Trends

Toko Score Analisis Profil Risiko Calon Peminjam Lewat Aktivitas Digital

Perusahaan penyedia layanan innovative credit scoring (ICS) yang terafiliasi dengan Tokopedia, Semangat Digital Bangsa (SDB) resmi meluncurkan Toko Score. Layanan ini memberikan penilaian kredit (credit score) dari calon peminjam kepada para mitra strategis, dalam hal ini lembaga jasa keuangan, dengan menganalisis profil risiko berdasarkan aktivitas dan perilaku transaksi calon peminjam di platform e-commerce.

Layanan ICS berbasis digital ini diharapkan bisa mempermudah para mitra strategis di industri keuangan untuk menilai dan menyediakan pinjaman ke lebih banyak masyarakat Indonesia, terutama mereka yang belum mendapatkan akses ke layanan finansial (unbanked).

Head of Business Development and Marketing Semangat Digital Bangsa, Evita Soetjoadi, menyebut, saat ini masih ada 132 juta masyarakat dan 46,6 juta UMKM yang tergolong unbanked dan belum memiliki akses terhadap kredit maupun pembiayaan. Tidak hanya masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman, kata Evita, masyarakat di perkotaan pun masih banyak yang unbanked seperti first jobber yang membutuhkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan mereka serta UMKM lokal yang belum mempunyai laporan keuangan yang layak.

“Data BPS menunjukkan hampir 70% UMKM membutuhkan pinjaman untuk penambahan modal. Selain itu, self employee juga membutuhkan pinjaman untuk meningkatkan skill dan perangkat kerja mereka. Harapannya dengan adanya layanan ini kita dapat memberdayakan akses finansial kepada semua orang, terutama mereka yang masih unbanked sehingga meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (23/06/2021).

Sebenarnya kata Evita, demand akan pinjaman di masyarakat ini sangat tinggi tetapi ada beberapa isu kritikal yang dialami lembaga peminjam sehingga inklusi keuangan belum tercapai hingga saat ini. Salah satunya adalah kesenjangan informasi. Menurutnya, hanya sebagian masyarakat yang memiliki data historis di biro kredit, kalaupun ada biasanya terpisah-pisah dan tidak lengkap. Hal ini menyebabkan lembaga jasa keuangan kesulitan dalam menilai profil risiko dari calon nasabah.

“Ketika calon peminjam mengajukan aplikasi pinjaman biasanya lembaga keuangan akan mengecek histori atau riwayat calon peminjam di dalam biro kredit. Apabila data calon peminjam tidak ada di biro kredit, maka bisa menyebabkan pinjamannya akan ditolak oleh lembaga keuangan tersebut,” jelasnya.

Disinilah peran SDB, ketika lembaga keuangan formal tidak menemukan histori calon peminjam di dalam biro kredit, saat ini mereka dapat menggunakan Toko Score sebagai data tambahan untuk menilai apakah calon peminjam memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan tersebut.

“Layanan ICS berbasis digital ini dapat membantu lembaga jasa keuangan mengukur profil risiko calon peminjam secara real time berdasarkan perilaku transaksi belanja calon peminjam di platform e-commerce Tokopedia. Mulai dari jumlah belanja, nilai pembelian, produk yang dibelanjakan, perbincangan dengan toko dan masih banyak lainnya. Ketika hasil nilai kreditnya keluar, lembaga jasa keuangan yang tetap memutuskan apakah aplikasi pinjaman tersebut disetujui atau tidak,” paparnya.

Untuk menghindari penyalahgunaan data calon peminjam, Evita pun menjamin Toko Score hanya akan memberikan nilai dari histori atau riwayat calon peminjam kepada lembaga jasa keuangan. Toko Score sendiri telah tercatat dan diawasi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menjadi anggota dari Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) sebagai Asosiasi Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved