Business Research Trends zkumparan

Temuan Finalis Alkes IndoHCF Cari Mitra Perusahaan

Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) terus mendorong anak bangsa untuk berinovasi di alat kesehatan (alkes) hingga ICT Kesehatan, sejalan dengan sistem pengembangan untuk menjadi sebuah produk siap pakai yang masih terus dicari bentuk terbaiknya.

Ketua IndoHCF, Dr. dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS, Ketua IndoHCF mengatakan, sejumlah inovasi alkes dan ICT Kesehatan ditemukan di ajang IndoHCF Innovation Awards 2018 akan ditawarkan kepada pelaku bisnis untuk dikembangkan menjadi sebuah produk alkes nasional dengan harga terjangkau dan tepat guna.

“Kami terus mendorong inovasi alkes anak bangsa, dan dari pemenang inovasi alkes dari ajang IndoHCF Awards agar dapat diproduksi di dalam negeri. Daftar para finalis tahun lalu kami serahkan kepada pelaku bisnis supaya ada kolaborasi. Aplikasi Lacak Malaria (salah satu pememang inovasi ICT Kesehatan 2017), mendapat penghargaan internasional. Sekarang sistemnya kami cari untuk fungsi pembinaan ke depan supaya inovasi ini bisa diproduksi massal. Karena kalau harganya murah, dalam penggunaanya pasti di-cover BPJS Kesehatan,” kata Supriyantoro di Jakarta di malam penghargaan pemenang IndoHCF Awards 2018 di Jakarta (26/4/2018).

IndoHCF Innovation Awards ini merupakan program CSR dari PT IDS Medical Systems Indonesia (IDS Med), distributor alat kesehatan berskala besar seperti perlengkapan kamar operasi dan lainnya. IDS Med pun mengajak para produsen dan distributor besar alkes untuk melakukan hal yang sama dalam mendorong inovasi alkes dalam negeri.

Rufi Susanto, President IDS Med Group, menegaskan, memasuki tahun kedua penyelenggaraan IndoHCF ini banyak inovasi yang semakin berbobot yang harus dikembangkan ke depan, siapapun pemenang inovasinya. “Selama IDS Med ini ada, CSR kami akan terus mendukung kegiatan (IndoHCF Innovation Awards) ini. setiap tahun semakin improve. IDS Med ini hadir di 8 negara, tentu akan bisa memberi kontribusi bagi produk alkes nasional nantinya kalau bisa bersaing di pasar global. Maka kita terus dukung,” tegas Rufi di kesempatan yang sama.

Sementara itu, dr. Soni Sunarso Sulistiawan, salah satu finalis untuk kategori inovasi alkes, yakni Portable Wireless Monitor mengatakan, pesatnya kemajuan teknologi di dunia akan semakin memacu perkembangan teknologi di bidang medis. “Tenaga medis sebagai end user sering menemukan inovasi baru untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Hal ini sering memberikan ide-ide baru industrialisasi alat medis. Namun temuan kami ini masih minim untuk kolaborasi yang arahnya untuk diproduksi dan dimanfaatkan banyak orang. Akhirnya berhenti begitu saja, jadi kita butuh kolaborasi,” kata dokter muda dari RS Budi Utomo Surabaya ini.

Untuk alat Portable Wireless Monitor ala dr. Soni fungsinya untuk meniingkatan kebutuhan Patient Safety untuk memonitor pasien dari jarak jauh secara nirkabel, baik untuk monitor pasien dalam ambulan, atau monitor pasien dalam proses X-Ray, dll. “Kebutuhan monitoring tanda vital pasien dengan prosedur CT-Scan yang dapat membahayakan tenaga medis dengan paparan radiasi di dalam ruangan, kebutuhan monitoring pasien saat transportasi serta kebutuhan untuk konsultasi jarak jauh telah melahirkan ide pembuatan Portable Wireless Monitor ini,” jelas dr. Soni.

Alat ini juga dapat dikembangkan untuk mendukung SPGDT (Sistem Penanggulanagn Gawat Darurat Terpadu) dan Code Blue System penanganan henti jantung di dalam RS. “Harapan saya dari lomba inovasi IndoHCF ini adalah dapat melejitkan potensi Indonesia dalam menyambut Demographic Dividend yang dapat membawa kebangkitan Indonesia untuk memimpin industri dunia,” harapnya.

Sementara pemenang inovasi alkes di ajang IndoHCF Innovation Awards 2018, yakni Prof. Dr. Aulanni’am, Drh, DES dari Universitas Brawijaya Malang, dengan karya Biosains Rapid Test GAD65, mendapat dukungan yang lebih baik. Sebab, salah satu produk unggulan Institut Biosains Universitas Brawijaya ini merupakan hasil kerja sama dengan Biofarma Bandung dan telah dirilis sejak tahun 2014 .

Prof. Dr. Aulanni’am, Drh, DES yang ditemui disela acara penghargaan mengatakan, produk rapid test untuk mendeteksi Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 dan tipe 1,5. Pada kit ini, deteksi dilakukan terhadap keberadaan autoantibodi GAD65 yang merupakan marker dini kerusakan sel beta pankreas. Kit ini mampu mendeteksi awal terjadinya autoimun diebetes sehingga dapat dilakukan pada bayi dan anak-anak yang memiliki riwayat penderita DM dalam keluarganya. Penggunaan kit ini merupakan skrining awal terhadap penyakit DM, yang bertujuan untuk memperbaiki tata laksana pencegahan terhadap DM sehingga penting bagi keluarga yang memiliki riwayat DM, agar tidak berlanjut menjadi penderita DM.

Diagnosa dilakukan dengan menggunakan serum darah sebanyak 20 mikroliter dan hasilnya sudah didapatkan dalam waktu 30 menit. Kit ini tidak memerlukan alat khusus sehingga mudah dilaksanakan pada tingkat layanan medis sederhana.Biosains Rapid Test GAD65 telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. “Produk Biosains Rapid Test GAD65 yang merupakan kit diagnostik dini untuk penyakit diabetes saat ini siap untuk di produksi massal dan dipasarkan setelah kami melakukan riset selama beberapa tahun yang lalu,” katanya.

Dia mengaku untuk produk Biosains Rapid Test GAD65 ini telah mendapatkan sertifikasi laboratorim dan telah diuji pakai di negara luar seperti Afrika dan Timur Tengah. Tetapi belum diproduksi secara massal. “Produk Kit diagnostik tersebut sudah melewati tes uji laboratorium dan pasien di lapang dengan hasil sensitivitas yang sangat baik (100%) dan spesifisitas 91,67 %. Kami dalam hal ini siap memproduksi namun masih memerlukan fasilitas gedung atau ruangan yang memadai sesuai dengan kebutuhan standar laboratorium produksi Good Laboratory Practice -Good Manafacturing Practice (GLP-GMP),” jelasnya.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved