Trends zkumparan

Transformasi Edukasi Menuju Education 4.0 Harus Segera Dimulai

Transformasi Edukasi Menuju Education 4.0 Harus Segera Dimulai

Atul Kulshresta, Founder dan CEO Extramarks di acara ISODEL, yang digelar di Bali,

Perkembangan digital yang luar biasa menuntut perubahan yang luar biasa pula di dunia pendidikan. Diprediksi banyak profesi yang saat ini masih ada, akan hilang di masa depan. Transformasis pendidikan dengan melibatkan teknologi harus dimulai dari sekarang.

Tema ini didorong pada acara International Symposium Open and Distance Learning (ISODEL) 2018 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi di Grand Ballroom The Stones Legian Badung Bali pada 3 – 5 Desember 2018.

Dr. Ilham Habibie, Executive Chairman National ICT Council, mengatakan dalam sambutannya bahwa Industry 4.0 bukan saja mengubah cara kerja, tetapi juga soal woriking relationship, yang menuntut orang menjadi lebih produktif, transparan dan bertanggung jawab pada apa yang dilakukan memberikan impact pada sekitar. “Disrupsi teknologi mengakselerasi inovasi, teknologi memungkinkan kerja lebih cepat dan skala lebih besar,” tuturnya.

Sektor ICT yang berkembang sangat cepat menuntut pekerja yang yang paham akan hal ini sangat tinggi. Akibatnya, lanjut Ilham terjadi ‘digital talent war’ , maka itu transformasi di dunia pendidikan menjadi keharusan. “Revolusi industri 4.0 akan menciptakan banyak pekerjaan baru, juga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar lagi. Maka itu, pemerintah harus beradaptasi terhadap perubahan ini, terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia yang bisa menghadapi tantangan digital tersebut,” terangnya.

Di sini, teknologi menjadi kunci. Dengan lebih dari 219.900 sekolah, 2.729.835 guru dan 45.407.857 siswa yang tersebar di seluruh Indonesia, memasukkan unsur teknologi dalam dunia pendidikan, tak hanya penting untuk membuka akses literasi secara lebih luas, tapi juga menjadi kunci pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Teknologi juga akan merevolusi cara kita mengelola dunia pendidikan, sekaligus menjadi alat untuk mendorong percepatan transformasi pendidikan 4.0.

“Kehadiran teknologi dalam dunia pendidikan (edutech) akan mengubah banyak hal. Mulai dari proses belajar, metodelogi, hingga personalisasi program pembelajaran. Dan yang terpenting, kehadiran teknologi tidak untuk menegasikan peran para pengajar dan institusi pendidikan, melainkan untuk menguatkan fungsi seluruh stake holder untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan,” ungkap Atul Kulshresta, Founder dan CEO Extramarks di acara ISODEL (03/12/2018).

Pada simposium besar dunia pendidikan ini, Extramarks perusahaan yang bergerak bidang pendidikan digital atau education technology asal India yang kini sudah ada di Afrika Selatan dan negara-negara Timur Tengah, menjadi salah satu pendukung utama ISODEL 2018. Extramarks sudah ada di Indonesia sejak 1,5 tahun lalu, menyediakan solusi belajar digital 360 derajat yang sudah menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia dan menggunakan Bahasa Indonesia. Materi pembelajarannya menggunakan konsep terpadu dengan tiga pendekatan: Learn, Practice, Test.

Atul mengungkapkan, saat ini ada 140 orang yang terlibat dalam digital education implementation di Extramarks Indonesia, hanya ada satu orang India sisanya orang Indonesia yang perpaduan sumber daya dengan layar belakang guru dan teknologi. Dengan gambaran tersebut, ia meyakini Indonesia sangat siap mengharapi perubahan sangat cepat di era digital ini. “Siswa saat ini lebih senang belajar dengan interaktive learning content, intelligent insights, personalized learning, Extramarks membuat belajar lebih mudah dan efektif seperti itu, bukan saja teori yang disampaikan dengan menarik dan interaktif, praktik dan ada tesnya,” terangnya di hadapan para guru-guru yang hadir. Bahkan dengan solusi yang ditawarkan Extramarks memungkinkan performa siswa terlihat dengan detil dengan dukungan analisis data. Seperti mana saja soal yang mudah dikerjakan semua siswa, mana yang lama dikerjakan dan mana yang tidak dikerjakan sama sekali oleh siswa.

“Total digital learning solution yang dijalankan Extramarks membantu orangtua dan sekolah lebih mudah mengevaluasi siswa apa saja yang sudah dipelajari melalui big data analytics,” imbuhnya. Di sini materi pembelajaran dirancang untuk tak hanya menyesuaikan dengan karakter siswa, tetapi juga membuat siswa lebih mudah mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, dengan perangkat apapun termasuk smartphone, komputer, atau tablet PC baik secara online maupun offline.

Konten-konten pembelajaran yang terdapat dalam Extramarks Learning Solution juga sudah berbasiskan teknologi digital dan menyesuaikan dengan karakter para siswa yakni V.A.K atau visual, audio, dan kinesthetic. Itu sebabnya, setiap elemen dalam konten pembelajaran tersebut dilengkapi dengan teks, gambar ataupun video.

Extramarks menggunakan pendekatan Learn, Practice dan Test yang bertujuan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik, mudah, dan menyenangkan. Lebih dari itu, semua proses pembelajaran siswa terekam dan bisa dimonitor oleh orang tua murid, guru, dan sekolah. Sehingga potensi kegagalan bisa diminimalisir, karena guru ataupun orang tua murid bisa mengidentifikasi kesulitan ataupun kendala siswa dalam proses belajarnya, untuk selanjutnya mempersiapkan program khusus untuk membantu siswa dalam belajar.

Solusi yang ditawarkan Extramarks ini sesuai dengan tren global dunia pendidikan yang mengarah pada big data analysis. Dimana institusi pendidikan, para pengajar, dan stake holder lainnya bisa mengolah dan memanfaatkan data, tidak hanya untuk pengembangan pendidikan itu sendiri tetapi juga untuk memahami siswa secara lebih dalam, mulai dari tingkat serapan, bidang ilmu yang disukai, hingga metode belajar yang sesuai dengan karakternya.

Menurut prediksi IDC dalam laporan berjudul “FutureScape: Worldwide Education 2019 the Top 10 Predictions”, tahun 2020 nanti, 30% kementrian dan institusi pendidikan secara global akan memanfaatkan alat pemantauan berbasis Artificial Intelligent (AI) untuk menciptakan ruang kelas digital yang ramah untuk siswa dan lebih terkontrol dari beragam pengaruh buruk yang ada di dunia maya.

Dalam prediksinya, IDC juga menyebutkan bahwa pendekatan student-driven learning yang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk memilih cara belajarnya sendiri, akan dimanfaatkan oleh 35% institusi pendidikan secara global untuk mengembangkan kurikulum yang dipersonalisasi, baik atas inisiasi siswa maupun AI. “Dengan analisis big data dan AI (Artificial Intelligent), para pendidik bisa membuatkan program khusus untuk masing-masing siswa, sesuai dengan daya tangkap dan kecepatan belajarnya masing-masing. Sehingga para siswa berkesempatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jenis pembelajaran campuran ini, yakni kombinasi pembelajaran online dan offline, bagus untuk meningkatkan perfoma dan meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,” jelas Atul.

I Wayan Koster, Gubernur Bali, melalui sambutan tertulis yang dibacakan wakilnya menyampaikan bahwa transformasi pendidikan menuju era 4.0 tidak bisa terelakan di era digital ini. “Bali mendukung perubahan ke arah ini. Namun di sisi lain, Konsep Bali Unggul pendidikan dengan nilai-nilai kearifan bali seperti lontar, sastra dan pitutur juga diterapkan di sini. Ini sebagai referensi sistem pendidikan di Bali,” ungkapnya. Artinya perkembangan digital yang pesat tetap harus mengingat pentingnya konten kearifan lokal dalam pendidikan kita, agar tidak terserabut dari akar budaya Indonesia.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved