Trends

Tingkatkan Customer Ritel, NCS Perkuat Sistem TI

Tingkatkan Customer Ritel, NCS Perkuat Sistem TI

Menjelang bulan suci Ramadhan, seperti tahun-tahun sebelumnya PT Nusantara Card Semesta (NCS), perusahaan ekspedisi yang sudah berdiri sejak 23 tahun, mengadakan gathering dengan para tenaga kurirnya se-Jabodetabek. Kegiatan ini sekaligus pembagian sembako yang isinya berupa beras, minyak goreng, mie instan dan perlengkapan sholat. Tahun ini ada 2200 paket sembako yang dibagikan, 2000 paket untuk para kurir dan 200 paket untuk kaum dhuafa.

Menurut Reni Sitawati Siregar, Presdir NCS, acara rutin ini juga digunakan sebagai ajang untuk saling memaafkan sebelum bulan suci Ramadhan. Pada kesempatan yang sama Reni juga menyampaikan tentang perubahan bisnis yang makin cepat. “Konsumen pun berubah luar biasa, saya sudah mendirikan NCS 23 tahun, tapi dengan makin berkembangnya teknologi, IT dan e-commerce belakangan, saya seperti baru lagi memulai bisnis,” ungkapnya saat ditemui selepas acara di GOR Pertamina, Simprug Jakarta (25/05/2017).

Wanita 50 tahun ini memandang perubahan konsumen yang luar biasa ini membuat strategi bisnis NCS pun berubah. Sehingga ia pun harus melakukan perubahan visi dan misi NCS ke depan. “NCS sangat kuat di B2B, dikenal sebagai city courier services karena fokus kami pada layanan dokumen untuk kartu kredit dan asuransi,” tuturnya.

Melayani klien korporat di bisnis kurir sangat berbeda dengan ritel. Ini sangat disadari Reni, terutama setelah NCS mulai digandeng oleh beberapa e-commerce seperti Lazada sejak April lalu, Blibli.com, Tokopedia dan Bobobobo. “Kalau dengan Blibli.com kami sebenarnya sudah lama, tapi waktu itu dengan mereka masih khusus untuk pengiriman kardus packing untuk para mitra, sekarang NCS juga mengirim paket ke customer,” katanya.

Sejak mulai serius menggarap pasar ritel dengan menggarap pengiriman paket e-commerce, omset NCS naik 20-30 persen. Maka itu untuk meningkatkan kualitas layanan NCS pada para mitra e-commerce juga ke pelanggan ritel, Reni meningkatkan sistem teknologi informasi (TI) NCS. “Kami meluncurkan aplikasi khusus kurir, untuk pick up dan serah terima barang dengan nama ICL. Aplikasi berbasis android ini makin mempercepat report serta kepastian diterimanya barang ke konsumen e-commerce tersebut. Dengan online report ini juga kita bisa mengetahui, jika pembayarannya COD (cash on delivery), customer tahu uang sudah ditangan kurir,” katanya.

Dengan 3000an kurir yang dimiliki saat ini tentu sistem TI yang tangguh diperlukan. Agar barang yang dikiriman terkontrol dengan baik. “Sebenarnya sistem ini sudah kami bangun sejak 2013, hanya saja dulu aplikasi yang dibangun masih hybrid, sekarang sudah native,” ujarnya.

Untuk memastikan proses ini lancar tentu diperlukan perubahan mind set para kurir, yang sebelumnya terbiasa manual menjadi digital. Untuk itu Reni menyiapkan 120 orang sebagai change agent. Mereka ini lah yang terus mengingatkan pemimpin kurir apa saja yang penting diperhatikan para kurir. “Para leader harus memastikan kurir sudah meng-up grade sistem di hape mereka, mengingatkat sebelum berangkat batre hape dalam kondisi full, dan terus meningkatkan skill penggunaan aplikasi para kurir,” terangnya. Menurutnya, kalau dulu TI adalah cost center dalam perusahaannya, kini harus menjadi profit center.

Dikatakan Reni, untuk itu dia melakukannya top down, jadi dia sendiri pun tidak segan untuk turun langsung mengawal digitalisasi proses pelaporan ini berjalan dengan baik. “Makanya saya bilang, meski NCS sekarang sudah 23 tahun, sekarang saya seperti di awal bisnis, adrenalinnya naik lagi,” ungkap wanita berjilbab ini. Untuk meningkatkan ini Reni—tanpa mau menyebut total investasi peningkatan sistem TI NCS—ia harus merogoh kocek cukup dalam. Karena menurutnya, NCS membangun server sendiri dengan kapasitas lebih besar. “Kami bangun sendiri, in house sistem baru ini, tidak pakai konsultan,” ujarnya.

Saat ini porsi klien korporat NCS masih mendominasi sekitar 60-40 persen, sisanya ritel. Ke depan Reni ini lebih mendorong pasar ritel NCS. Untuk itu ia terus mendorong peningkatan agen ritel yang kini ada sekitar 440 agen. “Target tahun ini meski kondisi ekonomi sedang lesu, bisnis cenderung stagnan, tapi dengan berkembangnya e-commerce saya patok kenaikan bisnis tahun ini 10-20 persen, sama dengan tahun lalu,” katanya.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved