Management Trends zkumparan

Tiga Tantangan yang Dihadapi UMKM Jabar Saat Pandemi

Tiga Tantangan yang Dihadapi UMKM Jabar Saat Pandemi

Data Kementerian Koperasi dan UKM Dinas Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengungkapkan, terdapat sekitar 58.263 UKM yang terdampak pandemi. Sementara itu, data Asosiasi UMKM Indonesia per 9 Agustus 2021 menyebutkan bahwa UMKM rata-rata mengalami kerugian sebesar 80%.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Jawa Barat (Dekranasda Jabar) Atalia Praratya mengatakan, ada tiga tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM Jabar, sehingga tidak bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19. Pertama, masih banyak pelaku UMKM di Jabar yang belum melek teknologi.

Atalia mengungkapkan, terdapat 64,19 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Namun, baru 13% yang sudah terhubung dengan pasar daring atau online marketplace, dan di Jabar baru 20,46%. Dan berdasarkan data per Juli 2020, baru 9,4 juta UMKM yang masuk ekosistem digital.

“Tantangannya masyarakat Jawa Barat masih belum terbiasa dengan teknologi. Jadi untuk berubah dari toko fisik ke toko digital itu sulit sekali termasuk manajemen yang masih sangat tradisional. Bahkan, banyak yang memiliki smartphone hanya untuk mengirim pesan, teleponan, termasuk membuka media sosial tapi hanya untuk bersenang-senang, tidak dipakai untuk memperkenalkan produk mereka,” ujar Atalia dalam peluncuran Festival Fashion Lokal Jawa Barat secaa virtual (11/10/2021).

Tantangan selanjutnya yang dihadapi UMKM Jabar adalah belum meratanya infrastruktur internet sehingga cukup menyulitkan pelaku UMKM yang berada di pedesaan dan ingin bergerak ke arah digital.

“Di kota besar sangat mudah mengakses internet, tapi jika kita berkeliling ke daerah seperti Garut, Cianjur, Subang dan pedesaan lainnya itu luar biasa akses dari satu tempat ke tempat lainnya. Bahkan banyak daerah yang tidak bisa diakses oleh kendaraan bermotor sehingga infrastruktur internet juga belum sampai ke pedesaan dan pelosok,” katanya.

Kemudian, masih banyak pelaku UMKM Jabar yang belum terbiasa menggunakan pembayaran digital. Menurut Atalia, mereka masih menganggap bahwa transaksi digital sulit dan merepotkan. “Karena terbiasa dengan uang tunai, mereka bingung ketika melakukan pembayarana digital,” lanjutnya.

Meurut Atalia, kondisi ini harus dihadapi bersama-sama melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satu upaya yang dilakukan Dekranasda Jabar adalah berkolaborasi dengan Tokopedia meluncurkan Festival Fashion Lokal Jawa Barat. Festival ini adalah turunan dari inisiatif Hyperlocal Tokopedia yang bertujuan mendekatkan pembeli dengan penjual terdekat demi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Festival Fashion Lokal Jawa Barat diikuti oleh banyak UMKM Jabar. Hingga 28 Oktober 2021, masyarakat bisa mendapat produk fesyen terkurasi buatan UMKM Jabar dengan beragam penawaran, seperti bebas ongkir, cashback, flash sale dan lain-lain.

“Kategori fashion adalah salah satu kategori di Tokopedia dengan peningkatan transaksi paling tinggi pada kuartal III 2021 di Jawa Barat. Animo tinggi dari masyarakat inilah yang melatarbelakangi kehadiran Festival Fashion Lokal Jawa Barat,” jelas Senior Lead Fashion Tokopedia, Aldhy Darmayo.

Atalia pun berharap, lewat festival ini, produk fashion buatan UMKM Jabar bisa dengan mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada. Berdasarkan data internal Tokopedia, Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang mengalami peningkatan pesat dari sisi jumlah penjual. Di sisi lain, terjadi peningkatan jumlah transaksi hampir 2x lipat di Jabar selama kuartal III 2021 dibanding Kuartal III 2020.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved