Technology zkumparan

Startup Harus Terapkan Paradigma Baru dalam Bisnis

Startup Harus Terapkan Paradigma Baru dalam Bisnis
Kiri-Kurnadi Gularso. (Foto : Ist)

Tingkat kegagalan perusahaan rintisan (startup) teknologi relatif tinggi. Untuk meminimalisir kegagalan, perusahaan startup dihimbau mempraktikkan disruptive business model innovation (DBMI) atau inovasi model bisinis yang bersifat disruptif untuk mencapai transient advantages untuk meresposn disrupsi bisnis di era VUCA (volatile/bergejolak, uncertain/tidak menentu, complex/kompleks, ambiguity/ambigu). Demikian kesimpulan dari kajian Kurnadi Gularso saat mempertahankan disertasinya di sidang akademik dalam rangka ujian promosi Doktor Ilmu Manajemen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, pada Senin (8/4/2019).

Disertasi Kurnadi yang bertajuk Peran Inovasi Model Bisnis yang Disruptif dalam Mencapai Keunggulan Transien dengan Moderasi Ikatan Komunitas, Studi pada Usaha Rintisan Digital di Indonesia itu, menjabarkan fenomena bisnis di saat ini dibagi menjadi tiga hal, yaitu, disrupsi bisnis, lingkungan bisnis bersifat VUCA, dan tingkat kegagalan bisnis digital (tech) startup yang relatif tinggi hingga mencapai 90%.

Kurnadi menyebutkan perusahaan startup harus menerapkan paradigma baru dalam bisnis, yaitu berhenti memakai strategi sustainable competitive advantage (keunggulan bersaing yang berkelanjutan) dan beralih ke strategi rangkaian transient advantages atau keunggulan yang bersifat sementara. “Tujuannya agar bisnis startup dapat bertahan hidup dan bahkan secara kontinyu tumbuh dengan signifikan,” Kurnadi menjabarkan. Kurnadi mengatakan DBMI tersebut mengacu pada teori inovasi disrupsi (disruptive innovation theory) dari Christensen (1997). Sedangkan penerapan transient advantages, mengacu pada pedoman dari McGrath (2013).

Studi ini menyimpulkan, bahwa dalam rangka implementasi DBMI, startup memerlukan prasyarat yang harus dimilikinya yaitu founder/C-Level startup harus memiliki critical thinking dan entrepreneurial mindset dengan selalu mencari dan menciptakan peluang baru. “Yang kedua, fokus pada users atau customer dengan mengelola stakeholder terpilih yang terkait dengan tujuan startup dan yang ketiga, organisasi harus memiliki dan selalu meningkatkan kapabilitas merekonfigurasi ulang secara kontinyu, seperti konfigurasi ulang sumber daya internal dan eksternal melalui kolaborasi unuk mensukseskan transformasi inovasi dan scaling up bisnis sehingga bisnis mencapai transient advantage dengan efektif dan efisien,” ujar Kurnadi menjelaskan.

Demi meningkatkan pencapaian transient advantage itu, perusahaan startup disarankan menerapkan community engagement (ikatan komunitas) dengan komunitas-komunitas terkait dengan tujuan startup seperti komunitas users/customers, mitra pendanaan maupun mitra operasi, serta komunitas founders.

Adapun, kebaruan studi Kurnadi ini adalah penerapan DBMI sebagai initiator atau disruptor pada startup Indonesia, alternatif implementasi alternatif dari dynamic capabilities berupa continuous reconfiguration capability, stakeholder management, dan strategic orientation (entrepreneurship, market, dan technology), dan alternatif penerapan pedoman McGrath dalam mencapai transient advantages. “Dan community engagement tetap diperlukan untuk meningkatkan kinerja inovasi agar mencapai transient advantage tersebut,” ucap Kurnadi yang kini menjabat sebagai Komisaris PT Adhimix RMC Indonesia.

Terkait hal-hal tersebut, Kurnadi memberikan saran kepada pemerintah untuk menetapkan definisi startup yang dipahami bersama berdasarkan KBLI/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia agar efektif dalam mengelola dan memperlakukannya, membangun infrastruktur dan regulasi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan startup, menerapkan berbagai program akselerator seperti insentif pajak, subsidi dalam pembinaan, dan menjembatani pencarian dengan investor. “Serta pemerintah menjadi satu pintu dan mengadakan program pembangunan SDM dan talent yang siap pakai sesuai dengan teknologi yang berkembang serta membangun masyarakat yang literasi digital,” imbuh Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk di periode 2004-2012.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved