Financial Report Trends

Tugure Targetkan Pendapatan Premi Rp2,8 Triliun di 2022

Tugure Targetkan Pendapatan Premi Rp2,8 Triliun di 2022

PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) membukukan laba setelah pajak sebesar Rp26,86 miliar pada akhir 2021. Laba bersih tumbuh sekitar 93,51% bila dibandingkan laba setelah pajak perseroan pada 2020 yang tercatat sebesar Rp13,88 miliar.

Presiden Direktur Tugure Adi Pramana mengungkapkan bahwa pertumbuhan laba setelah pajak 2021 itu ditopang oleh hasil underwriting senilai Rp1,18 miliar dan hasil investasi Rp109,89 miliar pada 2021. Di sisi lain, jumlah beban usaha Rp93,22 miliar atau turun 16,83% dibandingkan 2020 yang tercatatRp112,08 miliar. Tahun lalu, perseroan mencatatkan premi bruto senilai Rp2,26 triliun dengan lebih dari 50 persen pendapatan tersebut berasal dari bisnis fakultatif di reasuransi umum.

Untuk unit bisnis ini, lini bisnis Facultative Financial Risk mencatatkan pertumbuhan hingga 8%. Facultative Casualty & Energy meningkat 6%. Sementara lini Facultative Marine & Aviation membukukan premi bruto sebesar 87% dibanding tahun lalu, dan Facultative Property & Engineering mencetak premi bruto sebesar 26% dibanding tahun lalu.

Perseroan meraup premi bruto dari bisnis treaty tumbuh 15% dibanding tahun lalu, serta lini reasuransi jiwa menyumbangkan premi bruto sebesar 76% dibanding tahun lalu. Adapun pada akhir 2021, aset Perseroan tercatat senilai Rp4,35 triliun dengan total investasi mencapai Rp2,07 triliun. Tingkat solvabilitas (risk based capital/RBC) akhir 2021 mencapai 230%, meningkat dari 226% per 31 Desember 2020.

Adi menjelaskan, capaian positif tersebut tidak terlepas dari upaya perseroan untuk menyeimbangkan portofolio bisnis, khususnya untuk lini reasuransi umum. Tugure mengubah portofolio bisnis, terutama pada asuransi kebakaran atau properti sehingga pada 2021 komposisinya lebih berimbang dibandingkan lini bisnis lainnya.“Di tengah pandemi Covid-19, kami mengatur kembali portofolio bisnis sehingga lebih seimbang,” jelasnya.

Perseroan juga aktif mengantisipasi dampak pandemi pada sejumlah lini bisnis asuransi, khususnya asuransi kredit. Untuk underwriting, Adi mengaku, lebih waspada dan selektif, khususnya kepada industri yang berpotensi terdampak pandemi. Adi mengatakan capaian itu menunjukkan keberhasilan upaya jangka panjang perseroan untuk mengubah pola pencadangan menjadi lebih konservatif sejak 2019. “Saat pandemi, pendapatan menurun, tetapi cadangan yang lebih konservatif itu bisa menutupi pengurangan pendapatan pada 2020,” ujarnya.

Di tahun 2022, perusahaan optimistis akan tumbuh positif . “Kami terus memperkuat cadangan teknis dan menargetkan premi tumbuh dari Rp2,2 triliun ke angka Rp2,8 triliun,” ungkapnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved