Trends

Tren Sejoli Milenial Membesut Bisnis

Tren Sejoli Milenial Membesut Bisnis

Millennial couple–preneurs, itulah istilah yang tengah populer untuk menggambarkan para sejoli milenial yang sukses membangun bisnisnya. Mereka mempunyai terobosan baru dan mengubah permainan dalam membesut bisnisnya sehingga tak jarang bisnis mereka menjadi salah satu ikon di bidangnya.

Data Badan Statistik menyebutkan jumlah populasi generasi milenial yang lahir dari 1981-1996 (usia 24-39 tahun) sebanyak 25,87% dari total jumlah penduduk Indonesia di 2020 yang sebanyak 270,2 juta jiwa. Jumlah populasi milenial ini merupakan yang terbesar kedua setelah generasi Z (lahir 1997- 2012) yang sebesar 27,94% dari total jumlah penduduk Indonesia di tahun lalu.

Kehadiran kaum milenial tersebut membawa warna tersendiri, termasuk di kancah bisnis di negeri ini. Saat ini, cukup banyak startup yang sukses dibangun oleh generasi milenial, termasuk bisnis-bisnis yang didirikan oleh pasangan suami-istri milenial atau disebut millennial couple–preneurs. Tim Riset SWA juga sudah menyeleksi millennial couple–preneurs yang sukes membesut bisnisnya.

Adapun kriteria pemilihan millennial couple–preneurs ini di antaranya bisnisnya dirintis dan dibesarkan oleh suami-istri dengan usia maksimal 40 tahun hingga Desember 2021. Lalu mempunyai keunikan dan terobosan/inovasi dalam pemilihan jenis usaha, produk, jasa atau dalam strategi produksi dan marketing. Kemudian bisnisnya berkembang dan tak sedikit yang bisnisnya menjadi salah satu ikon di bidangnya.

Bidang bisnisnya pun beragam seperti makanan dan minuman, fesyen, kosmetik dan perawatan kulit, florist, konten dan kreativitas, dsb. Sejumlah nama beken pun ada di dalamnya seperti pasangan selebritas Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Baim Wong dan Paula Verhoeven, serta Andhika Pratama dan Ussy Sulityawati.

Raffi Ahmad dan Nagita Slavina mendirikan Rans Entertainment. Rans diambil dari penggabungan nama Raffi Ahmad (RA) dan Nagita Slavina (NS). Media YouTube yang dipilih untuk membesarkan Rans Entertainment berawal dari kesukaan Nagita menonton berbagai tayangan YouTube. Nagita merasa lebih bebas mengekspresikan diri melalui YouTube dibandingkan televisi. Makanya konten YouTube pertama Rans mengangkat tentang make up. Dan memang, tujuan awal YouTube Rans dibuat adalah untuk mengabadikan momen bersama keluarga Raffi dan Nagita ini.

Nah, seiring berjalannya waktu, sejoli ini melihat peluang yang menjanjikan pada kanal YouTube untuk meraih cuan melalui AdSense YouTube dan sponsor berbagai produk. Kabarnya, penghasilan tertinggi dari kanal YouTubenya ini adalah Rp 5 miliar per bulan. Kanal YouTube dengan 19,7 juta subscribers per 25 Maret 2021 ini pun dipadupadankan dengan berbagai medsos lainnya seperti Instagram, Facebook, Tiktok, dsb. Dalam hal bisnis seperti ini, boleh dibilang Raffi dan Nagita adalah game changer alias yang mengubah permainan dalam bisnis dari yang sudah ada sebelumnya.

Mendulang penghasilan lewat YouTube ini pun diikuti oleh sohibnya yang sama-sama selebritas, yaitu Baim Wong dan Paula. Melaui laman YouTube Baim Paula dengan 18,2 juta subscribers per 25 Maret 2021 ini, Baim Paula sukses meraup pundi-pundi keuntungan. Namun demikian, kendati YouTube menjadi backbone bisnisnya, sejoli ini pun kabarnya memiliki bisnis-bisnis lain seperti Bakpia Wong Jogja, Kokoa & Co (cokelat), Bakmi Wong, Balikapapan Premio (kue kekinian), Johnny Wongs Butter, dan Batik Wong Jogja.

Begitu Raffi dan Nagita juga memiliki sejumlah bisnis lainnya seperti rumah produksi RA Pictures dan label musik Rans Musik. Yang terbaru, Rans Entertainment digandeng PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) membangun platform pemasaran digital dan media sosial melalui perusahaan patungan PT DMMX Rans Digital (DIGIRANS). Sumber penghasilan Raffi lainnya adalah honor acara di berbagai stasiun televisi yang sudah dilakukan Raffi sebelum menikah dengan Nagita.

Kiat Sukses Millennial Couple-Preneurs

Jika diperhatikan, sejoli milenial yang sukses membangun bisnis dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya, mereka ada yang merintis bisnis sejak masih pacaran ketika kuliah. Begitu lulus mereka sudah punya bisnis dan memilih membesarkan usaha ketimbang mencari kerja. Mereka pun menikah di usia yang relatif lebih muda, lalu semakin intens membesarkan bisnis. Duet pasutri muda ini semakin kompak dan kreatif. Mereka bisa memikirkan bisnis hampir 24 jam seperti di rumah, dalam perjalanan dari rumah menuju tempat usaha, saat makan siang, dan saat-saat kebersamaan lainnya.

Tidak sedikit bisnis yang mereka bangun dilandasi hobi atau passion sehingga energi mereka tak pernah ada habisnya, terus tertantang, dan bersemangat menjalankannya. Mereka pun saling berbagi peran berdasarkan kompetensi masing-masing sehingga menghasilkan kolaborasi yang saling mengisi dan menguatkan. Umumnya cara pemasaran bisnisnya berbasis media sosial atau online/e-commerce. Tidak sedikit di antara mereka seorang selebgram atau YouTuber untuk memviralkan produk/jasanya. Mereka rata-rata memiliki pengikut yang besar di medsos.

Dalam mengelola perusahaan juga dilakukan dengan gaya yang tak sesuai “pakem.” Mereka mempunyai cara-cara tersendiri dalam merekrut karyawan, mengelola karyawan, dan memberikan apresiasi kepada karyawan/mitra yang berprestasi. Karena mereka pasutri maka dari awal sudah saling percaya, sehingga tak perlu waktu lama untuk mengambil keputusan dan dalam perjalanannya semakin profesional dalam mengelola bisnis terutama ketika bisnis semakin membesar. Meski bisnis milik suami-istri, namun kedisiplinan di bidang pengelolaan keuangan, pendelegasian wewenang, dan sistem manajemen yang bagus mereka terapkan. Tak sedikit yang memiliki obsesi bisnisnya bisa melantai di bursa alias go public.

Ada juga yang bisnisnya berbasis marketing, mereka umumnya menggunakan sistem keagenan. Keuntungannya, mereka tak perlu pusing memikirkan investasi pembukaan cabang. Mereka memberi kepercayaan kepada mitra mengembangkan kreativitas (entrepreneurship) untuk membesarkan penjualan. Di sini yang diperlukan adalah perjanjian yang menyangkut aturan main. Setelah itu, mitra bisa berjalan sendiri. Sementara sang pendiri fokus pada urusan membangun brand, salah satunya melalui medsos.

Hal ini seperti dilakukan dua pasangan pasutri pendiri produk kecantikan dan perawatan kulit MS Glow, yaitu Dewa Gede Adiputra – Maharani Kemala dan Gilang Widya Pramana – Shandy Purnamasari. Nama “MS” tak lain gabungan inisial nama depan mereka, yaitu Maharani dan Shandy. Dalam menggarap pasar, MS Glow gencar mengoptimalkan penjualan omnichannel, baik offline maupun online, yang saling melengkapi.

MS Glow pun menciptakan program reseller bagi konsumen loyal untuk menjalin kemitraan dengan brand ini. Konsumen loyal MS Glow ditawari untuk menjual kembali produk-produk MS Glow dengan harga khusus. Program ini tergolong berhasil. Hingga saat ini, jumlah reseller MS Glow sudah mencapai lebih dari 44 ribu orang. “Dari awal MS Glow dibentuk, kami tumbuh dan berkembang bersama konsumen,” kata Shandy (29 tahun). Dalam menjalankan bisnis bersama pasangan yang sering dijuluki “Crazy Rich Malang” ini terdapat sejumlah tantangan. Salah satunya, bagaimana memisahkan hal-hal yang bersifat profesional dan personal.

Hal penting lainnya agar bisnis millennial couple–preneurs tetap berkelanjutan dan terus berkembang, di antaranya kominten/kesetiaan mereka sebagai pasangan suami-isteri harus kuat. Kalau mereka bercerai maka bisnis juga bisa kandas. Lalu dalam membesut bisnis tidak boleh instan dan ingin cepat menjadi besar dengan memanfaatkan popularitas. Yang seperti ini biasanya tidak punya fondasi bisnis yang kuat sehingga mudah tumbang jika ada angin kencang.

Dan yang juga tak kalah pentingnya, mereka harus memiliki sistem manajemen operasional dan sistem keuangan yang bagus, dsb. Kalau perlu, ada pihak ketiga yang mengontrolnya agar kasus seperti yang menimpa sejoli pemilik travel umroh First Travel tidak terulang lagi karena First Travel yang bisnisnya sempat moroket ambruk dalam sekejap akibat salah urus.

Dede Suryadi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved