada dua proyek di sana, yaitu di Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Jeneponto,” ungkap Mart Huismans, Technical Sales Manager Onshore Siemens Gamesa. Kedua proyek tersebut akan menghasilkan listrik sebesar 150 MW dari 30 kincir angin berteknologi tinggi di Kab. Sidrap dan 20 kincir di Jeneponto.

“Ini adalah proyek energi terbarukan kami yang pertama dan terbesar di Indonesia,” ujarnya. Kedua proyek pembangkit tenaga angin tersebut rencananya akan mulai dioperasikan pada awal 2018 mendatang. Setelah Sidrap dan Jeneponto, Siemens juga sudah melirik potensi energi angin di Sukabumi, Bali dan Lombok. Tetapi, Siemens belum bisa memastikan lokasi proyek berikutnya sebelum dua proyek di Sulawesi tersebut benar-benar rampung.

“Bagi kami yang lebih penting adalah antara kami (swasta) dan PLN bisa konsisten menjaga standar layanan untuk konsumen dalam hal ini masyarakat Indonesia, jadi menjaga kontiunitas pasokan energi itu lebih penting bagi kami,” jelas Huisman.

Mengingat karakteristik energi terbarukan yang tidak bisa stabil produktivitasnya karena sangat bergantung dengan kondisi alam (cuaca) maka Siemens mengklaim pihaknya sudah memiliki solusinya. Igtiander Purba, Proposal & Promoter Manager PT Siemens Indonesia, menjelaskan, setiap pembangkit yang bersumber dari energi terbarukan diusahakan berjalan dengan beberapa sumber seperti angin dan tenaga matahari, sehingga bisa saling mengisi melalui sistem yang disebut Micro Grid Controler (MGC). Sistem tersebut akan mengatur agar pasokan energi terus stabil saat matahari mendung atau kecepatan angin menurun.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved