Management Trends zkumparan

Transformasi Model Bisnis Taksi Express

Peresmian peluncuran armada baru Express di Serpong (4/7/2018)

Taksi Express melakukan transformasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pengalaman pelanggan. Transformasi tersebut dilaksanakan pada dua aspek, di antaranya transformasi model bisnis dan budaya.

Benny Setiawan, Direktur Utama Taksi Express Group, menuturkan,transformasi sudah menjadi suatu keharusan di tengah industri taksi yang sudah banyak berubah. Transformasi, ungkapnya, merupakan wujud nyata bahwa Taksi Express tidak diam dan mampu menghadapi tantangan di dalam industri tersebut.

“Telah 25 tahun kami berkecimpung di industri transportasi, dan kami memahami bahwa kebutuhan dan harapan pelanggan selalu meningkat. Menanggapi hal ini, kami memprioritaskan untuk memberikan pelayanan dan pengalaman terbaik kepada seluruh pelanggan yang mewujudkan komitmen kami terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi,” ungkapnya.

Taksi Express mentransformasi model bisnis dalam bentuk pembukaan kesempatan pemilik kendaraan dan pemilik modal untuk bekerja sama dalam pengelolaan unit. Dalam hal ini, Express menawarkan kedua stakeholder tersebut untuk mempercayakan perusahaan taksi ini sebagai pengelola driver dan fleet. Express tetap akan mempertahankan kekuatan utama melalui pola kemitraan yang telah memberikan manfaat. Transformasi model bisnis baru tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungna kepada mitra pengemudi, perusahaan, dan pemilik modal.

Perusahaan juga memperkenalkan 150 unit armada baru, yaitu MPV berjenis Wuling Confero yang dapat mengakomodasi7 penumpang dengan tarif yang sama. “Pengadaan Wuling ini tidak menggunakan dana internal kami, namun hasil kerja sama dengan mitra dan pemodal,” tutur Benny. Adapun jenis kendaraan baru tersebut secara bertahap dimulai dari Jakarta dan sekitarnya.

Dari sisi budaya, Express menerapkan standar layanan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun). Hal ini sejalan dengan niat perusahaan untuk mengubah fokus perusahaan dari perusahaan angkutan menjadi layanan taksi. “Kami memposisikan diri sebagai perusahaan berbasis layanan. Layanan itu berarti service oriented. Sekarang ini, setiap periode kami melakukan edukasi kepada mitra pengemudi. Tapi, meskipun mitra pengemudi merupakan ujung tombak kami, organisasi tetap harus ikut bertransformasi, yang meliputi banyak hal. Kami melihat dari sisi organisasinya, adaptasi teknologi, pembenahan proses internal. Semua ini merupakan satu langkah yang komprehensif, tidak bisa transformasi dilakukan sepotong-sepotong,” ujar Benny.

Melalui tagline “Dekat di hati, melayani setulus hati”, Express mengadakan pelatihan intensif kepada para pengemudi untuk menerapkan 5S tersebut di setiap perjalanan. Nilai itu akan menjadi standar perilaku dari setiap pengemudi dalam berinteraksi dengan pelanggan.

Terkait pembenahan aspek teknologi, Express berencana untuk menyusun ulang kerja samanya dengan platform penyedia jasa angkutan online setelah mitra lamanya, Uber, diakuisisi oleh Grab. Express juga berencana menyusun aplikasi miliknya sendiri, dengan segmen yang berbeda dengan pemimpin pasar di jasa angkutan online seperti Grab dan Gojek.

Untuk pengambilan penumpang, Benny menyatakan bahwa saat ini kondisinya sudah banyak berubah, “Dulu, pola pelanggan taksi banyak yang melambai di pinggir jalan. Tapi, kalau sekarang kita lihat dengan adanya transportasi online, bisa dikatakan, saat ini jarang orang melambai di jalan. Pengemudi perlu beradaptasi dengan teknologi. Ke depan, pengemudi bisa mengambil order melalui aplikasi, atau mengambil penumpang di jalan,” dia menguraikan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved